First

364 29 8
                                    

Rheana menarik nafasnya dalam-dalam tepat saat dirinya menjejakkan kaki di lobi bandara yang menghubungkan dengan negara gingseng tersebut. Di detik berikutnya, ia membuang nafasnya perlahan. Si gadis terus-menerus melakukan hal serupa guna menghilangkan perasaan gugup yang tidak menghilang semenjak keberangkatannya ke Korea.

Ini adalah penerbangan pertamanya. Jadi, wajar saja kalau gadis itu terlihat gugup walaupun ia sudah berusaha menetralkannya.

Lagipula, semua orang akan seperti itu, bukan?

"Rhe, mau makan dulu atau gimana nih?"

Panggilan dari temannya membuat Rheana sedikit terkejut. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara dan memasang ekspresi yang seolah-olah mengatakan, "Terserah kalian".

"Ra, gimana?"

"Hah? Apa?" gadis yang dimaksud hanya celingukan bagaikan orang bodoh yang tersesat di negara orang lain.

"Makan dulu atau pergi ke apartement, woi?!"

"Serah."

Mereka semua tampak menghela nafas pelan. Percuma saja jika bertanya pada Adara Dheandra saat gadis itu dalam mode aneh nya.

"Ya udah, caffe dah, caffe. Kalian tunggu di sana. Gue mau ke kamar mandi dulu," titah Rheana. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangan, meminta kelima temannya yang lain pergi menuju caffe terdekat yang ada di sana.

Mereka tak mau ambil pusing melihat tingkah Rheana yang sebenarnya minta dihujat ini. Maka dari itu, mereka berlima memilih untuk diam menuruti apa yang diperintahkan oleh Rheana.

Bruk!

Baru saja beberapa langkah gadis itu berjalan, seseorang menabrak dirinya. Ditambah dengan coffe late yang telah membasahi pakaian Rheana.

Si gadis diam. Ia tak bereaksi sama sekali walaupun pakaiannya telah ternodai oleh coffe late dingin yang ditumpahkan oleh seseorang pemuda. Jangankan bereaksi, gadis itu bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Seakan-akan tak terjadi apapun.

"Ya Tuhan! Maafkan saya!" panik si pemuda seraya melihat noda pada pakaian yang dikenakan Rheana sekarang.

Dan bukannya menjawab, "Tidak apa-apa, bukan masalah besar", atau semacamnya, Rheana malah berjalan pergi meninggalkan pemuda tersebut tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya.

Memang benar, sih, kalau berhadapan dengan laki-laki, Rheana terlalu cuek dan tidak pedulian. Lagipula ia tidak peduli jika para kaum Adam menganggapnya sok jual mahal atau apalah. Toh tidak ada gunanya juga mempedulikan hal itu.

"Nona?"

Kening Rheana berkerut sebal saat dirinya menyadari bahwa pemuda itu mengikutinya. Ia pun menghentikan langkah kemudian berbalik menghadap si pemuda.

"Apa lagi?"

"M-maafkan saya. Sebagai gantinya, akan saya belikan pakaian yang baru."

Decakan terdengar dari bibir si gadis. Ayolah, yang diinginkan Rheana saat ini hanyalah pergi ke toilet, lalu menemui teman-temannya, kemudian pulang ke apartement. Rheana kelelahan, sungguh.

"Kau... marah?" pemuda tersebut bertanya dengan ragu.

"Nope. Tak usah pedulikan. Kau mengganggu, jadi pergilah."

Oke, itu ucapan yang terlalu menohok, kupikir. Tapi jika Rheana tidak mengucapkan kata-kata menohok, ku yakin kutub sudah mencair sekarang.

Pemuda itu sedikit memiringkan kepalanya. Di detik berikutnya, si pemuda tersenyum manis seraya memberikan kartu namanya.

TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang