Nineteenth

86 17 1
                                    

Langkah kaki yang tergesa terdengar di sepanjang trotoar. Hal ini dikarenakan waktu yang telah menunjukkan waktu sembilan lebih lima belas menit. Itu tandanya pemilik langkah kaki tersebut telah benar-benar telat dipertemuan yang telah ia buat sendiri.

Nafasnya memburu, menandakan bahwa gadis itu telah kelelahan karena terus berlari dari halte bus menuju sebuah caffe di mana orang itu menunggu. Tepat saat dirinya telah sampai di depan caffe, ia segera melangkah masuk, dan menemui sesosok pemuda yang sedaritadi menunggunya.

Tanpa menunggu pemuda tersebut bicara, ia memberikan sebuah map biru kepadanya. Hal ini tentu membuat sosok itu keheranan. Mau tidak mau si pemuda pun segera membuka map biru tersebut dan mengambil selembar kertas yang berisi sebuah tulisan di kertas tersebut.

Kening si pemuda mengernyit, lantas mendongak menatap sang gadis yang masih tetap berdiri disampingnya. "Apa maksudnya ini, Rheana?"

Gadis bernama lengkap Rheana Andria itu tersenyum. "Surat pengunduran diri," jawabnya dengan nada ringan seakan-akan mengatakan hal tersebut adalah suatu hal yang mudah.

Ya, tentu saja mudah bagi Rheana yang kini telah mendapatkan pekerjaan baru di perusahaan milik Luhan yang tentunya akan berkali-kali lipat lebih baik dari perusahaan milik Yifan. Karena Rheana sudah cukup mengenal dekat Luhan beserta istrinya. Bahkan Rheana memiliki hubungan yang baik dengan Dilraba.

Tidak seperti hubungannya dengan Bae Irene.

"Kau bercanda?"

"Tidak." Lagi-lagi jawaban dengan nada ringan yang ia berikan. Tak lupa juga dengan senyuman manis yang mengembang, seolah-olah dirinya tengah mengejek pemuda tersebut. "Untuk apa Saya tetap bekerja di perusahaan Anda disaat Anda sendiri sudah mendapatkan pengganti Saya? Saya dengar nona Irene dulunya adalah assistant Anda. Bukankah itu bagus?" sambungnya, masih dengan nada yang ia gunakan beberapa detik lalu.

"Tidak bisa begini." Si pemuda menggelengkan kepalanya. Bagi dia, sangat berat melepaskan Rheana yang dulunya pernah memiliki hubungan khusus dengan pemuda tersebut.

Apalagi sampai saat ini Rheana masih menjadi prioritas pemuda tersebut.

"Kenapa? Anda tidak bisa melarang Saya, Mr. Yifan. Mau bagaimanapun, Anda tidak berhak mengatur hidup Saya. Baiklah, Saya permisi. Semoga hari Anda menyenangkan."

Katakan saja jika Rheana telah berubah menjadi sosok yang jauh lebih berbeda dari yang dulu. Karena saat ini ia sedang berusaha bersikap lain dihadapan Yifan. Atau tepatnya, ia mencoba untuk menjadi sosok seperti Ara. Ceria, namun juga mampu membuat seseorang sakit hati dengan apa yang dikatakannya.

Jujur, itu tidak mudah.

Tapi tidak masalah jika untuk sekarang ini.

"Rheana? Ngapain lo jalan-jalan sendirian di sini?"

Langkah si gadis terhenti. Wajahnya perlahan menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati sosok Darrel di sampingnya.

Well, kebetulan sekali Darrel ada di sini. Rheana baru saja akan mengirimkan pesan terhadap pemuda itu dan memintanya untuk bertemu agar segera meluruskan permasalahan ini.

"Bisa ngomong bentar?"

Darrel meneguk saliva-nya sendiri. Jika Rheana mengajak bicara hanya untuk menolaknya, lebih baik Darrel tidak mendengar hal itu.

Mau sebaik apapun seseorang, jika ditolak oleh orang yang disukai tetap saja rasanya sakit.

"Bisa. Mau di mana? Di taman atau caffe? Mau gue beliin jajanan? Mau apa? Es krim atau crepes?"

TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang