Kejadian di masalalu membuatnya ingin menunjukan kepada semua orang terutama pada sang ayah. Saat pengusiran itu terjadi membuat tekad yang kuat dalam dirinya bahwa dia dapat sukses tanpa harus bantuan dari sang Ayah.
Suara ketukan menyadarkan dirinya yang sedang terdiam diri di jendela. Hari ini ia akan membuktikan pada semuanya bahwa dia bisa meraih kesuksessanya sendiri.
TOK TOK TOK!!
"Permisi Mr, semua orang sudah menunggu di lobby?" ucap seorang wanita yang begitu cantik dan sexy.
"Hm. Pergilah! Saya akan menyusul." sahut lelaki itu, ia menghela nafas kasar.
Dad! Aku bisa tanpamu. batin pria itu.
New York. Pukul 08.45 AM.
Suara tepukan tangan terdengar ketika pita berhasil di gunting oleh seorang pria tampan, berbagai ucapan pun di terima olehnya. Kilatan dari Flash Camera wartawan turut hadir memotret ke berhasilan yang kembali di raih oleh pengusaha sukses Davren Xevallo Alsesco. Ya, Di usianya yang baru menginjak umur 24 tahun, Davren. Sudah berhasil membangun beberapa perusahaan di berbeda negara, Salah satunya. Kota New York. Perusahaan yang baru saja di resmikan olehnya berjalan dengan lancar.
"I congratulate you. Mr, for the inauguration of your corporate office." ucap seorang mengulurkan tangannya.
Davren tersenyum membalas uluran tangan pria itu. "Yes! Thank You." sahut Davren.
Davren pria yang berhasil meraih kesuksesan di masa mudanya dengan hasil sendiri. Tanpa bantuan tangan dari sang ayah. Axel Xaviro Fransesco. Davren, tersenyum merasakan kebahagiaan karena keberhasilnya membuka cabang baru di negara yang berbeda. Ya, Cabang perusahaan miliknya sudah berkembang di mana-mana, walau belum begitu banyak cabang setidaknya Davren, sudah berhasil membuktikan kepada semua orang termasuk Axel.
"Hi bro. Selamat atas keberhasilan kau." ucap seorang pria. "Aku sebagai sahabat turut senang mendengarnya."
Davren terkekeh. "Thank you bro!"
"Sebagai perayaan? Club gimana?"
Davren mengangkat bahunya tidak tahu. Selama ini dirinya tidak pernah menyentuh minuman yang dapat merusak moral seseorang, Maka dari itu jika sahabatnya. Rama Adittama. Mengajak dirinya untuk bersenang-senang di sebuah club. Davren, Memilih membayarkan dari pada harus ikut ke tempat yang baginya terkutuk.
"Ayolah Man. Sekali-kali saja. Kau minimal duduk saja." bujuk Rama. "Sekali. Tidak apa-apa lah!"
"No!" Davren mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Habiskan! Tapi, jangan pernah paksa saya buat ikut."
Rama mendengus. "Parah sekali kau, tidak asik dan tidak seru."
Davren menepuk pundak Rama dan melenggang pergi memasuki kantornya. Mengabaikan semua para wartawan yang menunggu di luar loby.
Rama memasukan uang yang di berikan Davren, ke dalam jas. Kakinya melangkah mendekati para tamu yang beberapa dari mereka adalah pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan milik Rama.
Davren masuk ke dalam ruangan miliknya. Ia menarik kursi lalu duduk. Namun sebelum itu Davren membuka jasnya ia menaruh jas itu di kursi.
Matanya menatap sekeliling merasakan puas dengan semua hasil yang ia dapatkan. Davren, memang merasa senang dan puas dengan apa yang di capai saat ini namun kebahagiaan yang ia rasakan saat ini tidaklah lengkap tanpa kehadiran sang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]
Romance• DON'T COPY PASTE • My Stories REAL My Imagination!!!! .. Menjadi penerus di perusahaan Axel X Company bukanlah hal yang mudah terlebih satu persatu musuh dari sang Daddy bermunculan ingin membalaskan dendam. Davren, pria yang murah senyum menjadi...