Seminggu setelah kejadian Yumi, Polisi masih berkeliaran disekolahku. Garis kuning pun masih terpasang disekeliling Rumah Keong. Mereka masih mencari bukti-bukti tentang pelaku pembunuhan Yumi.
Sedangkan jenazah Yumi, telah selesai diotopsi. Analisis dari Tim Forensik mengatakan bahwa Yumi dipukul dengan sebuah benda tumpul tepat pada bagian kepalanya. Dan dugaan terkuat adalah kayu yang tergeletak berlumuran darah disekitarnya. Namun, anehnya Tim Forensik tak menemukan sidik jari pada benda tersebut.
Sejujurnya bulu kuduk ku selalu berdiri ketika memandangi 'Rumah Keong' tersebut. Bagaimana tidak? Selain melihat para hantu disekitar rumah tersebut, aku juga melihat sosok Yumi yang selalu berdiri di halaman Rumah Keong. Dia selalu memandangi Asrama Putri. Namun, anehnya ketika dia melihatku, dia selalu menatapku tajam. Seolah ada yang ingin dikatakannya.
Mungkin dia ingin aku membantunya. Namun, jelas aku tidak mau membantunya. Bukan, karena aku tidak setia kawan. Tapi, apakah kalian mau membantu sosok dari dunia lain dengan rupa yang begitu menyeramkan? Rupa Yumi saat ini sangat menyeramkan. Banyak darah disekitar tubunya dan juga bagian kepalanya nampak begitu hancur.
Pagi ini, kegiatan belajar-mengajar masih diliburkan. Kalian pasti tahu sebabnya mengapa. Oleh karena itu, aku sangat bosan akhir-akhir ini. Ku putuskan langkahku menuju Perpustakaan. Setidaknya, membaca buku bisa menghilangkan rasa bosan yang terus menempel dalam diriku.
Srett...
Aku membuka pintu perpustakaan secara perlahan. Ternyata, tidak ada orang di dalam sana. Mungkin, penjaga perpustakaannya belum datang. Aku berjalan menyusuri rak buku. Cukup lama aku berjalan menyusuri rak buku yang berjejer. Perpustakaan sekolah ini memang besar, dan aku belum menemukan satu pun buku yang ingin aku baca.
Aku pun beralih menuju Rak dengan tulisan 'Mystery'. Entah mengapa Rak buku ini cukup membuat aku tertarik. Aku pun akhirnya menarik sebuah buku dengan judul 'Mystery of Ourself'.
"AAAAAAAAA"
Aku berteriak histeris. Sesosok makhluk ghaib, tiba-tiba saja memunculkan diri ketika aku menarik buku dari rak. Tanpa babibu lagi, Aku segera berlari menuju pintu perpustakaan.
Brakk...
"Aduhhh"
Ntah dosa apa yang aku perbuat hari ini. Kesialan menimpaku kembali. Ketika aku hendak membuka pintu, tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dengan kencangnya. Yang menyebabkan kepalaku terbentur pintu tersebut. Dan aku pun jatuh.
"Eh, ada orang!" ucap seseorang yang kini berdiri dihadapanku.
Aku pun mendongakkan kepalaku sambil memegang dahiku. Sakit di dahiku masih terasa. Dan ternyata orang yang membuka pintu adalah si Bule Nyasar.
"Hmm.. ternyata hukum gravitasi itu benar ya!"
Aku menatapnya heran. Tanpa diminta, ia pun melanjutkan penjelasannya.
"Ia, karena gravitasi lah kamu jatuh ke lantai. Kalau gak ada gravitasi mungkin kamu akan melayang seperti hantu. Berterima kasihlah padaku. Ilmu kamu hari ini menambah satu." ucapnya sambil berjalan melewatiku.
Aku melongo mendengar perkataannya. "Orang ini sebenernya waras apa nggak?" pikirku.
"Hei!" teriakku.
Dia pun membalikkan badannya, dan menatapku. "Apa?"
Plakk...
"Aduhh"
Aku melempar buku yang aku pegang dan tepat mengenai dahinya. Aku tersenyum sinis menatapnya. Setidaknya kita impas kan?
"Wahh ternyata Hukum Archimedes itu tidak hanya di air saja ya. Ternyata, di udara benda pun bisa melayang." Ucapku seolah terkagum-kagum.
"Hei!" Ikaz mulai terlihat kesal.
"Berterima kasihlah padaku. Ilmu kamu hari ini bertambah satu." ucapku sambil tersenyum sinis.
Aku pun berjalan mengambil buku yang tadi aku lempar. Dan memperhatikan buku itu dengan seksama. Sejujurnya, aku merasa khawatir jika buku itu rusak. Kan, bakalan repot kalau aku harus mengganti kerugian. Namun, setelah aku teliti tidak ada yang rusak dari buku tersebut. Syukurlah!
Aku pun memperhatikan Ikaz. Dia kini menatapku dengan tatapan yang tak bisa kumengerti.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kau sudah tahu siapa Awan?" tanyanya.
Aku menatapnya heran. Tak, mengerti apa yang dia maksud. Seolah mengerti dengan keherananku, dia pun melanjutkan kembali ucapannya.
"Kau harus cepat menemukannya. Sebelum terlambat."
Dia pun pergi meninggalkanku dan berjalan menyusuri rak buku.
"Awan? Apa yang dimaksudnya?" batinku dalam hati.
Sejuta pertanyaan kini bermunculan dalam benak ku. Namun, sungguh aku tak mengerti maksud ucapannya. Pada akhirnya, aku memilih tak ambil pusing dengan ucapannya. Aku memutuskan untuk membaca buku yang kini aku pegang. Aku mengambil tempat duduk yang menghadap jendela.
Srekk..
"Ikaz, jangan berisik!" ucapku sambil berusaha tetap fokus membaca.
Brakk..
"IKAZ!"
Aku berteriak kesal dan memandangi sumber suara berasal. Namun, kosong tak ada siapa pun. Hanya ada sebuah buku yang terjatuh. Aku mengeryit heran. Dan mengalihkan pandanganku menuju jendela.
"AAHHH"
Betapa terkejutnya aku melihat Ikaz sedang membaca buku di hadapanku.
"Ada apa kau memanggilku sambil berteriak?" tanya nya heran.
"Lah kamu? Kok disini? Kapan disitunya?" tanyaku balik bertanya.
"Jangan terlalu fokus membaca makanya." Ucapnya sambil membalik halaman.
"Kamu yang menimbulkan keributan tadi?" tanyaku.
"Tidak" jawabnya singkat.
"Lah? Terus siapa?"
Ikaz pun menutup bukunya. Dan kini menatapku dengan seksama.
"Kamu tahu kan di dunia ini kita bukan satu-satunya makhluk yang menempati bumi?"
Aku terdiam mendengar ucapannya.
"Dan yang menempati perpustakaan ini juga bukan hanya aku dan kamu."
Seolah, tak mengizinkan aku berbicara ia melanjutkan ucapannya kembali.
"Dan di dunia ini bukan Cuma ada putih saja. Hitam pun cukup mendominasi" ucapnya sambil berjalan keluar perpustakaan.
"Dia itu sebenarnya siapa? Kenapa sering mengatakan hal yang aneh?" ucapku termenung menatapnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghostie
Horror[ Completed ] SEBAGIAN CERITA BERDASARKAN KISAH NYATA! Namaku Lalisa, aku bisa melihat apa yang tidak bisa kalian lihat. Aku kira jalan hidupku hanyalah sebagai anak indigo biasa. Tapi, ternyata aku lebih dari itu. Jalan hidupku lebih rumit. Sangat...