Tuk Tuk Tuk
Rheana mengetuk pelan meja kantin di perusahaan tersebut. Manik matanya menatap kosong ke arah secangkir vanilla latte yang telah ia pesan tadi. Pikiran si gadis melayang entah kemana, memikirkan hubungannya bersama dengan seseorang yang telah ia jalani selama empat bulan lamanya. Bahkan suara heboh yang ditimbukan keenamnya temannya--ditambah Han Jisung yang beberapa bulan lalu masuk kedalam hidup Adara--sama sekali tidak membuyarkan pikiran si gadis.
Empat bulan bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin sebuah asmara. Dalam waktu tersebut mampu membuat ikatan sepasang kekasih semakin erat dan mampu membuat mereka memberikan kepercayaan pada diri pasangannya.
Tapi nyatanya tidak di dalam hubungan seorang Rheana Andria.
Semakin lama mereka berhubungan, semakin terasa pula Yifan menjauh darinya.
Dulu Yifan seringkali meneleponnya atau mengiriminya sebuah email hanya untuk menanyakan kabar ataupun menjemput dan mengantar Rheana, tapi kini jauh berbeda dari sebelumnya.
Memang benar jika Yifan beberapa kali menghubunginya, tetapi tak sesering dulu. Awal mula Rheana maklumi itu karena ia paham, pekerjaan seorang CEO tidak semudah membalik selembar kertas. Rheana juga tidak menuntut sebuah perhatian lebih dari seseorang.
Iya, awalnya.
Tapi lama-kelamaan dirinya juga lelah saat beberapa kali menangkap pemandangan di mana Wu Yifan tengah berjalan bersamaan dengan seorang gadis.
Oke, lagi-lagi Rheana bisa maklumi jika mereka hanya berjalan saja. Tapi, tidak dengan bergandengan tangan.
Hell! Bagaimana mungkin seseorang bisa bertahan saat melihat kekasihnya menggandeng tangan gadis lain?
Bahkan wanita setegar Ara--yang perasaannya seringkali dipermainkan oleh Hyunjin--mampu merasakan lelah juga jika melihat hal seperti itu.
Mau bagaimanapun mereka juga manusia. Seorang wanita yang hatinya mudah rapuh hanya karena melihat orang yang disukai berduaan bersama orang lain.
"Ra, lo gak capek apa ngehindar terus dari Mr. Hyunjin?"
Tepat ketika Witri membuka suaranya, lamunan Rheana buyar. Pandangan mata si gadis teralihkan pada sosok Ara yang duduk di sampingnya. Sosok Ara terlihat terseyum kikuk dengan tangan yang mengusap pelan belakang kepalanya.
"Gue capek, tapi gue gak tau lagi apa yang bisa gue lakuin untuk ngebuat dia berhenti."
Rheana mendengus mendengar hal tersebut. "Bilang aja kalau lo mau selesai-in permainan gak berguna ini." si gadis menjeda perkataannya sesaat. "Lagian kenapa lo tiba-tiba ngehindar dia?"
Ara tak merespon. Gadis itu malah mengalihkan fokusnya pada cangkir kopi kosong yang ada di hadapannya. Tatapan si gadis terlihat begitu sayu. Hal tersebut mampu membuat Rheana menebak apa yang sedang dialami oleh temannya ini.
"Biarin aja dah, biarin. Nanti gue bantuin lo lepas dari dia," ujar Jisung, menyuap sesendok ice cream vanilla-nya ke dalam mulut. "Btw Rhe, hubungan lo sama CEO kita gimana?"
Fokus teman-temannya beralih pada Rheana yang kini terlihat menegang karena mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Jisung.
Sebenarnya ia tak ingin menceritakan hal ini kepada siapapun, bahkan teman dan kakaknya sendiri. Bagi Rheana, memendamnya seorang diri sudah cukup. Orang lain tak perlu ikut campur.
Tapi tampaknya Rheana tak bisa memendam hal itu lagi. Karena saat ini, teman-temannya telah menatap si gadis dengan ekspresi menuntut.
"Kita... baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
FanfictionBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.