Rheana mengusap bibir meja caffe dimana mereka sering nongkrong bersama. Gurat kecemasan tampak terpampang jelas di wajah cantiknya.
Ini sudah lebih dari satu minggu semenjak Ara pulang ke Indonesia, tapi mereka bahkan belum mendapatkan kabar barang sekalipun dari gadis itu. Tentu saja hal ini mengundang kepanikan bagi Rheana dan keempat temannya yang lain.
Nuansa suram tampak terasa begitu kentara dari mereka semua. Antara gelisah, khawatir, dan panik bercampur aduk menjadi satu di hati mereka.
Ayolah, Ara sudah berjanji akan menghubungi mereka saat telah tiba di rumahnya. Namun sampai satu minggu kemudian, tidak ada kabar sama sekali dari gadis itu! Bagaimana mereka tidak khawatir?
Bahkan tidak ada yang ingin membuka suara ataupun mencairkan suasana yang terasa dingin ini. Mereka sibuk dalam pikiran masing-masing
Hingga getaran ponsel milik Rillian memecahkan keheningan. Si pemilik ponsel segera melihatnya, dan mendapati nama Samuel di layar ponsel itu. Tanpa pikir panjang, ia segera mengangkatnya.
"Sam!"
Sam yang di seberang sana mengernyit heran. "Ah, kalian pasti khawatir sama keadaan mbak Ara."
Mereka mengangguk sebagai jawaban. Walaupun yakin Sam tidak bisa melihatnya.
"Gimana kabar Ara? Ini udah satu minggu lebih tiga hari dari pulangnya Ara ke Indo. Dia baik-baik aja?"
Sam tidak menjawab. Ia mengigit bibir bawahnya ragu--mencoba berpikir sejenak--sebelum akhirnya kembali membuka suara, "Sorry nih ya kalau gue baru bisa ngehubungin kalian sekarang." Sam memberi jeda. "Ini tentang mbak Ara. Dia kecelakaan pas mau nyampe ke Purwakarta. Keadaan dia sekarang koma, sejak satu minggu yang lalu."
Suasana disekeliling Rillian menegang. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya. Otaknya mencoba untuk memahami apa yang baru saja dijelaskan oleh Sam.
"Ril, kenapa?" Deya bertanya. Dirinya merasa aneh kala melihat tubuh Rillian yang kaku tidak bergerak sedikitpun. Bahkan mungkin Rillian tidak bernapas? Entahlah.
"Sam, jangan bercanda, tolong."
Sam menghela nafasnya. "Sayangnya gue lagi gak bercanda, mbak."
"Sejujurnya, gue sendiri gak tau kapan dia akan bangun.
Dokter bilang, mungkin akan lama. Atau bahkan nggak sama sekali."
Dapat Rillian dengar Sam menangis dari seberang sana. Mendengar hal itu membuat hatinya ikut merasakan sakit. Sungguh, ia tak pernah bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarga dari Adara Dheandra ini.
"Jaga Ara buat gue, Sam. Gue sama yang lain bakal pulang besok."
Sambungan ditutup begitu saja oleh Rillian. Gadis itu beralih pada keempat temannya yang telah menatapnya bingungan.
"Guys, kita balik ke Indonesia besok."
"Kenapa?"
Sebuah suara kembali membuat fokus mereka teralihkan. Didapati Han Jisung tengah berdiri di dekat mereka dengan nampan berisi segelas caffe macchiato.
"Kenapa lo semua pada mau balik ke Indonesia?" sekali lagi Jisung bertanya. Ekspresi polos yang selalu ia perlihatkan telah berganti menjadi bingung.
"Ara kecelakaan. Satu minggu yang lalu. Dan dia belum sadar sampe sekarang."
Oke, ini kabar buruk bagi mereka semua. Dan mungkin kabar yang benar-benar buruk bagi Hwang Hyunjin. Bukan hanya itu, Ahran bahkan nyaris menggebrak meja jika saja Deya tak mengingatkannya jika mereka sedang berada di caffe untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
Fiksi PenggemarBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.