Disebuah restoran, satu orang wanita sedang asik memainkan gadget dan sesekali ia memakan makanan yang telah disajikan.
Tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam gadget, dan satu lagi ia gunakan untuk menyendok makanan kesukaannya.
Tepukan di pundaknya membuat ia menoleh, saat ia tahu siapa itu dirinya langsung tersenyum.
"Udah lama Lo disini? Sorry tadi meeting nya agak lama, Lo tahulah klien yang suka nego ini itu."
Kira tersenyum miring, "Iya gue tahu, jadi Lo bisa kasih tau gue yang sebenarnya?"
Pria itu mengerutkan dahi heran, "Kasih tahu mengenai apaan? Lo aja ga bilang mau bahas apa ke gue," ia berkata sambil mencomot jus milik Kira dan meminumnya.
"Ih. Nevan! Jus gue, ya ampun."
"Dikit doang, pelit amat Lo!"
"Dikit tapi abis! Maruk dasar!"
"Udah deh, sekarang Lo bilang ke gue. Kita ketemuan tiba-tiba ini mau ngapain? Gue masih banyak kerjaan nih,"
Kita memutar bola matanya jengah, pria didepannya ini memang selalu sibuk. Ah tepatnya sok sibuk.
"Lo sahabatnya mba Rania kan? Jadi gue mau tanya soal ini"
Kira menunjukkan sesuatu pada Nevan, sebuah surat perjanjian dan foto pernikahan milik Aldi.
"Lo dapet dari mana foto ini?" Nevan bertanya dengan menatap Kira sambil menggenggam kedua benda itu.
"Gue dapet dari mba Rania, waktu di pesta kemarin gak sengaja benda itu jatuh dari tasnya, dan dia ga sadar jadi gue ambil."
Nevan mengangguk paham saat Kira menjelaskan, "Terus, Lo mau apa sama benda ini?"
Kira mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat kearah Nevan, "Elo, kasih tahu gue siapa sebenarnya mantan istri Pak Aldi."
Kira mengatakan itu dengan tajam namun pasti. Membuat Nevan mundur kebelakang, "Santai Ra, Lo aneh-aneh aja nanya gituan"
Kira menatap tajam Nevan, "Nevan. Jawab pertanyaan gue! Siapa isteri Pak Aldi yang sebenarnya, karena didalam surat perjanjian itu tertera nama Luna dan didalam foto pernikahan itu, wanita yang bersama dengan Pak Aldi bukanlah mba Rania, tapi orang lain. Van--"
Ucapan Kira terpotong, kemudian dia menghela nafas "Van, gue gak mau ada kebohongan dalam hubungan gue sama Aldi, gue tahu pernikahan gue sama dia itu karena alasan yang konyol dan aneh. Tapi gue mau buat dia tersenyum karena gua, dan buat dia buka hati ke gue."
Nevan tersenyum smrik saat mendengar perkataan Kira, "Gue ga yakin Aldi bisa buka hati dia buat Lo, saran gue kalo Lo mau tahu semua ini. Lo tanyain langsung ke Aldi,"
Kira menggeleng, "Gue ga berani, kalo gue berani juga udah dari tadi nanya ke dia"
"Yaudah tanya ke Rania, Lo dapet ini dari dia kan? Kalo Lo takut sama Aldi, jalan yang lain ya Rania. Simple," dan lagi Nevan sesekali mengambil kentang milik Kira dan memakannya.
"Aish. Gue ga yakin kalo nanya ke mba Rania," Nevan mendekatkan kepalanya kearah Kira, dan menatap dia lama.
Kemudian mundur lagi, menjauhkan kepalanya. Perilaku Nevan itu membuat Kira mengernyit bingung, dan.
"Hwahahahaha"
Tawa Nevan meledak, dan langsung berhenti disambung dengan suara batuk-batuk dari Nevan, kenapa? Karena saat ia tertawa keras, dengan sengaja Kira menutup mulut Nevan dengan spaghetti miliknya.
"Sialan. Lo bikin gue malu Ra"
Nevan menengguk jus namun habis, dan Kira langsung menyuruh pelayan mengambilkan air putih.
Kita hanya tertawa tanpa henti, meski tidak kencang namun berhasil membuat orang memfokuskan pandangannya pada mereka berdua.
Tidak butuh waktu lama, pelayan tadi langsung memberikan air putih, dan sedetik selanjutnya Nevan langsung meneguk air putih itu dengan habis tanpa sisa.
"Lo gila!" Nevan menatap Kira dengan kesal, "Oke-oke. Sorry, abisnya elo bikin gue malu kalo ketawa."
"Ck. Tapi gak gitu juga caranya, kalo gue mati gimana? Anak gue masih kecil, belum satunya lagi proses. Kan ga tega gue,"
Kira tersenyum dengan menahan tawa, "Udah gak usah lebay,"
"Oke Kira jadi intinya gue gak bisa ngasih tahu elo, kuncinya kalo Lo mau tahu di Aldi dan Rania. Udah dua orang itu, oke? Berhubung ini hampir sore jadi gue pamit, bini nungguin dirumah gue mau makan malam bareng. Lo juga sering-sering dinner bareng Aldi yah, bye"
Setelah mengatakan hal itu Nevan pergi meninggalkan Kira yang masih kebingungan. "Lah dia enak aja pergi, ngeselin banget sih! Gue kan belum selesai"
Kira membereskan barang-barangnya dan memasukkan kedalam mini bag miliknya. Saat akan pergi, ponselnya berdering. Menandakkan bunyi untuk pesan yang masuk.
From Pak Aldi: "Malam ini kita makan malam diluar, dan setelah saya pulang nanti kamu harus sudah siap. Kamu pakai gaun yang anggun, nanti bisa beli di butiknya mamah atau yang lain. Dan harus bagus!"
Kira membaca pesan itu dengan berulang-ulang kali, dan secercah senyuman dibibirnya mengembang.
"Perkataan Nevan kenyataan malam ini" gumaman Kira yang tanpa dia sadari.
Mungkin Aldi akan menganggap bahwa makan malam ini hanya makan malam biasa, tapi berbeda dengan Kira yang menganggap bahwa makan malam kali ini spesial dan bisa dikatakan dinner.
Kira berjalan keluar restoran dan tak sengaja matanya menangkap Rania yang sedang berjalan kearahnya.
"Hay Kira, elo disini? Mau makan atau mau pulang?"
Kira masih menatap Rania canggung, jujur dia masih belum bisa menatap Rania dengan sorot mata yang jelas.
"Saya mau pulang mba," ucapan Kira membuat Rania menganggukan kepala.
"Kalo gitu kita bareng aja yuk, gue juga mau pulang. Entar gue anterin, sekalian mau liat Azka. Gak papa kan?"
Kira mengangguk, "Ngga papa kok mba, tapi saya mau mampir ke butik dulu mba"
"Oh ga papa, gue anterin. Butik mana? Kebetulan gue juga pengen beli baju, bisa barengan kita." Rania langsung berjalan kedepan mendahului Kira yang masih diam mematung.
Rania merasa Kira tidak berada dibelakangnya, saat ia menoleh ternyata Kira memang masih diam ditempat, "Kok masih disini? Hey! Udah ayok..." Rania langsung menyeret Kira untuk ikut bersama dengannya.
Kita mengikuti Rania, saat mobil sudah berjalan Rania kembali membuka suara. "Ra, kita mau ke butik mana? Atau lo mau ke butik langganan gue aja? Disana lumayan bagus kok,"
"Engga mba, ke butik mamah nya Pak Aldi saja, saya sekalian jemput Azka"
Kira tersenyum, "Boleh. Azka disana? Oke deh siap!"
Selasa perjalan tanpa henti mereka mengobrol ringan, sampai akhirnya mobil yang mereka kendarai sudah sampai di sebuah butik besar milik Eliyana.
Rani turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Kira. Saat Rania dan Kira masuk, para pelayan sudah menyambut mereka dengan hangat dan sopan.
"Siang mba Rania, mba Kira"
Sapaan dari berbagai pelayan di butik kepada Rania dan Kira. Rania masuk kedalam ruangan Eliyana, disana sudah ada Eliyana dan Azka dalam gendongan Melly.
"Aaahhh mantu mamah, Rania sayang" ucapan Eliyana yang tanpa sadar dan langsung memeluk Rania dengan erat.
Sedangkan Kira hanya memperhatikan kedua orang tersebut, Melly juga merasakan apa yang sedang Kira rasakan begitupun Rania namun tidak dengan Eliyana.
Kira hanya tersenyum hambar, lalu mengambil alih gendongan Azka. "Ka, maafin mamah yah"
Ucapan Melly mendapatkan senyuman dan anggukan oleh Kira.
Lohaaaa!!!! I'm come back babe 😘😘😘 yang kangen Nevan mana??? Gada? Author aja ga kangen dia 🤣
Kedebugh!
Seketika Nevan bunuh diri dari atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, You and Life [HIATUS]
General FictionWarning! Ini sequel dari Love Is My Life, disarankan baca Love Is My Life dulu sebelum ini, agar kalian paham. "Hancur sudah mimpi gue untuk menikah sekali seumur hidup, janda muda gue" -Rania- "Aku, masih ingin memiliki dirimu," -Aldi- "Saya akan...