• TPM|3 •

16.6K 728 25
                                    

Davren terdiam di dalam mobil, kedua matanya menatap kearah mansion yang menjadi tempat tinggal dirinya saat masih kecil. Davren, menghela nafas kasar seraya keluar dari dalam mobilnya.

Davren berdoa agar tidak bertemu dengan Axel, jika memang ia di pertemukan maka Davren, siap jika harus melihat kebencian pada mata Axel. Ia berdiri di hadapan pintu yang berjulang tinggi tangannya memencet bel yang ada di samping.

TINGNONG!!

"Ya sebentar?" ucap seorang membukakan pintu. "Maaf cari siapa ya?"

"Saya mencari Ernata."

"Tn. Ernata, beliau ada di dalam! Silakan masuk ke dalam." ajak pelayan itu menuntun Davren masuk ke dalam.

Davren menatap sekeliling rumah yang sepertinya tampak berbeda karena gazebo yang dulu ada di belakang sekarang sudah tidak ada lagi. Matanya menangkap sebuah bingkai besar yang berisikan foto keluarga. Davren, memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Pintu lift kebuka dan mendapatkan Ernata bersama Almira. Valya dan Daevon. Keempatnya keluar dari dalam lift.

"Kakak?" pekik Valya berhamburan ke dalam pelukan Davren.

Tubuh Davren terhuyung kebelakang. Ia terkejut dan segera membalikkan tubuhnya. "Mommy?" ucap Davren pelan.

Valya memekik girang. "Mommy rindu dengan kakak!" sahut Valya. "Putra Mommy, sudah tumbuh besar! Kau sangat tampan."

"Tentu Davren, sudah besar!"

"Kenapa kau datang sore hari? Oppa, sudah meminta kau untuk datang nanti malam?" ucap Ernata duduk di sofa.

Davren tersenyum. "Ya. Davren, datang hari ini karena nanti malam Davren, mempunyai urusan penting." sahut Davren berjalan kearah Almira.

"Cucu Ommra?" isak Almira memeluk Davren. "Ommra sangat merindukanmu!"

"Davren. Juga merindukan Ommra!"

"Jangan pernah pergi lagi?"

"Tidak akan!" Davren melepaskan pelukannya.

"Urusan apa?" tanya Ernata. "Apa kau tidak bisa tinggalkan dulu urusanmu itu?"

"Oppa. Davren, tidak bisa meninggalkan urusan itu!" ucap Davren melangkah mendekati Daevon.

Daevon hanya terdiam menatap Davren. Kakak yang menghilang selama bertahun-tahun. Kakak yang Daevon harapkan saat membuka matanya dapat melihat Davren tapi ternyata tidak.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Daevon ketus. "Ingin membahayakanku lagi?"

Davren menggeleng. "Tidak! Aku hanya ingin meminta maaf karena sudah membuatmu kritis."

Daevon tersenyum sinis. "Kau membuatku kritis lalu kau pergi begitu saja?"

Davren terdiam matanya menatap Daevon lekat. Kembarannya tidak mengetahui apa yang terjadi setelah insiden itu. Daevon, hanya berpikiran bahwa Davren lari setelah membuatnya terbaring selama bertahun-tahun di rumah sakit. Tapi Daevon, tidak pernah tahu jika selama itu juga dirinya jauh dari keluarga.

"Daevon?" ucap Valya. "Kakak tidak seperti itu, kau hanya tidak tahu apa----"

"Daevon, tentu tahu dia pergi setelah membuat nyawaku hampir melayang! Dia bahkan baru minta maaf sekarang." sambar Daevon.

"Daevon?" Valya merangkul Davren. "Kakak tidak seperti itu, kau bahkan tidak tahu jika kakakmu jauh lebih menderita."

"Mommy membela dia yang salah?" Daevon menunjuk Davren. "Mom. Bertahun-tahun aku berjuang antara hidup dan mati,"

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang