Davren baru saja selesai melakukan rapat penting bersama Tirta. Clien yang melakukan kerja sama dengan perusahaannya yang saat pertama kali di buka, rapat kali ini cukup berjalan dengan lancar meski sempat ada beberapa kendala.
Tirta tersenyum membalas jabatan tangan Davren yang terulur kepadanya. "Terima kasih banyak Pak, saya cukup puas bekerja sama dengan anda." ujar Tirta.
"Terima kasih kembali," sahut Davren melepaskan jabatan tangannya.
"Kalau begitu saya permisi duluan!" balas Tirta seraya pergi meninggalkan ruang rapat.
Davren menoleh kearah Yuna yang berdiri di samping kirinya. "Saya akan keluar, tunda semua rapat hari ini." ucap Davren datar.
"Tapi Tuan...."
"Saya bilang tunda, dan anda cukup melakukannya." sela Davren cepat, kakinya melangkah masuk ke dalam lift.
Yuna menghentakan kakinya kesal, menatap punggung kokoh Davren yang mulai menghilang seiring tertutupnya pintu lift.
Davren baru saja keluar dari dalam lift dan langsung di sambut hangat oleh para staf juga karyawan kantor. Dia mengangguk sebagai jawaban.
"Selamat siang pak, mobil sedang diambil untuk kesini. Mohon maaf atas keterlambatan kami." ucap Ben, security yang berjaga di kantor.
"Tidak masalah," sahut Davren, mengambil handphonenya dari dalam saku celananya dan mulai mengutak-atikan mencari kontak seseorang.
"Hallo? Ada apa? Aku masih ada di kampus?" ucap seseorang dari sebrang telfon.
Davren tersenyum mendengar suara lembut itu. "Aku akan menjemput kamu kesana, jangan pergi kemanapun." sahut Davren tersenyum.
"Serius? Tapi masih dua jam lagi? Apa kau yakin? Karena kau pasti akan bosan disini," balas Vebby lagi.
"Tentu saja aku yakin, aku tidak akan bosan jika menunggu kamu. Jangankan dua jam, selamanya pun aku siap." timpal Davren menahan tawannya.
"Jangan menggombali aku terus," rengek Vebby pelan. "Sudah dulu ya, Dosennya sudah kembali."
"Baiklah. Te Amo."
"Te Amo." Davren tersenyum dengan jawaban Vebby sebelum akhirnya panggilan terputus bersamaan dengan itu mobilnya datang.
Davren tersenyum kepada Ben dan security yang membawa mobilnya. Dia masuk ke dalam dan langsung melajukan mobilnya pergi dari lobby.
Davren meminggirkan mobilnya di depan toko bunga. Dia turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam toko untuk memilih bunga. Ia ingin memberikan sesuatu yang bisa membuat gadisnya bahagia.
"Selamat datang. Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya penjaga toko ramah.
"Saya ingin bunga yang bagus untuk kekasih saya." jawab Davren datar, kedua tangannya dia masukan ke dalam saku celana.
"Mau kami bantu atau mau pilih sendiri?" tanya penjaga toko itu lagi.
Davren diam berjalan kearah bunga yang membuatnya tertarik. "Saya mau bunga ini, Tolong, di hias yang bagus." ucap Davren tanpan menoleh.
"Baik, tunggu sebentar." sahut penjaga itu lalu membawa bunga yang di pilih oleh Davren.
Sambil menunggu bunganya, dia kembali berjalan melihat-lihat bunga di sekelilingnya. Tak selang berapa lama penjaga itu kembali membawa bunga pesanan Davren.
Davren memberikan beberapa lembar uang berwarna merah, iapun bergegas keluar dari dalam toko. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]
Romance• DON'T COPY PASTE • My Stories REAL My Imagination!!!! .. Menjadi penerus di perusahaan Axel X Company bukanlah hal yang mudah terlebih satu persatu musuh dari sang Daddy bermunculan ingin membalaskan dendam. Davren, pria yang murah senyum menjadi...