Gitar

647 85 23
                                    

"KAMU BUKAN MANUSIA!"

Sungguh sampai detik ini pun aku tak mengerti apa maksud dari ucapan sosok itu. Sudah seminggu lebih sejak peristiwa Briefing Morning itu berlalu. Selama seminggu ini pun aku masih dihantui oleh mimpi misterius yang terus berulang. Dan juga hantu-hantu penghuni sekolah seringkali menjahiliku.

Aku sungguh geram dengan semua ini. Baru pertama kali ini lah, aku diperlakukan layaknya bahan bully-an oleh para hantu. Dan tentunya aku tidak bisa melawan. Kau tahu jika aku melawan? Mungkin orang-orang disekitarku, akan mengataiku orang gila dan menjauhi ku kembali.

"LALISA!"

Sebuah teriakan membuyarkan lamunanku begitu saja. Aku pun sontak terkejut. Bagaimana tidak? Otakku sedang terfokus untuk berpikir keras tentang kejadian Briefing Morning. Dan tiba-tiba ada sebuah suara yang sangat keras dengan seenaknya masuk ke dalam gendang telingaku.

"Sonia..." geramku dengan nada kesal.

"Hahahahahaha" sang empunya nama hanya tertawa melihat kekesalanku.

Sonia, dia merupakan pelajar dari Indonesia juga. Namun perawakannya lebih mirip orang China ku pikir. Dia memiliki mata yang sipit sama seperti Yulan.

"Ngapain sih?" tanyaku dengan nada kesal.

"Main gitar yuk! Bareng Chen, di Papan Pengumuman" ajak Sonia.

Bisa kubilang Papan Pengumuman adalah tempat favorit Siswa di sini. Entah apa yang menariknya dari tempat itu. Aku pun tak mengerti. Bayangkan saja, di tempat itu hanya ada sebuah dipan dan sebuah Papan pengumuman di tembok belakang dipan tersebut.

Jika kamu tidak tahu dipan, cukup bayangkan saja kursi yang ada di warteg. 100% sama persis seperti apa yang kamu bayangkan. Jadi, bisa kamu bayangkan apa yang menariknya dari tempat tersebut?

"Nggak ah. Buang-buang waktu aja. Time is money, you know? " ucapku menanggapi ajakan Sonia tadi.

"Yeee, nih anak. Jawabannya ngeselin banget." ucap Sonia sambil berlalu pergi.

Aku bergidik ngeri. Bukan karena melihat tingkah Sonia, namun melihat bayangan yang mengikuti Sonia ada dua. Ya, bukan hanya bayangan dirinya saja. Namun, ada bayangan yang lain nya. Tapi, sayangnya Sonia hanya berjalan sendirian melewati lorong asrama.

Aku yang sedari tadi merenung di lorong asrama putri pun, bergegas memasuki kamarku. Setidaknya dalam kamar perasaan merindingku hilang. Karena di kamarku lebih ramai orang dari pada dilorong asrama.

"Lalisa, masuk kok aku jadi merinding ya!" ucap Rose sambil memegang tengkuk lehernya.

"Enak aja. Kamu pikir aku setan?" ucapku dengan nada sewot.

"Iya. Kamu kan bukan manusia" ucap Rose sambil tertawa.

Aku pun terdiam mendengar ucapannya. Bukan karena aku tersinggung dengan ucapannya. Namun, karena aku memikirkan kembali ucapan yang sama dengan seminggu yang lalu aku dengar.

"Yeeee, Malah diem lagi. Gak usah baper. Canda doang" ucap Rose sambil menepuk bahuku.

"Emang aku setan ya?" tanyaku tanpa sadar.

"Eh, dibilang gak usah baper. Kayak anak baru aja dah. Gak bisa dibercandain." ucap Shifa yang berada disamping Rose sambil menahan tawa.

"Akhhhh..."


Aku memegang kepalaku dengan erat. Kepalaku berdenyut hebat. Benakku pun tiba-tiba memunculkan seorang permpuan yang tak begitu asing menurut jiwaku. Namun, otakku berkata aku belum pernah menemuinya.

"Eh, Lisa. Kamu kenapa?" tanya Rose dengan nada khawatir.

"Gapapa kok. Aku mau isitirahat dulu ya!" ucapku sambil merebahkan diri dikasurku.

"Tadi itu siapa ya?"

***

"Lisa, temenin aku ke kamar yuk!" Sonia menghampiri mejaku saat makan malam.

"Mau ngapain?" tanyaku.

"Ambil, abon di kamar. Tadi siang aku baru dikirimin abon ayam dari Indonesia"

"SERIUSAN? BAGI DONG!!" ucapku dengan nada kegirangan.

Bagaimana tidak? Abon adalah salah satu makanan favoritku.

"Makanya temenin dulu."

Aku pun mengangguk dengan semangat. Lalu, menarik tangan Sonia meninggalkan kantin. Kami pun berjalan menuju asrama putri. Sesampainya, di asrama putri. Sonia segera mengambil abon nya di dalam kamarnya. Sedangkan aku hanya menunggu di luar asrama putri. Aku begitu malas, untuk melepas sandalku dan menemani Sonia ke kamarnya.

"SON, UDAH BELUM? LAMA BANGET!" teriakku.

"IYA INI UDAH" jawab Sonia seraya berlari kecil ke luar dari kamarnya.

"Eh, Bukannya itu Sub ya?" ucap Sonia sambil menunjuk arah di belakangku.

Aku pun membalikkan badan, dan mengikuti arah yang Sonia maksud. Tak jauh dari kami, aku melihat Sub, salah satu murid laki-laki, keluar dari rumah keong sambil membawa gitar. Namun, cara ia membawa nya begitu aneh. Lalu ia berjalan menuju tempat cuci baju putra yang berada disamping rumah keong dan menghilang dibaliknya.

Jika kamu tak tahu Rumah Keong, itu merupakan tempat ruang pengasuh putri. Kalau malam disana cukup gelap. Karena tidak ada orang di dalam sana. Aku pun tak mengerti mengapa tempat itu disebut rumah keong oleh para siswa disana

"Itu Sub ngapain?" tanya Sonia.

"Mau nyuci gitar kali. Udah ah, ayo aku pengen makan abon." ucapku sambil menarik Sonia menuju Kantin sekolah.

Sesampainya di Kantin sekolah, aku langsung melahap makananku beserta abon pemberian Sonia. Rasanya begitu nikmat. Sudah lama aku tak memakan masakan Indonesia. Apa lagi abon. Makanan favoritku.

Selesai makan malam, Sonia memintaku untuk menemaninya menemui Sub untuk meminjam gitar. Berhubung dia sudah baik kepadaku, aku pun mengiyakan ajakannya,

"SUB!!" teriak Sonia di depan asrama putra.

Sang empunya nama pun keluar tak berapa lama kemudian. "Pinjem gitar dong!" ucap Sonia begitu Sub ada dihadapannya.

"Gitar apaan?" jawab Sub kebingungan.

"Gitar. Tadi kamu bawa gitar kan, waktu keluar dari rumah keong tadi!" ucap Sonia.

"Seharian aja, aku gak main gitar." Jawab Sub lagi.

"Lah?" sontak aku dan Sonia pun kebingungan.

"Coba tanya Pak Juna." ucap Sub.

Pak Juna adalah salah seorang OB di sekolah kami. Dia juga menginap di sekolah. Dan dia juga senang bermain gitar. Permainan nya begitu mengagumkan. Kalian harus mendengarnya!

Aku dan Sonia pun berjalan menuju kamar Pak Juna yang berada di belakang Kantin. Kebetulan, Pak Juna sedang mencuci tangannya di kran samping kamarnya.

"Sorry sir, Do you see a guitar?"  tanyaku kepadanya.

"Guitar?" jawabnya dengan raut wajah bingung.

"Yes!" ucapku dan Sonia berbarengan.

"I don't know" jawab Pak Juna.

Aku dan Sonia pun berpandangan heran. Satu opini yang sama muncul dalam benak kami.

"KALAU BUKAN SUB DAN PAK JUNA. TERUS YANG TADI SIAPA?"

#basedontruestory

***

Hai, Readers!

Aku cuma mau mengulas sedikit tentang chapter ini. Jadi, sebenernya yang mengalami ini teman aku sendiri. Jadi, emang rada janggal gitu. Dan kalian tau? Sampai sekarang kita gak tau gitar itu ada dimana, sejak kejadian itu. Gitar itu bukanlah gitar bagus yang di incar pencuri. Bukan! Malah gitar itu sudah tergolong kategori rusak. Aneh bukan?

Ghostie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang