[21]

425 83 8
                                    


"Bagaimana jika aku pergi juga?"














Kamu diam menatap kedua mata berwarna gelap tersebut.

Rasanya bukan inilah Jeongin yang kamu kenal disekolah, Jeongin yang sering mengganggumu dikelas.


Bukan, bukan ini.

"Jangan."

Katamu masih terus menatapnya, kini hatimu terasa sesak. Mendengar cerita dari Jeongin saja sudah cukup membuat dadamu sesak. Jangan yang lain lagi.


"Aku tau kau membenciku. Aku tau aku mungkin telah membuatmu kesal, atau mungkin telah menyakitimu, tapi jangan"

Kini pandanganmu mulai buram. Masa bodo dengan menangis didepan Jeongin lagi! Tapi kamu tidak ingin dia meninggalkanmu.

Apalagi meninggalkanmu untuk selamanya.

"ya?"  Kamu mencoba menatap mata Jeongin lebih dalam, mencoba menemukan kembali Jeongin yang selama ini ia kenal. Anak yang ceria itu.


"Aku hanya bercanda, tidak usah serius seperti itu"

Ia berbicara sambil tertawa namun dengan air mata berlinang dipipinya dan suara parau.

"Tidak lucu!" Kamu memukul lengannya membuat ia kembali tertawa.

Kamu sangat membenci candaan yang membawa-bawa kata pergi atau meninggalkan.


Apa yang lucu dari itu?




"Ayo pulang sebelum hari semakin sore" katanya lagi lalu hendak meninggalkanmu.

"Hei! Kau harus membayar hal itu! Memainkan hati orang itu kriminalitas Jeongin! Kau seharusnya dipenjara!"

"Loh? Memainkan perasaan seseorang itu memang keahlianku kan?"

Ia terkekeh sambil berjalan menjauh, kamu harus mengejarnya dengan berjalan lebih cepat.


***


"Kukira kita akan pulang?" Kamu melepas helm dan meletakkannya diatas jok motor.

"Aku masih ingin mengobrol"

Katanya lalu pergi tanpa menoleh kearahmu terlebih dahulu sebelum berjalan kearah taman.

"Bukankah kau masih ingin mendengarkan tentangku?"

Ia berbalik dan tersenyum jahil kearahmu. Kamu harus berlari mengejarnya lalu duduk disampingnya.

"Tenang, kita tidak akan pulang terlalu malam. Nanti bisa - bisa aku tidak bisa pulang kerumah dengan utuh oleh kakakmu"

Ia tertawa membuatmu sedikit senang melihatnya. Kamu tidak tau Jeongin menyimpan semua rahasia yang cukup kelam ini sendirian.

Kamu merasa senang kamu menjadi orang yang mendengarkan semuanya.


Kamu senang menjadi orang yang ia percaya.


"Aku turut sedih mendengarnya..."

Katamu, kalian berdua kini menunduk menatap rerumputan yang berada dibawah kaki kalian.

"Tak apa. Aku baik - baik saja"

Kamu melihat ia berusaha tersenyum.


"Tidak, Jeongin. Kau tidak baik - baik saja. Aku tau... Entah bagaimana tapi aku tau... Tidak mungkin kau baik - baik saja setelah semua yang kau ceritakan padaku"

Jeongin diam mendengarkanmu.

"Kau menanggung semua ini sendirian Jeongin. Aku masih memiliki seorang kakak, tapi kau? Seharusnya aku lah yang mengagumimu"


Ia menatapmu terharu dengan senyumnya, jauh didalam hatinya ia berterimakasih kepadamu.




"Ingat saat aku tidak masuk cukup lama? Itu hari kematian Jihwan... dan aku cukup kerepotan karena mama pasti akan menangis dengan hebat dan membuat kekacauan"

Kamu mendengarkannya, Jeongin bilang ia sedikit khawatir ketika meninggalkanmu berdua dengan mamanya.

Tapi ia memutuskan hal itu sebagai tahap apakah ia bisa mempercayaimu lebih jauh.

Mendengar seluruh ceritanya membuatmu menitikkan air mata. Sekali lagi kamu tidak percaya ada kisah hebat dibalik semua canda tawa Jeongin.

"Aku pikir ketika aku disekolah mungkin aku bisa sedikit melupakan kondisi rumahku"

Ia tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya, kamu hanya menatapnya iba.





"Hei, ini kan hidupku, kenapa kau yang menangis?"

"Aku juga tidak tau. Aku hanya sedih"

Katamu sambil mengusap airmata dikedua pipimu, Jeongin tertawa lalu memberikanmu selembar tissue yang ternyata sudah ia siapkan.

"Kurasa aku sudah tidak bisa menangis lagi"

Katanya sambil menghela napas, kamu termenung, pasti sulit bagi Jeongin menyembunyikan ini semua dan berusaha terus tersenyum diluar.



"Terima kasih sudah mempercayaiku"

Kamu berkata kepadanya lalu dibalas oleh gelengan.






"Aku yang berterima kasih"



***

Hehehe
chapter selanjutnya tamat kali ya???

Ngebosenin ga sih):

Aku khawatir :')

Ngomong2!

Jangan lupa cek book sebelah!

'Louloúdia'

Kerenkan judulnya hehe

[✔] Pink Rabbit | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang