• TPM|27 •

10.1K 494 31
                                    

Davren melengkuh saat merasakan sesuatu menyilaukannya. Ia menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Davren, Ayo bangun sayang ini sudah pagi." ucap Valya membuka gordeng.

"Eeugh," gumam Davren dari dalam selimut.

Valya menarik selimut Davren hingga terbuka. "Ayo bangun ini sudah pagi, kamu harus ke kantor bukan?" tanya Valya membungkuk mencium kening Davren.

Davren tersenyum kecil lalu terbangun dari tidurnya menjadi duduk. "Aku sudah bangun," jawab Davren melirik sarapan yang ada di atas nakas. "Apa ini untukku Mom?"

"Mommy sengaja membawakanmu sarapan. Karena semalam kamu tidak makan."

"So sweet sekali." Davren mengambil sandwich namun tangannya di tepis oleh Valya.

"Eett! Ayo bangun cepat mandi dulu, jangan menjadi jorok."

Davren mengaduh pelan. "Aku lapar Mom,"

"Tidak ayo cepat mandi, lihat kau masih pakai baju kantor."

Davren menghela nafas pasrah, dia beranjak dari kasur meraih handuk dan langsung berjalan kearah kamar mandi.

Valya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia terkekeh sendiri melihat tingkah Davren yang sangat mirip dengan kelakuan Axel saat dulu dia membangunkannya.

Tidak selang berapa lama Davren keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melingkar di lehernya.

Valya tersenyum menyiapkan pakaian kantor putranya, dan kembali membereskan kasur Davren yang terlihat acak-acakan lalu menaruh sepatu, di lemari khusus sepatu.

Davren memakai jasnya tidak lupa memakai arlojinya, setelah selesai dia berjalan kearah kasur duduk di pinggiran sambil memakan sandwich buatan Valya.

Valya berkacak pinggang, kepalanya menggeleng pelan. "Kenapa masih seperti anak kecil? Pakai dasi saja tidak benar." ucap Valya membenarkan dasi Davren.

"Aku senang sarapan Mom," sahut Davren menyengir lebar.

"Alasan saja." kekeh Valya. "Kau persis sekali seperti Daddymu, kalau makan selalu belepotan seperti anak kecil. Lalu kalau mau berangkat bekerja pasti beralasan sedang sarapan sampai tidak sempat membenarkan dasi. Kalau tidurpun pasti saat bangun kasur akan acak-acakan."

Davren tersenyum kecil, matanya menatap lekat mata Valya yang mulai berkaca-kaca.

"Kau memang sangat mirip dengan Daddymu." sambung Valya tersenyum getir.

"Mom, bisa buatkan aku sandwich seperti ini lagi? Ini sangat enak." ucap Davren mengalihkan pembicaraan agar Valya tidak bersedih.

"Tentu, nanti akan Mommy buatkan untukmu." sahut Valya. "Mommy akan turun kebawah, kau bersiaplah."

Davren mengangguk menatap punggung Valya yang mulai menghilang di balik pintu kamarnya. Davren melirik arlojinya dia buru-buru memakai sepatunya karena mengingat janjinya kepada Kavanya.

Davren menyambar tasnya dan bergegas keluar dari dalam kamarnya. Dia melihat Dea dan Daevon yang sedang duduk di meja makan bersama Valya. Seulas senyum menghiasi bibirnya.

"Mommy. Lihat kak Dae, mengambil jatah sandwich aku." adu Dea merengek.

"Aku hanya minta sedikit saja. Dasar pelit." cibir Daevon mengembalikan sandwich Dea yang sudah dia gigit.

"Aku tidak mau, ambil saja olehmu kak." oceh Dea mengembalikan sandwichnya ke piring Daevon.

"Ya sudah, kalau kau tidak mau. Aku akan habisi." ucap Daevon melahap sandwichnya.

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang