"Btw, kabar Felix gimana?"
Rheana terdiam. Mimik wajah si gadis terlihat menegang kala mendengar nama pemuda itu disebut. Ia menoleh, menatap ke arah Ara yang sedang memasang ekspresi tanpa dosanya.
Apa Ara tidak mendengar lagi apa yang diucapkan Rheana saat itu? Tentang dirinya tak ingin mendengar nama si pemuda lagi.
"Dibilangin jangan bahas lagi!" Rillian segera mencubit pelan lengan Ara kala menangkap mimik wajah Rheana yang mulai menegang.
Rheana tersenyum miris, lantas duduk kembali di samping Rillian dan mulai menyantap makanannya yang baru saja diantarkan tadi.
Biarlah Ara penasaran dengan kabar dari Felix, karena Rheana tak pernah ingin mengungkap lagi tentang pemuda bernama lengkap Felix Saputra tersebut. Hatinya sangat sakit setiap kali mendengar nama pemuda itu, sungguh.
"Felix? Felix Saputra? Kak Felix? Kalian kenal?" Sam yang masih setia di seberang sana mulai membuka suaranya kembali. Pemuda itu tampak mengerutkan keningnya heran karena keenam gadis itu kenal dengan kakak tingkatnya yang terkenal akan kelakuan buruknya. "Kok bisa kenal sih?" pemuda itu semakin mengerutkan keningnya kala melihat mereka tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Kalau boleh jujur, Sam kesal. Benar-benar kesal. Disetiap kali Sam mendengar nama Felix, rasanya ia ingin melakukan sesuatu terhadap pemuda itu. Seperti menjadikan Felix tumbal contohnya.
Kenapa? Karena Sam pernah memiliki kenangan buruk dengan Felix, dan ia tak ingin keenam gadis itu mendapatkan kenangan buruk yang sama seperti Sam.
Tapi sayangnya, hal itu sudah terjadi. Jauh sebelum Sam mengenal Felix.
"Mbak, kalau kalian semua kenal sama kak Felix, gue mau kalian jauhin dia. Gue gak mau kalian kenapa-napa," celetuk Sam seraya mendekatkan wajahnya pada layar ponsel.
"Ya udah, gak usah dibahas. Ngomong-ngomong, lo di mana sekarang? Di dalem pesa--"
"Iya, gue mau ke Korea."
Aktivitas Rheana tehenti saat mendengar Sam ingin pergi ke Korea. Manik matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya gadis itu kembali larut menyantap makanannya.
Hingga beberapa menit kemudian, suara lemparan ponsel pada permukaan meja membuat Rheana kembali mendongakkan kepalanya. Rheana mendengkus, menatap tak suka ke arah Hwang Hyunjin yang tengah berbicara dengan salah satu teman masa SMK-nya.
Iya tahu sebuah drama pasti akan terjadi diantara mereka. Konyol sekali memang saat orang sedingin Adara Dheandra menerima tantangan yang diberikan oleh Ditektur Personalia itu, tapi itulah kenyataannya. Rheana bahkan tak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi walau terkadang firasatnya selalu tepat.
Rheana kembali mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang berlari kecil ke arah Hyunjin. Di detik berikutnya, gadis itu menggenggam jemari si pemuda dan mengatakan sesuatu terhadapnya. Pandangan Rheana tertuju pada tautan jemari mereka, di mana Hyunjin juga balas menggenggam jemari si gadis.
Ah, Rheana curiga terhadap mereka. Entah saat ini, ataupun saat di atas podium, sikap mereka berdua benar-benar aneh. Seakan-akan mereka menyembunyikan sebuah hubungan kepada orang lain.
Sebenarnya Rheana ingin mengatakan semua kecurigaannya terhadap Ara, tapi... ia tak ingin bahwa Ara menganggap dirinya seolah-olah tahu dengan segala sesuatu. Maka dari itu, Rheana memilih untuk diam menyimak semua jalan hidup teman-temannya.
Bukannya tidak ingin membantu. Rheana hanya ragu.
"Lo semua ngerasa aneh gak sih?" tepat saat Ara, Hyunjin, dan Hyun pergi dari tempat tersebut, Witri mulai membuka suaranya. Tatapan gadis itu tetap terfokus pada Ara yang tengah berjalan menuju toilet terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TPS ( 3 ) - Hurt » Wu Yifan Ft Lee Taeyong [ ✔ ]
FanfictionBook three of the programmer series; Hurt - Wu Yifan ft Lee Taeyong Hal yang paling menyesalkan di hidup Rheana Andria adalah bertemu dengan seorang CEO seperti Wu Yifan.