Senja

595 84 16
                                    

Senja datang menghiasi langit. Jika mendengar kata senja, bukankah itu identik dengan perpisahan? Perpisahan kita dengan matahari yang akan digantikan oleh bulan.

Apakah istilah itu cocok menggambarkan kedua insan yang sedang duduk di ruang tamu 'rumah keong'?

"Ada apa kamu memanggil ku kesini?" tanya salah seorang perempuan dengan topi di kepalanya.

"Ada hal yang ingin kutanyakan" jawab lawan bicara nya.

"Apa?"

"Kamu berbohong kan? Tentang latar belakang mu?"

"Ha? Maksud mu?"

"Halah, jujur saja. Aku tau semua tentang mu"

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Sungguh!"

"Terus ini apa?" ucap lawan bicaranya sambil menunjukkan sebuah video di handphone nya.

Perempuan yang memakai topi pun hanya tertegun melihat video tersebut. 'Speechless' mungkin itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan nya.

Lawan bicaranya pun hanya tersenyum sinis. "Tenang kok aku tidak akan bilang ke siapa-siapa. Tapi, tentunya itu tidak gratis"

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak butuh uang. Uang ku sudah banyak. Aku hanya membutuhkan seorang budak. Lakukan setiap apa yang aku perintahkan. Gampang kan?"

Namun anehnya, perempuan yang memakai topi itu mengeluarkan senyum sinis dihadapan nya.

"Apakah itu permintaan terakhir mu?"

Duakk..
Duakk..
Duakk..
Duakk..

Dengan langkah yang cepat, perempuan itu mengambil sebuah kayu yang berada dibawah meja dihadapan nya. Dan dengan secepat kilat memukul lawan bicaranya. Ia terus memukul lawan bicaranya sampai tak sadarkan diri. Bahkan darah keluar bercucuran dari kepalanya.

Setelah puas, ia pun berjalan ke arah kamar mandi dan mencuci tangan serta bagian tubuh lainnya yang terkena darah.

"Huh! Manusia yang merepotkan!"

***

"LALISA"


Teriakan tersebut pun sontak membuatku melepas 'headset' ku. Ya, aku sedang mendengarkan lagu sambil belajar.

"Ada apa sih? Biasa aja kali manggilnya. Anda pikir saya budek?" ucap Lalisa dengan kesalnya.

Rose pun hanya mengerlingkan matanya, tanda kesal. Bagaimana tidak? Ia sudah memanggil lalisa berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Giliran dia berteriak si Lalisa hanya marah-marah tanpa ada dosa di wajahnya.

"Volume nya tadi berapa?" tanya Rose berusaha menahan emosi nya.

"Full"

"FULL?" Rose seakan 'speechless' mendapati jawaban tersebut.

Yang benar saja. Dia menjawab seperti itu dengan santainya.

"Biasa aja kali. Orang biasanya juga segini kok." ucap Lalisa sambil menggunakan headset nya kembali.

"Wajar gak sih, kalau anak ini dibilang budek?" tanya Rose pada Shifa yang hanya memperhatikan tingkah konyol mereka dari tadi.

Shifa pun hanya tertawa menanggapi pertanyaan Rose.

Rose pun segera melepas headset yang dipakai Lalisa. Sebelum si pemilik headset marah, Rose segera buru-buru menarik tangan Lalisa keluar dari kamar. Yang alhasil malah membuat Lalisa kebingungan.

"Temenin aku ambil obat di rumah keong" ucap Rose.

"Ke rumah keong? Jam segini? Gila ya! Ini udah jam 9 malam. Rumah keong pasti udah gelap. Jangankan jam 9, jam 6 aja udah gak ada penghuni" ucap Lalisa.

"Aku tau. Makanya aku gak mau kesana sendirian. Aku mau mengambil obat mag" ucap Rose.

Memang rumah keong itu tempat penyimpanan obat-obatan instan. Dengan berbagai merek tentunya. Lalisa juga tahu, kalau Rose memiliki penyakit mag. Yang terbilang cukup parah. Oleh sebab itu Lalisa pun tak tega menolak ajakan Rose

"Baiklah" ucap Lalisa pada akhirnya.

Rose dan Lalisa pun berjalan menuju rumah keong. Tak perlu waktu yang lama untuk sampai ke rumah keong. Karena jarak dari asrama ke rumah keong sangat dekat. Mau ngesot juga bisa.

Krieett..


Pintu rumah keong pun terbuka. Sinar dari lampu depan asrama putra pun masuk menyinari bagian ruang tamu. Rose dan Lalisa pun dibuat membeku dengan pemandangan dihadapannya ini.

Di kursi ruang tamu, terdapat seorang anak perempuan berlumuran darah tidak sadarkan diri. Dan mereka mengenal jelas siapa itu. Ya, itu Yumi senior mereka.

"AAHHHHHHH"

Detik berikutnya pun Lalisa dan Rose segera berlari menuju asrama. Orang-orang yang sedang menonton tv di lorong asrama pun terkejut dengan tingkah kami.

"Eh, kalian kenapa? Abis liat hantu?" tanya Raini.

Jika kamu tak tahu siapa Raini, dia adalah senior kami. Dia juga berasal dari Indonesia. Dia teman satu tingkatnya Chen.

"B..b..b.." Lalisa pun tak sanggup menjawab. Jantungnya masih berdetak dengan sangat cepat.

"Terus kenapa?" Raini pun yang berada di depan tv segera menghampiri kami di pintu asrama.

"M...m...m.." kini giliran Rose yang kesulitan menjawab.

"Gak usah sok bertingkah kayak Aziz Gagap deh" Raini pun semakin kesal dengan tingkah Rose dan Lalisa.

"M..m..ma..Mayat" ucap Lalisa pada akhirnya.

"Hah?"

"ADA MAYAT DI RUMAH KEONG!"

***

Haii guys!


Maaf tanggal 17 kemarin gak bisa update. Soalnya author capek abis 17 an ditambah lagi gak ada ide buat ceritanya.

Maaf ya kalau part ini agak pendek. Sebenernya author hampir lupa kalau hari ini update. Soalnya seinget author hari ini tanggal 26🤣. Pas ngeliat kalender, langsung kelabakan pas tau hari ini tanggal 27😂.

HAPPY READING! ENJOY!

Ghostie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang