[09]

491 100 5
                                    

***

Toko bunga
17.14


Setelah kamu berhenti menangis ibumu memberikanmu secangkir teh.
Kamu memperhatikan teh yang berwarna terang itu seolah bertanya teh apa yang baru saja disuguhkan ibumu ini.

"Tenang, itu bukan teh chamomile" katanya seolah dapat membaca pikiranmu. Ia tau kamu membenci teh dari bunga itu.

Kamu tersenyum kearahnya lalu meminum teh hangat tersebut.

"Kamu tidak sedang terburu-buru?"
Ibumu bertanya dan kamu segera menggeleng.

"Tidak! Besok hari Sabtu"

"Baguslah" senyumnya seolah tak pernah hilang barang sedetik saat ia mulai melihat sosokmu.

"Toko ini milik ibu?" Kini kamu yang bertanya lalu ia mengangguk.

"Bagus kan?"

"Sangat! Saat pertama kali menginjakkan kaki disini aku sudah bisa merasakan ibu hehe"

Ibumu tertawa mendengarnya, ia memandangimu seolah kamu adalah sebagian dirinya yang pernah hilang.

"Kamu sudah tumbuh sejak terakhir kali kita bertemu"

Kamu tersenyum malu mendengarnya.

"Dan kapankah itu?" Ia bertanya.

"Saat aku masih kelas 2 SMP. Pada saat tahun baru, aku kerumah nenek bersama kak Hyunjin"

"Tentu saja. Aku sangat merindukan kalian berdua"

Setelah itu kalian bercakap cukup lama, mulai dari bagaimana kehidupanmu selama dua tahun ini hingga bagaimana kehidupannya sekarang.

Kamu mengetahui bahwa ibu baru saja membangun toko ini 6 bulan yang lalu, beberapa saar sebelum kamu pindah lagi kekota ini.

Begitu menyenangkannya kalian berbicara seolah kalian merupakan satu.

Hingga pertanyaanmu membuat hening diantara kalian.

"Jadi, apakah ibu akan kembali tinggal bersama kami?"

Percayalah, kamu bahkan tidak ingat mengapa ayah dan ibumu hidup secara terpisah selama tujuh tahun.

Yang kamu ingat hanyalah mereka dulu sering bertengkar karena ayahmu pulang terlambat. Beruntung ayahmu tak pernah menyerang fisik.

Tapi walau bagaimanapun kamu menyayangi mereka berdua dan ingin keluarga kalian utuh kembali.

"Entahlah, menurutmu? Haruskah ibu kembali?"

"Mengapa ibu harus menanyakannya lagi?"

Wajahmu terlihat begitu sedih hingga rasanya kamu menangis.

"Tidakkah kamu capek mendengar omelan ibu?"

"Aku bahkan tidak pernah capek mendengarkan kalian bertengkar"

Kamu menundukkan kepalamu mencoba menyembunyikan matamu yang mulai berkaca-kaca.

"Jangan menangis, karena ayahmu baru saja menelpon ibu tadi siang"

Kamu segera mendongak dan mencengkram lengan baju ibumu.

"Apa katanya?!"

"Ayah ingin bertemu dengan ibu besok"

"Benarkah?!!!"

"Kelihatannya kalian berhasil meyakinkannya" ibumu tertawa lalu kamu memeluknya lega.

****

17.36

"Bagaimana rasanya bertemu dengan Jeongin lagi?"

Kamu tersontak mendengarnya lalu menatap ibumu yang sedang tertawa jahil.

"Dulu kamu sering membicarakan dia dirumah lho"

"Itu dulu"

"Hihi, tapi mendengar ceritamu mungkin rasanya agak aneh ketika dia bersikap baik. Benar?"

Kamu setuju, dan lagi ada satu hal yang kamu tidak mengerti: Darimana Jeongin tau tempat ini?

Kamu melihat kebelakang, kearah kaca yang memperlihatkan Jeongin sedang duduk di motornya sambil menelpon.

Sambil ibumu menceritakan kembali cerita-cerita masa kecilmu bersamanya, kamu mulai memikirkan betapa kalian telah berubah sejak hari-hari itu.

"Jeongin sering mengunjungi ibu kesini, pasti ia tau dari mamanya"

Benar juga, ibu kalian sangat dekat, mungkin karena kalian juga yang kerap kali bermain bersama dulu.

"Terkadang ia disini ikut menjaga toko bunga saat ibu harus pergi atau melakukan sesuatu"

"Kedengarannya sangat berbeda dengan Jeongin yang aku kenal disekolah"

"Ia disini sambil membaca buku-buku tentang bahasa bunga "

Kamu melihat ibumu bingung " bahasa bunga?"

Ibumu mengangguk lalu mengeluarkan sebuah buku dari laci dibawah meja kasir dan meletakkannya diatas.

" Mengertilah Tentang Apa Yang Bunga Katakan "

Kira-kira begitulah judulnya, buku tersebut cukup besar, berwarna putih dan dilapisi oleh plastik namun sudah usang. Dapat terlihat bahwa itu bukan buku baru.

"Dia sering melihat-lihat itu"

Tiba-tiba kamu teringat bunga camomile yang baru saja ia berikan, maka kamu segera mencari halaman dengan huruf 'C' terletak disisi kiri atas.

Kamu bingung karena nama bunga tersebut tidak ada pada kolomnya.

"Camomile itu bahasa Inggris, kita menyebutnya kamomil"

Kamu mendongak dan melihat ibumu tersenyum. Mungkin inilah yang disebut ikatan ibu dan anak?

"Kamomil memiliki arti semangat dalam kesulitan, dan kesabaran"

"Ada apa dengan bunga itu?"

Ibumu bertanya sambil mencoba ikut membaca kalimat didalam buku, kamu menggeleng.

"Tadi Jeongin memetik bunga itu dari salah satu pot didepan dan memberikannya padaku"

"Wah, mungkin ia mencoba mendeskripsikan kamu?"

"Yang benar saja"

Kalian tertawa bersamaan lalu kembali membuka lembaran-lembaran buku tersebut.

***

kan bilangnya double update hehe
Jadi sebenernya ini tuh sejenis part 1?

Jadi chapter 9 dan 10 itu awalnya satu chapter.

Tapi kepanjangan jadi aku pisah aja dehhhhh

Hehe, enjoy ❤

[✔] Pink Rabbit | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang