Eighteenth

64 18 0
                                    

Langkah kaki Rheana berhenti tepat ketika mereka berdua telah sampai di taman belakang rumah sakit, membuat langkah Darrel juga terhenti karenanya. Darrel menoleh, menatap Rheana yang masih diam seraya menundukkan kepalanya. Rangkulan pada pundak si gadis perlahan ia lepas, dan memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Makasih," ujar Rheana pelan, masih dengan wajah yang menunduk.

"Sans. Udah kewajiban gue sebagai seorang ka--" Darrel memutus ucapannya sendiri. Helaan nafas tampak ia hembuskan secara perlahan.

Tidak seharusnya ia bersandiwara seperti ini. Tidak seharusnya dia tetap mempertahankan hubungan mereka sebagai adik dan kakak jika perasaannya tetap terasa menyakitkan.

Mau bagaimanapun, semua ini salah. Dan Darrel tak akan bisa terus menerus berpura-pura menjadi kakak yang baik untuk Rheana.

Karena faktanya, perasaan yang muncul di hati Darrel jauh berbeda dari apa yang diharapkannya.

"Terus waktu lo bilang itu, apa maksudnya ya? Emang dia ngerti apa yang lo omongin?"

Darrel menggaruk pipi kanannya pelan dengan menggunakan jari telunjuk. "Nggak."

"Ya terus ngapain lo bi--"

"Nggak salah lagi."

Rheana melongo. Wajahnya kini telah mendongak, menatap Darrel tepat di mata.

"Rhe, Kalau misalkan gue suka sama lo... gimana?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Darrel. Entah keberanian dari mana ia dapatkan sehingga mengatakan hal semacam itu.

Padahal tadi saat di rumah, ia hanya diam menghindar dari adiknya itu.

"Ya boleh lah. Lo 'kan--"

"Lebih dari kakak-adek. Gue suka lo, sayang sama lo, dan cinta sama lo kayak cowok ke cewek biasanya."

Gadis itu semakin terdiam. Otaknya sibuk mencerna apa yang baru saja Darrel katakan. Tentu bagi Rheana yang tak tahu mengenai hubungan mereka sebenarnya merasa aneh dengan pernyataan Darrel. Masalahnya hubungan antar saudara kandung itu dilarang di agama nya. Tidak mungkin 'kan Darrel seperti itu?

Apa kata orangtua mereka nantinya?

Ralat, orangtua Rheana.

"Kalau lo pikir gue itu kakak kandung lo, lo salah besar." Darrel kembali membuka suara. Dicengkramnya kedua pundak si gadis dengan pelan. "Faktanya gue anak angkat orangtua lo. Dan gue... kakak kandung dari temen lo, Ara."

Rheana menggeleng-gelengkan kepalanya. Hati gadis itu sudah terlalu lelah untuk menerima kenyataan pahit yang terus menerus menghantamnya tanpa toleransi sedikitpun.

Jika Darrel memang bukanlah kakak kandungnya, ia harus menganggap Darrel apa mulai dari sekarang? Mau bagaimanapun, Darrel telah membantunya selama ini, dan berhasil membuatnya nyaman.

Rheana takut jika ia menolak Darrel, pemuda itu akan pergi meninggalkannya bersama dengan kenangan manis yang pernah mereka lewati bersama.

Ah....

Nyaman....

Haruskah Rheana memikirkan kembali perasaannya? Perasaan sesungguhnya terhadap dua orang yang dari dulu telah mengisi relung hatinya.

Ya, Darrel dan Yifan tentunya. Memangnya siapa lagi?

Felix Saputra? Apa yang bisa diharapkan dari pria gagal semacam dia?

"Rheana, dengerin gue." Suara Darrel kembali terdengar. Digenggamnya dengan lembut jemari mungil itu, dan memaksanya untuk menyentuh dada si pemuda. "Lo emang bukan adek gue, tapi lo ada di posisi terpenting di hidup gue. Gue gak mau ngeliat lo nangis lagi, gue gak mau liat lo tersakiti lagi, dan gue bener-bener mau ngelindungin lo," sambungnya dengan nada suara yang menyiratkan kepedihan di dalamnya.

TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang