[19]

427 90 5
                                    

***

Kamu masih terpaku didepan ketika Jeongin sudah kembali keluar dengan dua minuman kaleng dan snack.

"Ayo ayo kita ke taman. Aku akan menceritakannya agar kau tidak bingung begitu"

Jeongin menarik tudung jaketmu membuatmu tertarik kearahnya.

















"Nih"

Ia meletakkan soda kalengan yang ia beli diantara kalian.

Kamu mengambil salah satunya dan segera meminum minuman dengan perasa jeruk tersebut.

Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara diantara kalian. Mungkin karena kamu juga bingung harus mengatakan apa.



"Apakah kau tau aku kesepian?"

Kemudian kamu menatap Jeongin, ia sedang memandangi langit.

"Terlebih saat kau dan kakakmu pindah keluar kota..."

Kini ia menunduk sambil tersenyum pahit, dan kamu hanya bisa melihatnya dengan sedih.

"Bagi diriku pada masa itu, kau adalah orang yang sangat hebat. Taukah kau aku mengagumimu? Dari dulu hingga detik ini..."

Sekarang matanya tertuju kearah matamu. Ia masih tersenyum sambil menatapmu dalam.

"Kenapa...?" Tanyamu.

Ia duduk tegak lalu menenggak minumannya sebelum kembali berbicara.

"Banyak"

Ia tertegun, kamu terus memperhatikannya menunggunya untuk berbicara.

"Tidakkah kau tau kau begitu hebat? Kau memiliki beban yang sangat berat untuk seorang gadis berumur 8 tahun"

Kamu tertawa, mencoba untuk membuat suasana tidak begitu kelam. Kamu kemudian mengangkat bahumu.

"Aku mempunyai kak Hyunjin" katamu dengan sedikit tawa.

"Tapi... Terima kasih" katamu pelan dengan seulas senyum tersungging diwajahmu.

Kamu tidak menyangka ada juga yang mengaggapmu seperti itu. Kamu kira kamu hanyalah sebuah sampah tak berguna yang menyusahkan orang lain.

"Maafkan aku kalau ini terdengar aneh"

Ia mengusap lehernya dengan senyum terukir diwajahnya, kamu membalas senyumnya.

"Kenapa meminta maaf?"

Jeongin tidak menjawab dan hanya tersenyum. Kalian kembali hening sebelum Jeongin kembali berbicara.

"Sejujurnya aku bahkan sangat tidak menyukai Jinsol karena kejadian itu"

"Kenapa? Maksudku kan itu masa laluku. Aku yang mengalaminya. Lagi pula mungkin dia sudah berubah, dan juga dia cantik, pintar, dia ramah-"

"(y/n)"

Jeongin memotong perkataan dengan nada yang tidak biasa.

"Y-ya?" kamu menoleh kearahnya dengan gugup.

"Tidakkah kau membencinya?"

Kamu termenung sambil menatap Jeongin.

"Kurasa benci adalah suatu kata yang terlalu berlebihan"

Katamu yang kembali memperhatikan anak-anak ditaman dan menghabiskan soda kalengmu sebelum kembali berbicara.

"Kesal? Ya... Mungkin. Aku pernah kesal. Kurasa..."

"Kau rasa?"

"Um... Entahlah..."

Kamu terkekeh. Daripada membenci Jinsol, mungkin kamu lebih membenci dirimu sendiri karena membiarkan sahabatmu sendiri meninggalkanmu.

"Aku... Memaafkannya... Meskipun mungkin aku yang salah..." Kamu berhenti dan mengatup bibirmu, mencoba untuk tidak menjatuhkan air mata.
"Tapi tidak ada salahnya sedikit mengharapkan sebuah permintaan maaf"

Kamu menatap Jeongin dengan tersenyum perih. Sudah bertahun-tahun sejak kejadian tersebut, tapi luka yang tertinggal padamu tak lekang oleh waktu.











"(y/n)! Apakah kau menangis?!"

Kamu yang tidak sadar segera memegang pipimu dan merasakan airmata yang sudah jatuh.

"A-aku tidak apa-apa!"

Katamu panik sambil mengusap-usap wajahmu mencoba menghapus air mata, tapi yang terjadi adalah air matamu turun semakin deras.

Kamu sudah menahan semua ini selama 7 tahun. Sendirian. Hyunjin memang selalu ada disampingmu, tapi tentu kamu butuh teman.

"Kau begitu naif"

"Memang seperti kelinci merah muda. Begitu naif, dan penuh kasih sayang"

Kata Jeongin yang sedang dengan lembut mengelus kepalamu. Ia tidak tau apa lagi yang harus ia lakukan, ia tidak pernah mendapati seorang gadis menangis dihadapannya.

Kamulah yang pertama.

"Aku akan mengantarkanmu pulang. Aku akan menceritakan tentangku lain kali"

Dengan tangan menutupi wajahmu kamu mengangguk, ini juga pertama kalinya kamu menangis dihadapan seorang laki-laki kecuali Hyunjin.

"Tapi sebelum pulang ayo kita beli tissue dulu. Aku tidak mau berjalan dengan seseorang yang terlihat habis menangis"

Jeongin tertawa lalu berdiri, dengan masih menutup wajahmu kamu menendang Jeongin dan menatapnya sinis.

"Hehe bercanda, ayo"

***

Haloooo

Jadi chapter yang ini gimana???

hehe udah mau tamat nih 😄

[✔] Pink Rabbit | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang