[06]

638 101 3
                                    

****

Lapangan basket
13.35

Kelas olahraga baru saja selesai, hari ini kalian mempelajari basket, dan kamu adalah seseorang yang sangat tidak bersahabat dengan bola basket.

Berikan kamu badminton, tennis, voli, atau bahkan sepak bola asalkan jangan bola basket. Kamu memiliki pengalaman buruk karena dulu kepalamu pernah terkena bola basket yang sedang melaju kencang, dan setiap melihat bola basket rasanya kepalamu berdenyut.


"Tidak buruk"

Sebotol air lalu melayang kearahmu, untung kamu segera menangkapnya dengan sigap. Kamu tersenyum tipis dan meminum air putih tersebut.

"Terima kasih. Tapi bukan itu yang dikatakan oleh orang disebelah sana"

Dagumu menunjuk kearah seseorang yang baru saja memberikan sebotol air kepada Sunmin. Tentu saja tak lain adalah Jeongin.

"Ah.. Dia terus mengolokmu"

Herin tertawa lalu duduk disebelahmu sambil ikut memperhatikan Jeongin. Anak itu memang selalu berada dikalangan anak perempuan.

Bukan berarti ia tak punya teman laki-laki. Setidaknya Kangmin selalu berada disampingnya.

"Setelah kupikir-pikir, sepertinya Jeongin tak pernah berkencan"

Herin memiringkan kepalanya yang masih terus memperhatikan Jeongin, kamu menoleh dan memberikan ekspresi tak percaya.

"Kamu bilang dia playboy?"

"Ya! Tapi aku baru sadar ia tidak pernah benar-benar berkencan"

"Aku tidak mengikutimu"

"Uh... Katakan saja, ia pernah dekat dengan Ryujin, tapi mereka tidak berkencan. Dulu waktu kelas delapan ia pernah dekat dengan adik kelas bernama Lami, tapi kurasa mereka tak pernah jadi. Kelas sembilan dengan siapa ya?????"

Keadaan menjadi sepi sejenak, kamu kembali memperhatikan Jeongin, setelah kamu lihat-lihat ia masih terlihat sama, namun juga berbeda.

Fisiknya tidak berubah, tapi tetap saja ada yang berbeda. Sifatnya? Ekspresinya? Kamu tak tau.

***

Perpustakaan
14.36

Jeongin sedang berada diperpustakaan ketika seorang gadis masuk kedalam dan menghampirinya.

"Jeongin?"

Yang merasa terpanggil lalu menoleh, ia merasa sedikit kebingungan ketika berhadapan dengan gadis itu.

"Aku mencarimu kemana-mana"

"Benarkah? Kenapa kamu belum pulang?"

Sebenarnya Jeongin tidak ada niatan untuk bertemu apalagi berbincang dengan gadis itu, tapi kini apa yang bisa ia lakukan? Menghindar?

Sepertinya menghindar bukanlah hal tepat untuk dilakukan oleh seseorang yang 'sedikit sopan' seperti Jeongin.

"Karena aku mencarimu!"

"Ha?"

"Ya! Bukankah kamu akan mengantarku seperti biasa?"

"Ah, itu..."

Jeongin menggaruk lehernya yang tak gatal dengan ragu-ragu. Ia sebenarnya merasa sangat tidak enak untuk mengatakan 'tidak' kepada seseorang.

Apalagi perempuan.

"Ayo, tunggu apa lagi?"

"Begini... Apakah aku belum mengatakan padamu sebelumnya? Sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini"

Sunmin mengerutkan dahinya mendengar jawaban Jeongin. Tak biasanya ia menolak saat dirinya meminta bantuan.

Lagipula apa masalahnya?

"Maafkan aku Sunmin tapi hari ini sungguh tak bisa. Aku ada janji dengan seseorang"

"Ah... Benarkah? Sayang sekali, kalau begitu mungkin aku akan menggunakan bus saja meskipun itu pasti akan membuat ibuku marah karena aku pulang terlambat"

Kata Sunmin dengan kecewa lalu meninggalkan Jeongin. Tentu saja anak laki-laki itu tidak tahan melihatnya dan akhirnya memintanya untuk berhenti mengeluh.

"Aku akan mengantarmu" Ucap Jeongin pada akhirnya.

***

Lobby
14.47

"Tunggu dibawah sebentar lagi aku selesai"

Setelah menutup telepon, kamu duduk disalah satu kursi dari batu yang tidak dihaluskan.

Kursi itu terletak memanjang didepan meja resepsionis yang memisahkan ruangan itu menjadi dua jalur. Kursi itu terletak pula diantara dua pintu keluar masuk yang terbuat dari kaca.

Baru saja kamu hendak membuka HP ketika seseorang mendorong kepalamu pelan dari belakang.

"Aduh"

Kamu berbalik dan orang tersebut baru saja melewatimu, kini ia sudah berada diluar pintu kaca.

Ia terlihat sedang berjalan bersama seorang perempuan, dari perawakannya saja kamu tau siapa mereka berdua.

Jeongin berbalik lalu tersenyum kearahmu sebelum akhirnya ia menghilang.

Tidak, ia tidak tersenyun, ia tertawa. Namun tawa macam apa itu tadi? Kamu tidak pernah melihatnya.

Tawa yang begitu kecil, dan lembut, namun ia juga tampak puas.

Tawa itu hanya terlihat sekilas, namun tawa itu sangat tulus. Sebuah tawa yang bahkan kamu sendiripun belum pernah melihatnya.

Mungkin tawa paling tulus dari seorang Yang Jeongin.

"Sudah, pulang yuk" kamu tersadar dari lamunanmu oleh sebuah suara.

"Oh, Maaf membuat kakak harus pulang lebih awal"

Hyunjin tersenyum "tidak apa. Tadinya aku meminta Jeongin untuk mengantarmu, tapi ia mendadak bilang tidak bisa. Jadi aku segera menyelesaikan tugasku dan pulang"

Mendengar hal itu kamu hanya terdiam lalu tertawa sinis.

"Tentu saja tidak bisa. Ia mengantarkan Sunmin. Dasar laki-laki"

**

MAAFFFFF ㅠㅠ

TADI SIANG ITU GA SENGAJA PUBBBB ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

Dan aku ga nyadar ㅠㅠㅠ

Maaf banget karena ketidaknyamanannya ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

  Lain kali aku bakal cek lagi  ㅠㅠㅠ

[✔] Pink Rabbit | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang