Hujan lebat mengguyur kota Bandung saat ini. Hujan lebat namun membawa ketenangan bagi Rania, hatinya terasa tenang saat hujan itu datang bersamaan dengan suasana hatinya yang sama-sama redup layaknya langit diatas.
Semua ini terjadi begitu cepat, apakah semua ini takdir? Takdir hidupnya? Jalan hidupnya harus seperti ini? Entahlah Rania sendiri bingung akan hal itu.
Saat ini ia sedang duduk di bawah guyuran hujan, kejadian itu membuat hatinya semakin resah. Bagaimana tidak, saat Aldi meminta dirinya untuk menemui Luna dan saat itu juga dirinya harus memenuhi sebuah janji yang sulit ia tepati.
Satu jam yang lalu...
Rania memasuki ruangan steril, disana sudah terdapat wanita cantik yang pucat dengan perutnya yang membuncit. Dengan keadaan seperti itu, ia masih bisa menampilkan senyumnya pada Rania.
"Luna... Ya ampun Lo kenapa sih? Kok bisa gini?"
Luna tersenyum menatap dan melihat betapa khawatirnya Rania, dan itu membuat dirinya semakin yakin bahwa Rania adalah orang yang tepat.
"Ni aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu harus janji sama aku kalo kamu bakalan kabulin permintaan aku ini"
Mendengar ucapan Luna yang begitu lemah membuat Rania menganggukan kepalanya dengan cepat.
"Apapun permintaan Lo gue turutin Lun, asal lo sembuh! Bentar lagi lo jadi ibu, anak lo udah nunggu lo"
Luna menggelengkan kepalanya, "Ni... Aku bahagia bisa mengenal mu dan bisa mendapatkan Aldi. Aku udah gak kuat lagi Ni, jika nanti Aldi harus memilih anatara aku atau bayi ini maka aku mohon Ni katakan pada Aldi bahwa ia harus memilih bayi ini Ni, kamu mau kan Ni?"
"Huussstt! Luna Lo ngomong apa sih? Udah ya ga usah ngawur, Lo sama bayi Lo bakalan selamat udah tenang aja!"
Luna lagi lagi menggeleng
"Engga Ni, itu mustahil. Aku udah ga kuat, aku juga mohon sama kamu, aku mohon kamu jaga anak ini dan kembalilah dengan Aldi. Aku mohon Ni, aku tahu kalian masih saling mencintai karena disetiap sujudku aku selalu berdoa semoga kalian dapat bersama, bahkan tak jarang Aldi melamun untuk memikirkan kamu Ni. Pernikahan aku dan Aldi hanya karena secarik kertas yang dibuat oleh mamah, janji nya Aldi pada mamah saat dulu yang membuat kita menikah"
Rania sudah meneteskan air mata mendengar semua itu.
"Lun..."
"Ni please, meski raga Aldi sama aku. Tapi yakinlah hati dia masih milikmu seutuhnya. Percaya sama aku Ni, aku mohon kamu penuhi permintaan terakhir aku ya Ni. Aku sayang kamu Rania"
Selepas mengucapkan itu Luna sudah tidak sadarkan diri, dan dengan cepat para dokter dan suster membawa keruang operasi.
"Bapak Aldi? Apa keputusan anda? Karena kami harus segera melakukan tindakan", ucap dokter pada Aldi yang sudah menatap nanar ranjang yang didorong oleh para tenaga medis.
"Saya memilih..."
Ucapannya terjeda, setelah menatap keranjang Luna, Aldi beralih menatap Rania yang baru saja keluar dari ruangan. Seolah meminta pendapatnya.
Rania menatap Aldi penuh arti, seolah mereka sedang berbicara lewat mata saja. Dan setelah itu Rania memutuskan kontak mata dari keduanya.
Sedangkan Aldi masih menatap Rania yang sudah menunundukkan kepalanya.
"Saya pilih isteri saya dok"
Perkataan Aldi membuat Rania terkejut, seolah jantungnya berhenti berdetak. Sedetik selanjutnya Rania pergi menjauh, ia berlari sekencang mungkin menjauh dari semuanya dan ia berharap dengan berlari maka semua yang terjadi hanya mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, You and Life [HIATUS]
Narrativa generaleWarning! Ini sequel dari Love Is My Life, disarankan baca Love Is My Life dulu sebelum ini, agar kalian paham. "Hancur sudah mimpi gue untuk menikah sekali seumur hidup, janda muda gue" -Rania- "Aku, masih ingin memiliki dirimu," -Aldi- "Saya akan...