"Jadi, kenapa lo balik ke Indonesia? Bukannya lo banyak urusan di Amrik?"
Darrel menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Pemuda itu memijat keningnya pelan. Entahlah, Darrel tak tahu pasti dengan apa yang akan ia katakan. Setelah mendengar ucapan Rheana sebelumnya, ia merasa ragu akan mengatakan semua fakta tentang hubungan mereka.
Ia takut--benar-benar takut--jika hubungannya dengan Rheana akan merenggang ketika gadis itu tahu akan hal yang sebenarnya.
Dan juga, Darrel takut jika hubungannya dengan Adara ikut merenggang. Karena semua ada sangkut pautnya dengan gadis yang kini tak bisa lagi menggunakan indera penglihatannya itu.
Ngomong-ngomong, Rheana sudah pergi karena tadi Yifan dan yang lainnya telah datang ke rumah sakit, dan Darrel meminta agar mereka semua untuk keluar terlebih dahulu karena ada sesuatu yang juga ingin Darrel bicarakan dengan Ara.
"Ra...."
"Hm?" hanya itu yang bisa Ara katakan, karena memangnya apa lagi yang harus ia katakan?
"Menurut lo, kalau gue bilang semuanya, dia bakal tetep jadi Rheana yang gue kenal?"
Ara diam. Yah, tidak aneh jika Darrel menceritakan hal tersebut pada Ara. Gadis itu telah mengetahui semua hal tentang hubungan Darrel dan Rheana. Jadi ia tidak merasa terkejut jika Darrel menanyakan hal ini.
"Terus gimana rasanya kalau lo tau kakak dari temen lo itu sebenernya kakak kandung lo sendiri?"
Tak ada lagi jawaban dari si gadis. Keningnya pun bahkan kini telah berkerut heran. Ia kebingungan sungguh.
Bagaimana mungkin Darrel menanyakan hal seperti itu? Darimana datangnya pikiran seperti itu? Kenapa arah pembicaraan mereka jadi berubah seperti ini?
"Biasa aja. Kenapa?" Ara balik bertanya. Ditatapnya lekat-lekat manik mata Darrel--walaupun pada kenyataannya indera itu tak lagi berfungsi--, membuat sang empunya segera melirik ke arah lain seraya mengusap canggung lehernya.
"Bang, inget apa yang gue bilang waktu itu?" Ara memberi jeda pada kalimatnya. "Seberapa bejatnya lo, seberapa kasarnya diri lo, seberapa jeleknya diri lo, kita semua gak akan pernah ngejauh dari lo, bang. Karena bagi kita, lo itu adalah kakak terbaik yang pernah ada."
"Bukan itu masalahnya. Gue takut... kalau dia gak bisa nerima semua perasaan gue...."
"...Karena gue--maksudnya perasaan gue... bukan sekedar kakak yang sayang sama adeknya...."
"...Terutama elo. Gue takut lo ilfeel sama gue."
Terdengar helaan nafas dari Ara. Ia kembali menyandarkan punggung pada bantal yang terletak di belakangnya, merilekskan tubuhnya yang terasa lelah.
"Lo pernah mikir gak sih Rheana bahagia atau nggak sama Yifan?"
Darrel diam.
Bukan ini yang sedang ia bahas sekarang. Dan ia juga tak ingin membahas hal ini. Baiklah, katakan saja jika menyerahkan Rheana pada Yifan adalah kesalahan terbesar yang pernah Darrel lakukan selama hidup di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
FanfictionBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.