Gadis cilik itu terdiam. Manik matanya menatap datar ke arah hamparan rerumputan yang ada dihadapannya. Kaki kecil itu ia ayun-ayunkan dengan pelan mengikuti irama lagu yang tengah didengarnya melalui earphone.
Jam telah menunjukkan pukul lima sore, dan gadis kecil itu tidak kunjung pergi dari tempatnya duduk saat ini. Seharusnya pukul lima sore ini anak-anak sepertinya sudah ada di rumah, berkutat dengan buku catatan ataupun menonton televisi, tetapi tidak dengan gadis itu.
Entah sudah sejak kapan kegiatan itu tak pernah ia lakukan lagi semenjak kepergian dari seseorang yang berharga baginya. Ia tak pernah melakukan kegiatan seperti anak-anak seusianya lakukan. Gadis cilik itu hanya akan duduk diam di bangku taman berhamparan rumput hijau sembari mendengarkan lagu kesukaannya.
"Kepergian seseorang itu bukan akhir dari segalanya, Rhea."
Rheana kecil mengalihkan pandangannya pada sosok laki-laki berwajah tampan, kakaknya. Senyum tipis gadis itu mengembang, sangat tipis. Bahkan nyaris tidak terlihat jika bocah lelaki itu tidak mempertajamkan penglihatannya.
"Aku tahu, kak Darrel. Tapi apa menurutmu aku bisa tetap ceria kayak biasa setelah ditinggalin seorang teman yang telah bersamaku selama bertahun-tahun?"
Darrel mengusap puncak kepala adik kecilnya itu. "Di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Jangan pikir kalau kamu sendirian di dunia ini waktu Yifan mutusin untuk pergi ke Korea.
Kalau kamu ngerasa sendirian, inget masih ada aku yang akan selalu ada di sisimu."
Rheana tersenyum geli kala mendengar penuturan dari Darrel. Haruskah anak berumur sembilan tahun mengatakan hal seperti itu?
"Lagian Yifan bilang kalau dia bakal balik lagi dan nikahin kamu, kan?" Darrel kembali membuka suaranya tatkala tak ada respon sedikitpun dari si gadis.
"Yah...." si gadis menganggukkan kepalanya. "Aku ngerti kok."
"Rhe! Rheana!!"
Tak ada respon dari gadis yang kini tengah terlentang di jalanan itu. Kedua matanya masih terbuka, namun pandangannya begitu kosong. Ia bahkan tidak menoleh saat namanya dipanggil oleh orangtua dan kakak laki-lakinya.
Anggota keluarganya begitu panik kala mata itu perlahan menutup dan nafasnya perlahan mulai menghilang. Beberapa detik kemudian ambulan datang, membawa tubuh mungil penuh luka itu menuju rumah sakit terdekat untuk ditangani.
Ya, ketika berumur duabelas tahun, Rheana mengalami kecelakaan yang cukup parah. Ketika dirinya membuka mata, yang ia ingat hanyalah tentang keluarganya, tidak lebih. Dokter bilang ia kehilangan sebagian ingatannya.
Termasuk ingatan tentang Wu Yifan.
Tak ada yang tahu pasti kapan ingatannya akan kembali, atau mungkin ingatannya tak akan pernah kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
FanficBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.