XXV. Pshyco Story

112 11 0
                                    

Judul : I love it
Genre : Mistery

***

     Namaku Risa, aku resmi menjadi murid SMA 4 bulan yang lalu dan ku sudah memiliki teman, dia adalah Salsa. Dia baik, ya aku tahu. Tapi terkadang dia menjengkelkan.

Aku tahu, aku tidak cantik. Wajahku pas pasan, isi otak biasa saja, dan aku suka tidur. Oh, dan juga makan. Badanku sedikit berisi, tapi tidak gendut. Tapi entah mengapa dia sering meledekku gendut. Mungkin karena badannya yang hanya seperti tulang dan kulit. Haha.

Aku kurang suka biologi karena pelajarannya sangat membosankan. Juga karena gurunya. Sampai suatu ketika, aku tak sengaja tertidur di jam mata pelajaran biologi. Ya, aku mendapat hukuman. Tapi bukan itu poinnya. Aku tidak sengaja melihat fotoku waktu tertidur di ponsel temanku, Putri. Aku marah tentu saja. Tapi aku bukanlah tipe orang yang suka berlama lama dalam hal mendiamkan seseorang. Jadi, besoknya aku sudah berbaikan lagi dengannya.

Diam-diam aku sering melihat isi galeri hp Salsa dan menghapusi beberapa foto aibku.

Dia juga sering mengatakan bahwa sahabat sejati pasti memiliki foto aib temannya. Jujur aku tidak terima. Tapi lama-lama aku juga tidak peduli.
Aku biarkan Salsa menyimpan foto terjelekku sekalipun asalkan jangan sampai di share di media sosial.

But, she's broke her promise. Dia membuat snap wajahku yang sangat hancur di wa dan ignya. Holy fuckin' shit.

Aku marah. Sayangnya dia melakukan ini bukan untuk yang pertama kalinya. Dan kali ini, aku tidak bisa membendung amarahku lagi. Aku hampir saja meremukkan hp ku saat tau itu semua. Tapi aku cukup sadar diri bahwa aku tak akan bisa membelinya lagi.

Bagiku harga diri nomor 1.

Tiba-tiba saja aku merasa seolah sesuatu dalam diriku baru saja terbangun. Perasaan yang sama saat aku dengan sengaja mendorong teman SD ku ke jalan raya. Dulu waktu SD aku pernah dipermalukan oleh seorang temanku. Dan sayangnya, dia harus berakhir di rumah sakit dengan beberapa tulang yang patah.

Perasaan itu muncul lagi. Aku menyeringai. Rumahku gelap, orang tuaku tak akan pulang malam ini. Jadi aku pergi ke dapur dengan leluasa. Memilih semua pisau yang tersusun rapi di tempatnya, beberapa garpu, piring, dan apel segar dari dalam kulkas.

Aku datang ke rumah Salsa dengan alasan untuk mengajak Salsa menginap di rumahku. Dia mau tentu saja. Aku memberinya apel yang tadi kubawa. Tak ada racun tenang saja.

Aku membonceng Salsa dengan motorku dan membawanya ke rumah. Itu niatku awalnya, sebelum aku sadar bahwa yang ku bonceng adalah anak yang selalu menyebar aibku.

Aku membelokkannya ke tempat yang terpencil, jauh dari jalan utama. Ke sebuah kompleks perumahan yang terbakar 3 tahun lalu. Aku hanya diam saat dia bertanya macam-macam. Kulihat, dia hendak menelpon ayahnya, tapi aku lebih dulu menjatuhkan sepedaku hingga kita berdua terjatuh.
Aku meminta maaf dan diam-diam mengantongi ponselnya.

Ini akan jadi menyenangkan, tunggu saja. Dewi batinku tersenyum lebar di atas kursi malasnya.

Aku memberhentikannya di sebuah toko diujung kompleks. Gelap, sepi, dan hanya ada aku dan dia.

Aku meninggalkannya sebentar untuk  mematikan ponsel sialannya yang sedari tadi terus bergetar.

Dan aku kembali, dengan membawa tongkat bisbol besi. Aku melihatnya duduk membelakangiku di atas sepeda motor. Aku tahu dia ketakutan. Tapi aku sungguh menikmati saat-saat ini. Tanganku mencengkeram tingkat ini dengan erat dan tersenyum lebar. Sangat lebar hingga aku merasa mulutku sampai ke telinga.

Duak.

Tongkat bisbolku tepat memukul tengkuknya. Dia limbung sebentar sebelum jatuh terjerembab di samping sepeda motorku.

RS (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang