Derap langkah kaki yang begitu cepat memenuhi lorong rumah sakit, saat ini dirinya sudah tidak tenang. Saat siang tadi mendapatkan telfon bahwa Arland sedang dalam keadaan kritis.
Rania tidak tahu jika Arland kecelakaan, dan itu semua karena dirinya terlalu sibuk dengan urusannya dengan Aldi dan Azka. Namun itu bukan salah mereka, Rania sendiri tidak mampu membagi hati dan waktunya untuk mereka.
Siang tadi ia mendapatkan telfon dari rumah sakit karena saat ini kondisi Arland begitu kritis, kecelakaan itu menimpa Arland saat kemarin dan Rania tidak tahu akan hal itu.
"Ka? Ka Arland pasti baik-baik aja kan?" Ucapan dari Serli membuat Rania tersadar.
"Kaka kamu kuat, dia pasti baik-baik aja. Udah gausah khawatir kita tunggu saja yah,"
Dan saat baru sampai dokter keluar dari dalam ruangan, "Mba Rania, bisa ikut saya keruangan?"
Rania mengangguk, dan memberikan isyarat pada Serli agar tetap mununggu disini.
"Baik dok," setelah itu Rania dan dokter Amira melenggang pergi menuju ruangan sang dokter.
Saat sudah berada diruangan nya, dokter Amira langsung menghela nafas pada Rania.
"Jadi bagaimana dok keadaan Arland?"
"Begini mba, di bagian kepala pak Arland mengalami penggumpalan darah yang mengakibatkan fungsi kerja bagian organ tubuh berkurang, sebisa mungkin kami berusaha namun keadaanya kritis mba. Dan kami meminta persetujuannya agar beliau segera kami operasi, berdoa saja tidak berlanjut, itu baru diagnosa kami. Saat ini kami meunggu hasil dari ST scan nya,"
Penjelasan dari dokter Amira tanpa sadar membuat Rania mengeluarkan air mata, "Lakukan saja dok, saya mohon selamatkan dia,"
"Baik mba setelah ST scan keluar maka kami akan melakukan tindakan,"
Rania keluar dari ruangan dengan nafas yang masih berusaha ia netralkan. Rania berjalan dengan cepat menuju ruang rawat Arland, saat ia melihat Serli sedang memandangi Kakanya dari kaca maka saat ini juga Rania merasakan sesak dalam dadanya.
Rania mendekati Serli, memegang pundak seolah olah memberikan kekuatan pada Serli bahwa ia bisa melewati semua ini.
"Ka? Gimana? Apa kata dokter?" Pertanyaan serli dijawab senyuman oleh Rania, "Kaka kamu hebat. Dia bisa melewati ini dengan baik, sebentar lagi ia akan sadar. Jangan menangis, Arland gak suka liat adik kecilnya menangis seperti ini. Serli percaya sama Kaka kan? Arland pasti baik-baik aja,"
Detik itu juga Serli memeluk Rania erat, menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan. Rania membalas pelukan itu dengan hangat, memeluk Serli dengan begitu erat Rania menahan air mata sebisa mungkin agar Serli bisa tenang.
"Udah ya, sekarang kita duduk. Dokter akan melakukan tindakan operasi sebentar lagi,"
Tepat saat itu juga dokter Amira datang bersama Karel, sudah dipastikan ini akan dilakukan operasi. Jika Karel sudah datang maka operasi akan berjalan, karena ia adalah dokter bedah disini.
"Kak," panggilan Karel membuat Rania menoleh.
"Rel! Gimana? Jadi apa hasilnya?" Rania langsung menyerbu Karel dengan pertanyaan nya mengenai keadaan Arland.
"Karel sudah melihat ST scan nya, dan secepat mungkin kita harus melakukan operasi"
"Apapun itu lakukan Rel, kaka mohon selamatkan Arland kaka mohon Rel"
Mendengar penuturan Rania membuat Karel sedikit menyunggingkan senyum nya. "Past ka, sekarang tugas Kaka berdoa semoga semuanya berjalan lancar"
"Kaya yakin kamu bisa, pasti lancar." Ucap Rania penuh keyakinan, membuat Karel tersenyum setelah itu masuk kedalam ruangan dan mulai memindahkan Arland ke ruang operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, You and Life [HIATUS]
General FictionWarning! Ini sequel dari Love Is My Life, disarankan baca Love Is My Life dulu sebelum ini, agar kalian paham. "Hancur sudah mimpi gue untuk menikah sekali seumur hidup, janda muda gue" -Rania- "Aku, masih ingin memiliki dirimu," -Aldi- "Saya akan...