Cahaya matahari dengan malu-malu memasuki celah jendela kaca sebuah kamar menampilkan Singto yang masih terlelap dalam tidurnya, pria tampan itu menggeliat dalam tidurnya, sebelum mulai membuka kelopak matanya secara perlahan-lahan, menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang pertama kali menyapu Indra pengelihatannya.
Pria itu memposisikan dirinya untuk duduk, dengan tangan mengucek-ngucek matanya, ekor matanya menatap ke arah jam yang terpasang di dinding kamarnya, waktu baru menunjukkan pukul 6 pagi.
Singto menurunkan kakinya, untuk berjalan ke luar kamarnya, supaya bisa mengecek sesuatu hal, dengan perlahan Singto berjalan menelusuri lorong-lorong panjang menuju deretan anak tangga yang akan membawanya turun ke lantai bawah.
Dan yang pertama kali di lihatnya adalah Krist yang masih tertidur dengan pulas, di tambah dengan mulutnya yang sedikit terbuka, benar-benar hantu pemalas.
Tangan Singto mengambil sebuah bantal di sofa dan menjejalkannya ke wajah krist, membuat Krist langsung dengan cepat membuka matanya, karena Singto mengganggu tidur nyenyaknya.
"Ya, Singto apa yang kau lakukan padaku, untung aku tidak bernafas, jika tidak aku pasti akan mati."
Singto hanya menatap Krist dengan pandangan setengah mencibir, "Apa kau bilang? Singto? Berapa umurmu memanggilku dengan sebutan itu, kau itu sudah tidak waras, sekarang di tambah tidak punya sopan santun."
"Umurmu berapa memang? Aku sudah jadi hantu selama 4 tahun, asal kau tahu saja." Tanya Krist ingin tahu.
"22 tahun." Singto menatap Krist dengan kesal, karena remaja itu tidak punya sopan santun sama sekali, "Jika kau mau tinggal disini, kau harus punya sopan santun, dan menuruti apa kataku, jika tidak kembali saja ke jalanan sana." Lanjut Singto dengan melipat tangannya di dada.
"Aku harus apa?" Tanya Krist menatap wajah Singto.
"Kau harus bangun pagi! Tidak boleh mengganggu ku! Harus menuruti apa yang aku perintahkan! Kau tidak boleh memanggil aku dengan kata-kata menggelikan itu lagi! Jangan mendekatiku, kau harus menjauhiku minimal radius 3 meter! Dan juga Panggil aku P', aku tidak perduli kau jadi hantu berapa lama, tetapi yang aku tahu kau lebih muda dariku." Tuntut Singto, yang membuat Krist melongo.
"Apa ada lagi?" Tanya Krist ingin tahu.
Singto berpikir sejenak, "Sepertinya tidak ada, nanti aku akan memberitahumu lagi." Jawab Singto, seraya berjalan pergi.
"Sing..." Krist mengigit bibir bawahnya sendiri, "Maksudku P'Singto." Remaja itu menyengir ke arah Singto, "Apa aku harus tidur di sofa terus?" Tanya krist ingin tahu.
"Memang kau ingin tidur dimana?" Tanya balik Singto heran.
"Bersamamu." Jawab Krist.
"Kau mau aku usir?" Tanya Singto, dengan tajam.
"Aku akan menjadi anak yang baik dan juga manis." Bujuk Krist.
"Tidak bisa." Tolak Singto.
"Ayolah, aku takut sendirian disini." Kata Krist, seraya bergelayutan manja di lengan Singto.
"3 meter!" Seru Singto.
Krist langsung menghentak-hentakan kakinya dengan kesal, dan menatap Singto dengan cemberut.
"Untuk apa kau takut? Kaukan hantu." Ingatkan Singto.
"Tetapi aku takut dengan beberapa hantu, mereka bisa saja melenyapkan aku." Ujar Krist jujur.
"Kau bisa memanggilku." Sahut Singto.
"Kau akan melawan mereka?" Tanya Krist dengan tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[11]. Touch Love [ Krist x Singto ]
Fantasy[ COMPLETED ] Bagaimana jika ada seseorang arwah yang tiba-tiba selalu mengikutimu, dan ingin menjadikanmu kekasihnya. Cast: Perawat Sangpotirat [ Krist ] Prachaya Ruangroj [ Singto ] Warning !! Cerita ini mengandung unsur Yaoi/BoysLove / Boyxboy.