Sejak kejadian darah itu, Yumi tak berhenti menggangguku. Ntah di pagi, siang, apalagi malam ia selalu saja menampakkan dirinya. Dan sejak kejadian itulah orang-orang semakin menganggapku aneh. Tak jarang dari mereka yang menghindariku. Mungkin aku bisa menghitung dengan jari ditanganku, jumlah orang-orang yang tidak pernah menghindariku.
Aku tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, yang membuat otakku penuh sampai sekarang adalah tentang perkataan Ikaz. Ya, dia tidak henti-hentinya mengeluarkan filosofi yang membuatku pusing tujuh keliling.
Dan yang paling bikin aku sebal dari perkataannya adalah ia selalu berkata buruk tentang hal yang aku sukai.
Seperti kemarin misalnya, ketika aku duduk di bangku taman. Angin bertiup dan membawa benih bunga dandelion jatuh dihadapanku. Dan ntah dari mana si Ikaz muncul dan berkata buruk tentang Dandelion.
"Bunga Dandelion itu bunga paling buruk yang pernah ku temui. Dia lemah sekali. Bagaimana mungkin ia membiarkan angin membawanya terbang begitu saja. Dan membuatnya harus pergi jauh dan tumbuh di tempat baru yang tidak pernah ia jumpai?"
Atau lima hari yang lalu, ketika aku baru pulang dari Mall, aku tidak sengaja bertumu Ikaz di papan pengumuman. Dan ia melihatku membawa boneka kura-kura pada kantong belanjaanku. Ia malah mengatakan bahwa kura-kura adalah hewan yang jelek.
"Kau membeli boneka kura-kura? Hewan bodoh itu? Aku membencinya. Dia sama sekali tidak menghargai waktu. Dia tidak mau bergegas untuk mencapai tujuannya. Dia sungguh terlena dengan kebaikan dunia terhadapnya."
Itu baru beberapa filosofi yang ia katakan padaku. Ntah atas dasar apa ia mengatakannya. Namun, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang ingin disampaikannya.
***
"Rose, kau melihat dimana seragamku?" ucapku sambil menggeledah lemariku dengan paniknya.
Bagaimana aku tidak panik? Sebentar lagi Briefing Morning akan segera dimulai. Dan aku tak kunjung menemukan seragamku.
"Sudah kamu cuci belum?" tanya Rose sambil memasukkan buku ke dalam tasnya.
"Udah kok."
"Di jemuran udah kamu cek?" tanya Rose lagi.
"Oh iya. Aku belum ngecek ke sana lagi. Kamu kalau mau duluan, pergi aja. Nanti aku nyusul." ucapku sambil menutup pintu lemari.
Rose hanya menganggukkan kepalanya menanggapi perkataanku. Aku pun segera melesat menuju jemuran yang berada di belakang asrama. Tak berapa lama pun akhirnya aku menemukan seragamku yang terjemur di belakang kamar tiga.
Aku segera mengambilnya dan bergegas menuju kamarku. Untungnya aku selalu mencuci baju, yang saat kering tidak terlalu kelihatan kusut. Sehingga aku bisa langsung memakainya tanpa menyetrika nya terlebih dahulu.
Selesai mengganti baju, aku bergegas memasukkan buku pelajaran kedalam tas dan kemudian segera berlari menuju aula tempat Briefing Morning.
Brakk..
Aku membuka pintu aula dengan agak keras karena terburu-buru. Semua mata pun tertuju padaku. Termasuk Miss Dewi yang sudah berada di dalam ruangan.
"Lalisa, you're ten minutes late!" ucap Miss Dewi sambil memperhatikan jam tangannya.
"Sorry Miss, I was looking for my uniform."
"Stand outside!" ucap Miss Dewi.
Dengan langkah gontai aku menutup pintu aula dan berdiri di depan pintu aula. Masih ada waktu lima belas menit lagi sampai Briefing Morning berakhir.
"Hhhhh" aku menghela nafas kesal.
"Hei"
Aku menoleh ke arah sumber suara. Dan mendapati Ikaz sedang berjalan ke arahku. Aku mengerutkan kening melihatnya. Tak berapa lama ia menghentikan langkahnya ketika sampai di hadapanku.
"Yang terlambat, di suruh berdiri?" tanyanya.
"Iya. Kamu terlambat?" ucapku balik nanya.
"Tidak."
Aku menghela nafas mendengar jawabannya. Namun sedetik kemudian aku memasang wajah bingung melihat dia berdiri disampingku.
"Kenapa gak masuk?" tanyaku lagi.
"Hei. Apakah kamu bodoh?"
Bukannya jawaban yang kuterima. Malah ejekan lah yang kuterima darinya.
"Lah? Kenapa..."
Belum selesai aku melanjutkan kalimatku, aku segera tersadar akan kebodohanku.
"Bodoh!! Tentu saja dia terlambat" batinku dalam hati.
Dia hanya menggeleng-geleng kan kepalanya menanggapi tingkahku.
"Hidup Ini aneh ya?" ucapnya sambil memandang lurus ke depan.
"Aneh?"
"Iya, aneh....."
"Stop!! Jangan berfilosofi lagi. Kau tahu? Aku tidak mengerti bahasa filsafatmu itu." Ucapku memotong pembicaraannya dengan kesalnya.
Dia kini menatapku.
"Kalau kau ingin mengatakan sesuatu padaku. Katakan langsung. Aku tidak mengerti ucapanmu. Bodoh!"
Dia menatapku tajam, maju satu langkah dari posisinya yang tadi. Sontak, aku pun memundurkan tubuhku selangkah.
"Awan? Tentang kehidupanmu."
"Matahari? Tentang kehidupanmu."
"Dandelion? Tentang kehidupanmu."
"Kura-kura? Itu juga tentangmu"
Aku terdiam mendengar ucapannya.
"It's all about your life. Bodoh!"
***
Hai, Readers!
Maafin author ya tanggal 7 Oktober kemarin gak bisa update. Karena author ada kegiatan sampe malem. Dan itu bener-bener melelahkan. Maafin juga kalau chapter ini terlalu singkat. Eh, bukan chapter ini aja deh. Semua chapter yang terlalu singkat. Maafin ya! Soalnya otak author gak pernah mau ngasih imajinasi sampai 1K+ words.
Pokoknya Happy Reading! Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghostie
Horror[ Completed ] SEBAGIAN CERITA BERDASARKAN KISAH NYATA! Namaku Lalisa, aku bisa melihat apa yang tidak bisa kalian lihat. Aku kira jalan hidupku hanyalah sebagai anak indigo biasa. Tapi, ternyata aku lebih dari itu. Jalan hidupku lebih rumit. Sangat...