XXVI. Pshyco Story Vol. 2

83 12 0
                                    

Judul : I love it
Genre : Mystery

***

Klik

Pisau lipatku terbuka, berkilat memantulkan sinar redup lampu di atas Salsa.

"The game, is beginning. Selamat menikmati pertunjukan." Aku menyeringai dan bersiap memulai hal yang sudah sangat kuinginkan dari dulu.

Aku diam, berfikir akan kumulai dari mana karya seni pertamaku ini.

Pipi. Dewi batinku berseru.

Salsa menatap ngeri kepadaku. "Apa yang akan kau lakukan Ris!" aku berjalan mendekat.

"Kau tahu apa yang akan kulakukan." suaraku terdengar serak, dalam, dan mengerikan.

"Menjauh dariku, pshyco!" Salsa menendang nendangkan kakinya. Dan sayangnya mengenai tulang keringku.

"Kau mau mati ya!"

Aku berjalan menjauhinya yang mulai menangis sesenggukan. Dasar lemah.

Mengambil segulung tali di bawah meja untuk ku ikat di kedua kakinya.

Aku mengambil tongkat bisbolku lagi dan kupukulkan di kepalanya.

Dia pingsan.

Aku mengikat kaki kanannya, kusambungkan dengan paku yang tertancap di lantai. Juga kaki kirinya.

Perfect.

Kujalankan pisau lipatku yang masih baru di pipinya. Membentuk pola kumis hello kitty. Rembesan darah mengalir pelan.

Lucunya.

Aku tersenyum puas sembari menunggunya sadar. Aku melihat baju yang digunakan. Kaus lengan panjang dan celana training.

Hmm. Harus kuapakan ya?
Aku mengetuk-ngetukkan pisauku pada daguku sembari berjalan mengitarinya.

Perut? Tidak tidak. Terlalu cepat.

Tangan? Hmm boleh-boleh. Tapi lebih dulu, harus kusingkirkan baju panjangnya.

Aku mengambil gunting. Aku potong bajunya mulai dari bagian perut. Memanjang ke atas dan berhenti tepat di bawah dadanya. Kemudian tangan kanannya. Aku memotong lengan bajunya dengan sedemikian rupa hingga kini ia hanya memakai baju tanpa lengan.

Ternyata aku sangat berbakat dalam hal potong memotong. Aku tersenyum melihat hasil karyaku.

Tiba-tiba mataku tertuju pada rambutnya. Sepertinya, rambut panjang agak kurang cocok dengan tampilannya.

Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu guntingku sudah berjalan di rambutnya dan memotong nya hingga sebatas telinga.

Ohh. Aku ingin menggigit telinga itu.

Setelah rampung aku memotong rambutnya, aku mendekat ke arahnya. Meniupi telinganya dengan pelan. Darah masih merembes keluar dari luka di pipinya. Tanganku terulur untuk menyentuhnya.

Aku suka cairan kental yang satu ini.

Salsa mengerang. Cepat cepat aku mendekati telinganya dan menggigitnya dengan gemas.

"Arrggghh." Raungan Salsa menggema memenuhi ruangan kecil ini.

Tidak, aku menggigitnya tidak sampai putus.

Salsa melirik ke arahku sembari mengerang kesakitan.

Tak peduli akan hal itu, aku beralih untuk menggigit telinga yang lainnya. Lagi-lagi Salsa menjerit. Dan kini, air mata mulai merembes dari matanya.

RS (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang