Prologue

6.8K 280 2
                                    

"Ternyata adikku yang jelek ini rindu hahahaha...." Dirgan mencubit hidung Zaira yang terus saja memeluk Dirgan,

"Huh, menyesal aku memelukmu bang!" Zaira melepaskan tangannya yang merangkul pinggang Dirgan,

"Jangan cemberut, sudah jelek jadi makin jelek nanti Za hahaha..."

"Abang ini menjahili ku saja," Zaira semakin cemberut

"Kamu ini marah atau merajuk???" Goda Dirgan jahil, sambil mengangkat dagu adiknya,

"Ishh apasih abang!!!" Zaira menepis lengan Dirgan,

Lelaki dengan seragam dinas itu tertawa lepas melihat tingkah laku adiknya yang sudah kelas 1 SMA tapi masih saja seperti anak kecil. Dirgan sangat rindu dengan rumah, meskipun kerap ke rumah saat mendapat pesiar tetap saja ia rindu pulang, 3 tahun di asrama ia di didik menjadi seorang prajurit tangguh yang disiplin dan bertanggung jawab. Akademi militer adalah rumah kedua bagi Dirgan.

Tak berkunjung lama seorang lelaki paruh baya dengan badannya yang tegap melangkah dengan membawa cangkir kopi, wajahnua sendu, lembut sekali. Tapi tersirat garis wajah yang keras, Letnan Kolonel Suryadharma sangat keras dalam mendidik kedua anaknya. Ia ingin kedua anaknya menjadi anak yang dapat membanggakan ia dan Ratih, istrinya. Juga dapat membanggakan nusa, bangsa, dan agama tentunya.

"Sudah sudah, kalian ini kalau bertemu bertengkar terus... " Lelaki yang disebut Ayah oleh Dirgan dan Zaira duduk bersama mereka,

"Abang yang memulai duluan yah.." Zaira melakukan pembelaan,

"Dirgan tahu yah, Zaira rindu dari tadi peluk-peluk Dirgan terus ahahaha..."

"Kalau abangmu kembali ke asrama, kau pasti menanyakannya kapan akan ada pesiar dan dia datang pulang" Ibunya ikut menimbrung sembari membawa biskuit coklat kesukaan kedua anaknya.

Zaira cemberut, ibunya malah menceritakannya kepada Abangnya, sungguh itu aib yang melakukan.

Allahuakbar, Allahuakbar...
Allahuakbar, Allahuakbar...
Asyhadu allaa ilaaha illallah...

Suara adzan isya terdengap sayup menggetarkan jiwa, kali ini adalah kesempatan yang langka. Ayah Zaira yang sering tugas di luar kota, Dirgan yang tengah meniti mimpinya di akademi militer, membuat mereka jarang berkumpul. Akhirnya, mereka melaksanakan shalat isya berjamaah di rumah, Ayah menjadi imamnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullah.." Ayah Zaira menolehkan kepala kesebelah kanan tanda salam, diikuti oleh Ibu, Zaira dan Dirgan.

"Ya Allah, terima kasih telah memberikan kami keluarga kecil yang bahagia، lindungilah kami, berkahilah setiap langkah kami, jadikanlah anak-anak kami anak yang bisa membawa kami ke Jannah-Mu yaAllah......."

Zaira tiba-tiba memeluk Ayahnya dari belakang, disusul Ibu, dan Dirgan yang menjadikan malam itu penuh haru dan kebahagiaan.

THE PROMISE OF A SOLDIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang