Karin memandang langit-langit kamarnya dengan hampa. Seharusnya besok adalah hari yang paling ia tunggu, ia akan pergi ke Pulau Komodo. Tapi ia merasa kehilangan semangat untuk meneruskan perjalanan. Ia melihat jam, hampir pukul dua dini hari, tapi ia belum juga bisa tidur. Bayangan pertengkarannya dengan Evan memenuhi kepalanya dan kini Karin menyesali nyaris setiap ucapannya, terutama soal kematian Vina. Pikirannya terus berkecamuk hingga akhirnya ia pun tertidur kelelahan.
Dering alarm membangunkan Karin. Ia meraih ponsel lalu mematikannya namun tak beranjak bangun dari tempat tidur. Ia ingin tidur saja dan melupakan semua kejadian semalam. Tapi Karin tahu ia harus menyelesaikan semuanya, petualangannya di Flores, janjinya dengan Arya dan urusannya dengan Evan.
Karin tiba di lobby paling dulu. Tak lama kemudian, dilihatnya Arya muncul dengan senyum ceria.
"Pagi, Rin. Mukamu pucat banget, kamu sakit?"
"Nggak, cuma kurang tidur."
"Semalam kita, kan, pulang cepat?"
"Biasa, insomnia."
"Teman kamu mana? Siapa namanya?"
"Evan. Sebentar lagi juga dia datang."
Karin melihat jam di tangannya, enam lewat sepuluh, tak biasanya Evan terlambat. Ia sebenarnya ingin menyusul Evan ke kamarnya namun masih tak enak hati. Ia memilih menunggu saja.
"Mungkin dia berubah pikiran dan nggak jadi berangkat. Gimana kalau kita berangkat berdua aja?"
Karin tak mengacuhkan perkataan Arya, dikeluarkannya ponselnya, di sudut atas layar tampak jam menunjukkan angka 06.30. Aneh, nggak biasanya Evan telat. Karin pun makin khawatir lantaran ponsel Evan tak aktif. Tiba-tiba ia melihat petugas hotel lari tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Ini ada titipan surat dari teman Nona."
Dengan sedikit keheranan, diambilnya sepucuk surat bersampul putih dari tangan petugas hotel tersebut. Ia membukanya lalu membaca kalimat-kalimat yang tertulis di atasnya.
Dear Karin,
Mungkin selama ini aku membuat kesalahan dengan memaksakan diri untuk terus bersama kamu. Aku tahu kita berbeda. Tapi aku mencoba mengubahmu menurut keinginanku. Sebelumnya aku yakin bisa, tapi sepertinya itu bukan cara yang tepat.
Anyway, terima kasih telah menjadi teman seperjalananku. Meski ceroboh, kamu amat menyenangkan. Meski aku sering marah-marah, aku menikmati kebersamaan kita.
PS:
Semoga impianmu ke Pulau Komodo bisa segera kesampaian. Kalau aku, sepertinya akan mampir dulu ke Rinca untuk diving.
Evan-
Mendadak Karin merasakan ada dorongan kuat yang mendesak dari dalam dadanya. Ia terduduk di kursi dan air matanya pun merebak tanpa kuasa ia bendung.
"Kamu kenapa?"
"Arya, kamu nggak apa-apa kalau pergi sendirian? Aku merasa kurang enak badan."
"Lho, aku, kan, ke sini untuk menemani kamu? Kamu kenapa, sih?"
Karin terkejut ketika tahu-tahu Arya menyambar secarik surat di tangannya.
"Hei... Itu suratku!" protes Karin.
Namun Arya tak mempedulikannya. Ia terlihat serius membaca kalimat demi kalimat dalam surat itu. Mendadak wajahnya menegang dan ia kemudian meremas surat itu lalu mencampakkannya begitu saja ke lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Backpacker In Love (COMPLETED)
RomantizmKarin yang patah hati nekad pergi berlibur ala backpacker ke NTT. Sepanjang perjalanannya, Karin kerap menemui berbagai permasalahan akibat sifatnya yang ceroboh dan pelupa. Bukan cuma itu, ia pun harus menghadapi berbagai masalah akibat perseteruan...