Jawaban Pertanyaan

405 69 14
                                    


Langit begitu cerah malam ini. Aku dapat melihat dengan jelas bulan yang temaram dan bintang yang berkelip mendominasi. Aku termenung menatap langit. Begitu damai suasana yang kudapat ditambah dengan suara percikan air mancur yang mengalun indah ditelingaku.

Pikiranku melayang terhadap kejadian tadi pagi. Memikirkan kata-kata Ikaz yang berhasil membuat kepalaku semakin pusing. Aku bertanya-bertanya 'Sebenarnya siapa dia? Mengapa dia bertingkah seolah mengetahui seluruh kehidupanku? Terlebih filosofi aneh yang dia ucapkan, mengapa itu semua tentangku?'.

Aku memejamkan mataku sejenak. Menghirup nafas perlahan, berusaha menenangkan diri. Setidaknya aku harus bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang menghantui kepalaku itu.

"Hei."

Aku membuka mataku secara perlahan. Ku lihat Raini sedang berdiri dihadapanku sambil tersenyum. Aku pun membalas senyumannya. Kemudian ia duduk disamping ku.

"Lagi ngapain?" tanya nya.

"Menikmati malam." jawabku tanpa menoleh kepadanya.

"Hahahaha, memang asyik ya menikmati malam disini. Pantas kamu sering ke sini." ucap Raini.

"Gak sering kok. Baru dua kali doang ke sini."

"Dua kali? Jangan bohong deh. Aku sering kok liat kamu kesini." ucap Raini sambil memukul bahuku pelan.

"Masa sih? Perasaan aku baru dua kali ke sini." ucapku yang kini sambil mengalihkan pandanganku ke dia.

"Iya Lalisa. Jangan menyembunyikan tempat rahasia mu." ucap Raini lagi.

Aku terdiam sejenak ketika mendengar pernyataan baru dari Raini. Entah pernyataan tersebut fakta atau bukan, yang jelas hanya ada tiga kemungkinan. Raini yang salah lihat, Ada hantu yang menyerupaiku, atau memang aku yang sering ke sini.

"Hei."

Raini mengguncang bahuku. Sedetik kemudian aku tersadar dari lamunanku. Dan mengalihkan tatapan kosong ke arah wajahnya.

"Kenapa bengong?" tanya Raini lagi.

"A..Ah nggak. Oh iya, jam berapa sekarang?" ucapku mengalihkan pembicaraan.

Raini melihat jam tangannya sejenak. Sepertinya perhatiannya benar-benar teralihkan.

"Udah jam sembilan. Balik yuk ke asrama." ucap Raini sambil beridiri dari bangku taman.

Aku pun ikut berdiri, tanda menyetujui ajakannya. Aku dan Raini pun berjalan kembali ke asrama. Selama perjalanan balik ke asrama aku dan Raini mengobrol banyak hal. Aku cukup fokus mendengar perkataannya. Tapi, pikiran ku terganggu sedikit. Apakah muncul pertanyaan baru yang harus kujawab lagi?

Sesampainya di depan asrama aku dan Raini melepas sandal yang kami kenakan. Dan menaruhnya di rak. Sekilas aku melihat ruang pengasuh. Ternyata Yumi masih disana. Masih menatapku dengan sorot yang sama. Aku tidak begitu menghiraukannya. Aku memilih melangkah masuk asrama bersama Raini.

Aku berpisah dengan Raini di lorong asrama. Dia memasuki kamar tiga yang letaknya persis di seberang kamarku. Sedangkan aku melangkah masuk ke kamarku sendiri. Ku buka pintu secara perlahan. Ternyata semua penghuni kamar ini belum tidur. Shifa sedang berkutat dengan PR Matematikanya. Chen asyik memainkan gitar. Sedangkan Rose, dia tampak sibuk dengan handphonenya. Dia begitu serius memainkannya.

"Abis dari mana, Lisa?" tanya Chen begitu menyadari kehadiranku, sejenak ia menghentikan aktifitasnya.

"Dari air mancur." jawabku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Ghostie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang