XXXV. Teenfic

50 7 0
                                    

Judul : First Step
Genre : Teenfic

Aku pernah menyukai seorang lelaki tampan di sekolah menengah atasku dulu. Dia seorang yang mengagumkan. Entahlah, kurasa jika kau mengenalnya atau setidaknya tau bagaimana dirinya, kau pasti juga akan menyukainya. Entah itu caranya berjalan, caranya tersenyum, caranya memperlakukan lawan bicara, atau bagaiaman cara dia bersikap pada kekasihnya. Kuyakin kau akan menyukainya. Namanya Andi.

Namun sayangnya, dia tak akan melihat kearahmu. Dan ya, kearahku juga. Karena dia sudah memilih wanitanya. Yang pastinya bukan diriku tentu saja.

Tapi tak tahu kenapa aku tetap menyukainya. Tak peduli walau dia memiliki kekasih. Lagipula, aku hanya sekedar menyukainya, tidak sampai berharap dia mau menyukaiku kembali. Yap, itu kisah cinta SMAku. Selayaknya para gadis remaja pada umumnya. Dan sayangnya aku tak seberuntung mereka yang disukai kembali oleh orang yang mereka sukai. Rasanya aku telah menyukai orang yang salah bukan? But, i still don't care.

Dan sekarang, aku bukan lagi remaja labil. Aku sudah besar. Aku merupakan mahasiswa semester 4.

"Anggi?"

"Emm, ya?" aku menatap gadis seusiaku yang duduk di depanku dengan pandangan bertanya.

"Kau tak mendengarkan aku?"

"Ya, sampai mana kita tadi?" aku mencoba mencairkan suasa. Berpura-pura seolah tertarik pada bahan pembicaraan yang sebenarnya sudah kulupa. Kurasa lagi-lagi aku melamun.

"Are you oke?" tangan Ally menggenggam tanganku. Memastikan keadaanku baik-baik saja.

"Ya. Emm ya, why not?" aku tersenyum. Namun senyum yang terkesan dipaksakan. Kurasa Ally mengerti bahwa aku masih belum ingin bercerita semuanya.

Ally tersenyum dan pamit untuk pergi sebab pekerjaannya sedang menanti untuk segera diselesaikan. Aku menatap kursi Ally dengan kosong. Beralih pada cappucino yang mulai dingin dan meminumnya sedikit.

Ini sudah 2 tahun sejak terakhir kali aku bertemu dengan Andi namun masih saja ia yang membayangi tiap lamunku.

Aku melirik jam pada ponselku. Masih belum terlalu sore dan kurasa sebentar lagi adalah giliranku untuk tampil.

Ya, pekerjaanku adalah menjadi pengisi acara di cafe ini.

Aku berjalan ke belakang panggung. Untuk bersiap-siap dan memastikan rambutku sempurna.

Seorang lelaki berjalan ke arahku. Dia Hendra, anak dari pemilik cafe ini sekaligus temanku dan orang yang menawari menjadi pengisi acara di sini.

"Hai Nggi, udah siap?" Hendra tersenyum hingga salah satu lesung pipinya terlihat.

"Actually, i'm not." aku turut tersenyum.

Aku naik ke mini stage ditemani Hendra. Kurasa dia akan menyambut tamu selayaknya pewaris cafe pada umumnya, namun yang dia lakukan adalah mengambil gitar dan duduk di sebelahku.

Aku menatapnya meminta penjelasan. Dan dia hanya tersenyum penuh misteri. Apa aku sudah bilang bahwa dia menyebalkan? Jika belum, maka inilah dia. Menyebalkan dan semaunya sendiri.

Hendra mengambil mic dan ya dia berhasil menarik perhatian seluruh pengunjung cafe.

Great.

Karena aku kurang suka jika mendapat perhatian terlalu intens seperti sekarang. Ingatkan aku untuk meninjunya nanti.

"Dan kita akan menyanyikan lagu i hate you, i love you yang dibawakan oleh Gnash dan Olivia O'brien. Enjoy it." Hendra melirik dan tersenyum padaku.

RS (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang