"Jadi, untuk apa kau ke sini?"
Tatapan mata Rheana sama sekali tak beralih dari mata setajam elang itu. Kedua tangannya sedikit mengepal, mencoba untuk menahan emosi-nya yang siap meledak kapanpun. Bibirnya ia tutup rapat-rapat, menahan agar tak ada untaian kalimat menusuk yang keluar dari sana.
Ah, ini menyakitkan.
Bohong bila Rheana mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan akan segera menyelesaikan semua ini. Faktanya? Ia tidak baik-baik saja. Bibir memang mampu mengatakan hal tersebut dengan mudah, tetapi hati kecil tidak akan bisa dibohongi seberapa keras dia mencoba.
Karena sungguh, hati kecilnya tak pernah rela untuk melepas seorang Wu Yifan. Apalagi untuk seorang wanita semacam Bae Irene yang ia sendiri tidak tahu asal muasalnya.
"Aku ingin bertemu denganmu karena selama ini aku tidak memiliki waktu untuk i--"
"Sudah ku katakan untuk tidak menemuiku lagi, bukan?" dengan nada sarkas, Rheana memutus ucapan Yifan. Bahkan kedua mata si gadis tak lagi memandang manik hitam itu.
"Dengarkan penjelasan--"
"Tidak butuh." Untuk yang kedua kalinya, ia memutus ucapan Yifan. Si gadis mundur beberapa langkah agar jarak di antara mereka semakin menjauh. "Aku tidak butuh itu. Untuk apa kau menjelaskan semuanya jika pada akhirnya.... Kita akan berpisah?"
Tidak.
Bukan itu yang Rheana inginkan.
Bukan itu yang Rheana harapkan.
Ia hanya ingin semuanya kembali lagi ke awal. Di mana saat itu Yifan berhasil membuatnya jatuh cinta. Sungguh, ia tak pernah menyangka bahwa pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibirnya. Lancar seperti aliran sungai, tanpa hambatan sedikitpun.
"Tidak." Gurat wajah Yifan menegang. Kini tak ada lagi ekspresi tenang di wajahnya, digantikan dengan ketegangan yang kentara. "Jangan pernah berpikir bahwa kita akan berpisah, Rheana," sambungnya seraya berjalan menghampiri gadis itu sebelum akhirnya menggenggam lembut kedua tangan si gadis.
"Aku tidak ingin kehilanganmu lagi--"
"--Aku tak ingin merasakan perasaan menyakitkan itu lagi. Perasaan di mana aku merindukan kehadiranmu di sisiku."
Rheana tersenyum tipis. Perlahan melepaskan genggaman tangan si pemuda, sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan.
Memang hati kecilnya mengatakan bahwa ia harus tetap mempertahankan hubungan ini, tapi apa yang bisa ia lakukan saat ini selain pasrah terhadap Tuhan yang tengah mengombang-ambingkan hubungannya?
Ia sendiri tak mau ada kata "selamat tinggal" dalam hubungannya, tapi semuanya tak akan kembali lagi seperti dahulu jika sang perusak sendiri masih belum disingkirkan.
Lagipula jika Yifan tak ingin kehilangan Rheana, lantas kenapa ia tidak ikut berjuang bersama gadis itu?
"Aku juga ingin tetap bersamamu, Yifan. Aku juga mencoba untuk memahami keadaanmu. Aku juga sedang meyakinkan diriku sendiri bahwa kau hanya mencintaiku seorang. Tapi, lama-lama aku ragu dengan semua itu. Aku ragu hatimu hanya untukku--"
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
FanficBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.