XXXVIII. Pshyco Story

58 9 0
                                    

Judul: Bungsuku Sayang
Genre: Mystery/thriller

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, dan aku baru menginjakkan kaki di rumah. Aku melepas sepatu dan melonggari kuncir rambutku. Menjadi pengacara sungguh sangat melelahkan. Aku melempar tubuhku pada sofa ruang tamu, dan meletakkan tas kerjaku di sampingnya. Hari ini merupakan hari yang panjang, apalagi aku yang merupakan single mom.

Setiap hari aku harus memenuhi kebutuhan dua orang gadis kecil berusia 8 tahun yang masih sering merengek padaku. Ada kalanya aku merasa lelah.

Kupejamkan mataku sejenak, berharap stress terangkat begitu saja dari kepala. Hingga terdengar olehku suara tangis samar dari kamar mandi lantai bawah. Otomatis aku berlari ke kamar anakku yang ke dua, memastikan dia baik-baik saja. Namun di kamarnya tak ada siapa pun. Aku mengambil payung yang terletak tak jauh dariku, berjaga-jaga bila sesuatu tak diinginkan terjadi.

Sebisa mungkin aku berjalan tanpa suara, mengendap-endap sembari terus waspada. Suara tangis kian keras, aku makin yakin itu suara si bungsu. Aku mendobrak pintu itu tanpa berpikir apapun lagi. Dan yang terlihat pertama kali adalah darah. Memenuhi kamar mandiku dan anakku.

Aku melempar payung secara sembarang, memeluk si bungsu yang bergetar ketakutan. Piyama biru mudanya sudah berubah menjadi biru tua, terutama kedua tangannya yang masih menggenggam erat sebuah gunting berlumur darah. Aku menenangkannya yang terisak ketakutan.

Di sisi lain, putri sulungku tergeletak tak berdaya dengan kepala yang sudah tak berbentuk. Di lehernya masih tertancap sebuah garpu makan. Dua pisau menancap dengan indah di perutnya.

"A-aku melakukannya Ma, aku melakukannya," racau si bungsu sembari memeluk diriku.

"Tenanglah sayang, di sini sudah ada Mama. Shhhh," ucapku sembari beberapa kali mengecup keningnya.

Aku melirik si sulung dan memejamkan mata. Sekali lagi aku mengecup kepala si bungsu. "Terima kasih ya, sebab sudah lama Mama ingin melakukannya. Terima kasih sudah mewakili Mama."

Kini bebanku tak seberat dulu. Sebab telah berkurang anakku. Namun masalahnya, harus kubuang kemana jasadnya?

Ditongseng? Ide yang bagus.

"Seminggu ini, kita akan makan daging sayang."

Ya, daging kakakmu.

*****

05 Juli 2018
Nrs

RS (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang