Davren baru saja sampai dirumahnya dia melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Setibanya di kamar Davren melemparkan jas dan tasnya kesembarang arah lalu dia membaringkan tubuhnya ke kasur, hampir seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal karena tidur di sofa kantornya tadi malam. Tak selang berapa lama terdengar suara ketukan pintu dari luar.
TOK TOK TOK!!
"Davren, boleh Mommy masuk ke dalam?" tanya Valya terus mengetuk pintu kamar Davren pelan.
Tidak ada sahutan tetapi Valya tetap masuk saja. Dia tersenyum seraya memunguti jas dan tas kerja Davren lalu menaruhnya di sofa.
"Apa kau habis dari kantor?" tanya Valya lagi mendekati Davren. Ia membuka sepatu Davren dan menaruhnya di bawah.
Davren tetap tidak bersuara dia justru memejamkan matanya yang terasa berat karena mengantuk.
Valya mengusap lembut kepala Davren yang terasa panas, dia lalu menempelkan telunjuknya pada hidung Davren dan dapat merasakan nafas panas dari putranya.
"Davren, kau demam?"
"Tidak!" Davren membuka matanya dan tersenyum. "Aku baik-baik saja Mom!"
"Baik-baik bagaimana? Suhu tubuhmu sangat panas." omel Valya kesal. "Kau istirahatlah, Mommy akan panggilkan dokter,"
"Tidak perlu Mom, aku benar tidak apa-apa! Ini hanya demam biasa nanti juga sem...."
"Cukup Davren!" sela Valya meninggikan suaranya. "Diam dan istirahatlah, kau sedang sakit tapi masih bilang tidak apa-apa. Dimana pikiranmu heh?"
"Mom----" jeda Davren terhenti saat melihat Valya menangis. "Kenapa menangis?"
"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Valya terisak. "Kenapa kalian bisa sakit bersamaan."
"Mommy bicarakan siapa?"
"Kau dan Daevon!"
"Dae sakit?" Davren terbangun dari tidurnya lalu dengan rasa pusing dikepalanya ia mencoba untuk menemui Daevon.
Valya memijat pelipisnya pusing dia berlari saat tubuh Davren hampir terjatuh jika putranya tidak berpegangan pada tangga. Akhirnya Valyapun membopong tubuh Davren untuk ke kamar Daevon.
"Pelan-pelan!" gumam Valya membantu Davren untuk duduk di pinggiran kasur.
Davren menempelkan punggung tangannya pada kening Daevon. Dia dapat merasa panas pada tubuh kembarannya. "Kau sakit?" tanya Davren pelan.
Perlahan mata Daevon terbuka, ia tersenyum kecil. "Tidak, aku tidak sakit!" jawab Daevon serak.
"Davren, berbaringlah di samping Daevon. Biar nanti kalian Mommy panggilkan dokter." ucap Valya membantu Davren untuk berbaring. Setelahnya Valya keluar untuk menelfon dokter.
"Kak, apa kau membenci perbuatanku selama ini? Aku baru menyadarinya sekarang, menyadari perbuatanku yang bodoh." gumam Daevon sangat pelan.
"Kau bisa tanyakan kepada mereka yang memiliki kembaran. Apa yang akan mereka lakukan jika ada adik kembarnya yang membuat kesalahan...." jeda Davren menolehkan kepalanya untuk melihat Daevon. "Daevon, seberapa besarpun kesalahan saudara kita. Aku sebagai kakak dan kembaranmu sudah pasti akan memaafkanmu. Semalam semua begitu mendadak, aku perlu berpikir untuk memahaminya. Dae, aku tidak pernah membencimu walaupun kau membenciku." sambung Davren tersenyum.
"Tidak kak tidak, aku tidak membencimu. Aku sudah menyadari kesalahanku!"
"Baguslah. Dae, jadikan semua ini sebagai pelajaran untukmu kedepannya,"
Daevon menoleh menatap Davren lalu mengangguk. "Pasti kak, aku pasti akan menjadikan semuanya sebagai pelajaran berharga. Aku bersumpah tidak akan mabuk lagi, dan ya. Aku ingin kembali kuliah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]
Roman d'amour• DON'T COPY PASTE • My Stories REAL My Imagination!!!! .. Menjadi penerus di perusahaan Axel X Company bukanlah hal yang mudah terlebih satu persatu musuh dari sang Daddy bermunculan ingin membalaskan dendam. Davren, pria yang murah senyum menjadi...