[13]

450 89 3
                                    

***

Perpustakaan
13.20

"Baiklah jika tidak mau keluar"

Beberapa saat kemudian kamu melihat Kangmin kearah rooftop sendirian.

Sudah dua hari kamu memperhatikan Jeongin. Ia tidak berubah. Namun, luka dilengannya itu tetap membuatmu penasaran.

Kamu yang asalnya duduk dilorong buku fiksi langsung berpindah sesaat setelah Kangmin lewat.

Dilorong buku tak jauh dari situ -lebih tepatnya lorong buku ilmu pengetahuan alam- kamu melihat Jeongin sedang duduk sendirian membaca buku.

Jika dilihat seperti ini kamu merasa melihat Jeongin yang berbeda. Tidak, kamu melihat Jeongin yang sama.

Yang sama dengan 7 atau 10 tahun lalu. Inilah Jeongin yang kamu lihat dimatamu dulu.

"Hai?"

Sapamu dari ujung lorong, kamu hanya menampakkan kepalamu sebelum akhirnya benar-benar berdiri disana.

"Oh? Kau disana? Sini" Jeongin kemudian bergeser menyuruhmu duduk disebelahnya.

Setelah itu hening, Jeongin bahkan tidak menganggumu. Entah karena apa, tapi memang begitulah dua hari ini.

Ia hanya hening dan sibuk membaca buku. Kamu menundukkan kepalamu berusaha membaca judul buku yang sedang ia baca.

"Bunga dan Segala Keunikkannya"

"Ada apa?" Tanya Jeongin, agak terasa aneh bagimu mendengar Jeongin berbicara dengan nada yang 'lembut'.

Ditambah ia baru saja memintamu duduk disampingnya.

"Tidak, kau tau. Kau aneh sejak kemarin"

Jeongin tidak menjawab dan hanya tersenyum. Lagi-lagi senyum itu. Senyum tanpa arti itu.

"Hanya senyum?"

Kamu menatapnya bingung, Jeongin mengangkat bahunya membuatmu semakin bingung.

"Kau mengharapkan apa?"

"Jawaban Yang Jeongin!"

"Jawaban atas?"

"Atas perilakumu"

"Dan haruskah aku menjawabnya?"

Kamu menghela napas "Baiklah aku menyerah"

Jeongin kembali tersenyum, tapi kini dengan tawa kecil. Kelihatannya ia puas setelah membuatmu kesal.

Lalu kalian kembali hening, tapi tetap saja hatimu tidak tenang.

"Sedang ada masalah ya?"

Jeongin menatapmu agak terkejut, namun ia kembali mengontrol dirinya agar terlihat normal.

"Darimana dapat pemikiran itu?"

Jeongin memicingkan matanya kearahmu. Lalu kamu mengangkat bahu mengingat bahwa itu hanya perasaanmu saja.

"Mungkin aku mengenalmu begitu baik? Haha"

Tak lama kamu melihat beberapa anak kelasmu mulai keluar dari perpustakaan.

"Ayo istirahat"

Kamu menepuk lengan Jeongin lalu pergi meninggalkannya sendiri. Setelah kamu pergi tanpa kamu ketahui Jeongin tersenyun kemudian menutup bukunya.

"Meskipun telah diinjak-injak, setangkai bunga akan tetap tumbuh menunjukkan keindahannya"

***

Kelas
14.24

Jeongin terduduk sendiri dibangkunya, kelas sudah kosong namun ia belum keluar.

Rasanya ia tidak ingin pulang.

Begitulah ketika Jeongin mendengar langkah kaki menuju kelas. Saat ia mengintip dari jendela tampak kamu sedang menuju kearah kelas.

Saat itu juga Jeongin langsung tersenyum jahil dan berdiri dibalik pintu, hendak mengejutkan gadis itu.

"HALOOOOOO"

"ASTAGA"

Kamu terlompat kebelakang dengan tangan didadanya, kamu langsung menatap Jeongin sebal sementara si anak laki-laki tertawa.

"Apa masalahmu sih?"

Jeongin berjalan kebalik mejanya masih sambil tertawa.

"Kurasa menjahilimu sudah menjadi semacam hobi"

"Kau gila? Itu kriminalitas"

"Entahlah. Seperti ada kebahagiaan tersendiri saat aku melakukannya"

Kamu menatap Jeongin ngeri "kau aneh"

Gadis itu kemudian masuk kedalam kelas dan segera menuju bangku tempat ia duduk tadi, dan memeriksa bagian bawah meja.

"Ada yang tertinggal?"

"Ya, buku les. Aku ada les pukul 4"

"Tapi sekarang masih pukul 2?"

Kemudian kamu menghela napas "Makanya aku akan pergi ke cafe dekat sini untuk istirahat sejenak. Mungkin menjernihkan pikiran"

Sesaat setelahnya kamu menatap Jeongin dengan dingin "kau tidak boleh ikut"

Senyumnya yang sudah lebar segera melebur lalu ia menatapmu dengan memelas.

"Ohhh ayo lah. Aku tidak ingin pulang. Yah anggap saja aku menemanimu sampai jam 4 nanti?"

Kamu kembali menghela napas sambil memperhatikannya terus memohon kepadamu.

"Aku yang akan bayar"

Ia berkata pada akhirnya. Saat itu juga senyummu merekah "oh baiklah jika kau memaksa"

"Dasar perempuan"

Jeongin meraih jaketnya lalu segera mengejarmu yang sudah berjalan keluar mendahuluinya.

Kamu menyadari dia yang berjalan dibelakangmu lalu tersenyum kecil.

Sungguh, bahkan jika Jeongin tidak menawarimu akan membayar makanannya kamu tetap akan mengajaknya.

Sangat sulit bagimu berusaha terlihat angkuh dan seolah membenci Jeongin didepan semua orang sementara hatimu sendiri tidak merasakan hal yang sama.

***

Doain bakal tamat di chapter
20 ya hehehe

Setelah ini selesai aku pengen bikin kaya project gitu? Tapi? Bingung? Jadi ya udah mau mikir-mikir aja dulu. Kan aku labil):

Tapi pengen bikin short story aja.
Cape yang berkonflik ribet):

Tapi ya tetep aja bakal ada curhatannya-

[✔] Pink Rabbit | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang