Samantha
"I'm standing at the edge
But something always brings me back
All the voices in my head
Reminding me of what I have
If I fall tonight
You can bring me back to life
If I fall tonight
You can be my saving light"
Air mataku jatuh begitu reff lagu "Saving Light" terdengar. Daniel sungguh tau apa yang aku butuhkan saat ini. Namun aku terlalu kecewa untuk bisa menatap matanya.
Aku tetap menatap langit ketika "Saving Light" berganti menjadi "Worry" karya The Vamps. Dengan susah payah aku menahan air mata dan senyuman. Aku tersenyum karena Ia memperhatikanku sampai-sampai tau lagu apa yang akan menenangkanku saat ini. Untuk mencegahnya, tanpa sadar aku menggit bibir bawahku terlalu kencang hingga kurasakan sedikit darah di lidahku.
Walaupun itu berarti aku memiliki alasan lain untuk menangis, tapi tetap saja, aku tak ingin Ia tau bahwa senjatanya berhasil meluluhkanku.
Saat lagu "Worry" memasuki bait penutup, aku turun dari atap dan mengembalikan tas yang Daniel bawakan untukku. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan mengunci pintu, lalu menutup tirai.
"It's gonna be okay....
I'm really sorry
Sorry I dragged you into this
I overthink, that's all it is
The way you love me
The way you love me 'till the end"
Terdengar lagu "OK" milik Robin Schulz dan James Blunt dari luar. Aku tau Daniel masih berdiri di luar. Dan dengan itu, aku menutup mulut ku dengan telapak tangan rapat-rapat. Air mata pun terjatuh lagi.
Ku bersandar pada pintu dan masih menutup mulut sampai kudengar langkah kaki menjauh dan lagu itu terdengar memelan. Kini aku merebahkan diri di ranjang dan membenamkan wajahku pada bantal, berharap agar malam dapat berlalu dengan cepat.
Daniel
Malam telah pergi. Membiarkan mentari menghias langit pagi. Aku berdiam diri di kamar sejak tadi malam. Sejak Samantha mengunci diri di kamarnya. Agent Paulette sudah pergi pagi tadi. Ia meninggalkan kami sendiri di rumah yang luar biasa nyaman ini.
Aku memutuskan untuk memakai kembali kaos ku dan keluar kamar. Segelas kopi tak pernah mengecewakan di pagi hari. Aku juga membuatkan Samantha teh hangat kesukaannya. Dan aku membawa gelas itu ke depan kamarnya sembari mengetuk pelan.
"Sam? Aku bawakan teh hangat untuk mu" ucapku mencoba ramah.
Perlahan pintu kamarnya terbuka, dan Ia menerima gelas teh nya lalu menutup pintu itu kembali.
"Terimakasih kembali" ucapku setelah Ia mengunci kamarnya lagi.
Sesampainya di bawah, ku ambil kopi ku dan meminumnya sembari meneliti berkas yang Paulette berikan. Mencatat setiap barang yang disita, setiap relasi yang mereka punya.
2 hari berlalu dan kejadiannya selalu sama. Aku membawakan teh untuk Samantha, Ia menerimanya dan mengunci diri lagi. Sekarang pukul 3 sore dan Samantha masih tak beranjak. Ku coba untuk menguping dari sisi pintunya namun sunyi. Tak ada satupun suara muncul dari kamar itu. Walau tanpa suara, entah bagaimana aku tahu bahwa Ia masih merenungkan apa yang terjadi 3 hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Infinity Necklace
Teen FictionDaniel Dayton adalah salah satu siswa baru di suatu sekolah menengah atas di kotanya. Pengelola sekolah mewajibkan seluaruh siswa baru mengikuti masa orientasi yang diselenggarakan selama 4 hari di sebuah lapangan di pinggir hutan. dalam masa orient...