• TPM|14 •

11.6K 541 49
                                    

Säo Paulo, Brazil.

24.45 malam dini hari Davren dan Vebby sampai di Brazil. Keduanya langsung bergegas menuju rumah yang sudah di beli oleh Davren atas nama Vebby.

Lelah menempuh jauhnya berjalanan. Selama di mobil menuju rumah, Vebby terlelap begitu pulas. Beberapa anak buah Ernata ikut dengannya. Bahkan jet pribadi Ernata masih menunggu di salah satu bandara.

Sesampainya di tempat tujuan Davren dengan lembut membangunkan kekasihnya. Pertama agak sulit mungkin karena terlalu lelah namun akhirnya Vebby bangun dari tidurnya.

"Kita sudah sampai mana?" tanya Vebby mengucek pelan matanya. "Aku lelah sekali."

"Kita sudah sampai rumah." Davren mengecup kening Vebby. "Nanti kamu bisa istirahat di kamar."

Vebby memanggut-manggutkan kepalanya pelan. Tubuh mungilnya di tuntun oleh Davren. Mata yang awalnya mengantuk tiba-tiba saja menjadi segar karena melihat rumah mewah di depan matanya saat ini.

"Dav, ini rumah siapa? Apa kita salah alamat ya?!" gumam Vebby pelan. "Lebih baik kita kembali saja ayo!"

"Tidak sayang, ini tujuan kita! Ini rumah milik kamu."

"A-apa?" Vebby menatap Davren lekat. "Kamu pasti bercanda kan? Ini sangat sepi." sambung Vebby menatap sekeliling.

"Saya suka suasana sepi, karena jika sepi membuat saya sedikit tenang!"

"Tapi aku tidak suka sepi, karena sepi itu hanya untuk orang yang sendirian."

Davren terdiam menatap Vebby yang ada di sampingnya. Ia tersenyum kecil tangannya terulur mengacak puncuk kepala kekasihnya.

"Ayo kita masuk ke dalam!" Davren mengaitkan jari-jarinya dengan jari lentik milik Vebby.

Keduanya berjalan masuk ke dalam. Untuk beberapa detik kemudian dirinya tertegun melihat dalam rumahnya.

Davren tersenyum kecil melihat wajah mengemaskan kekasihnya. Bagaimana tidak bibir mungil kekasihnya sedikit ternganga. Di dalam rumah itu semua serba berdesign hitam.

"Kenapa semua serba hitam? Kenapa tidak putih saja?" tanya Vebby tanpa melihat ke Davren.

"Di depan sudah putih sayang, aku ingin dalamnya berbeda. Hitam agar tidak terlihat nodanya." jawab Davren. "Ayo kita ke kamar!"

"Putih memang gampang terlihat noda jika terkena kotor. Tapi putih itu melambangkan kesucian!"

Davren tersenyum kecil, ia kembali menuntun kekasihnya ke lantai atas di mana kamar kekasihnya berada. Sesampainya di depan pintu kamar dia membuka pintu.

"Ayo masuk. Ini kamar kamu dan kamar saya ada di sebelah kamar kamu!" ujar Davren tersenyum.

Vebby berjalan kearah kasur melempar tubuhnya yang mulai terasa lelah. Di ambang pintu Davren hanya tersenyum memperlihatkan kekasihnya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk kekasihnya tertidur. Davren melangkah kearah kasur ia sedikit membungkuk untuk mengecup kening Vebby tidak lama. Dia berdiri menatap dalam wajah tenang kekasihnya.

Davren menghela nafas kasar. Tiba-tiba saja matanya memanas karena harus menahan butiran bening. Davren beranjak keluar dari kamar, semua pintu ia kunci tidak ada satu pun yang terlewat. Setelah merasa sudah aman dirinya segera pergi.

"Tuan?" ucap Thomas menunduk hormat. "Semua sudah saya siapkan. Besok akan ada pelayan yang akan datang untuk menemani Nona."

"Hm!" gumam Davren menarik nafas. "Saya pergi dulu. Jaga dia jangan sampai dia kabur atau pergi dari sini!"

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang