9- Ayah Pulang

1.7K 149 24
                                    

Cemas. Itulah yang Zaira rasakan sekarang, menunggu pengumuman hingga jam 4 sore adalah waktu yang sangat panjang, meskipun diselingi oleh hiburan-hiburan seperti band, door prize, dan games, Zaira tidak terlalu memperdulikan nya. Mungkin inilah yang dinamakan sepi ditengah keramaian. Pikirannya melambung jauh, matanya berusaha menyusuri setiap sudut ruangan, mencari Dirgan yang janji akan datang. Juga, mencari ayahnya yang berjanji akan datang setelah tugasnya selesai. Ibunya pun tidak dapat dihubungi. Semuanya terasa terlalu aneh.

Hingga jam ditangannya menunjukkan pukul 15.10, Zaira bergegas menuju musholla, ia tidak suka keramaian, lagipula ini sudah waktunya shalat ashar. Zaira pikir ini akan lebih menenangkan perasaannya yang tak karuan.

Saat hendak berjalan ia menyadari bahwa ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk. Ia sangat semangat, mungkin saja Ayahnya akan segera datang dan mengabarinya. Namun kecewa menyergap.

Praja
15.15
Woi jelek! Menang gak lo?

Zaira mengetikkan beberapa kalimat yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Praja, lelali itu semakin membuat Zaira tidak tenang.

Zaira K. Hamel
15.16
Ayah aku kayanya ga dateng Ja:(

Tidak lama balasan pesan itu segera masuk.

Praja
15.16
Ye gue nanya apa jawab apa lo mah!
Mungkin aja Ayah lo makan siang dulu, atau ga mangkal dulu gitu
Hm

Zaira K. Hamel
15.17
MASIH MAU IDUP KAN? JANGAN BECANDA SAMA AYAH!
BILANGIN NIH KE AYAH KALAU AYAH DATENG!
BIAR DICINCANG JADI BUBUR PRAJA!!!

Praja
15.17
Santai bos jan ngegas:v kan kata gue 'kali aja'
Pantes anaknya gini, bapa nya aja serem

Zaira K. Hamel
15.18
PRAJA!! AKU BILANGIN BENERAN NIH KE AYAH!!
Udah ah mau shalat!

Praja
15.18
Uhhh aku atutttttt, lindungi akuhh wahai para malaikattt!!! :P
Buset kiamat ni bocah shalat, inget dosa yang bejibun ya? Kek lemak lo bejibun HAHA.

Zaira memutuskan untuk tidak membalas pesan Praja, bisa-bisa serangan jantung menghadapi ocehan receh Praja. Sampai kiamat terjadi pun, tidak akan ada beresnya.

****

Sudah pukul 4 sore, sudah tidak ada lagi hiburan, semuanya terlihat tegang, dua bangku di depan Zaira ada Ryan, yang terlihat sama cemasnya. Zaira tidak mencemaskan apapun selain ada seseorang yang menjawab pertanyaan di otaknya.

"Abang kok lama? Ayah kenapa ga dateng?" Batinnya dalam hati, pikiran buruk mulai menguasai separuh dari lobus frontalisnya.

Pengumuman mulai dibacakan, Zaira berusaha tenang, membersihkan segala pikiran buruknya.

Seorang MC membacakan pemenang Festival Musik tersebut, Band Ryan dkk menyabet juara 2 lomba Band. Ada senyum manis saat Ryan menaiki panggung dan menerima trophy, Zaira merasa lega melihat perjuangan Ryan dan bandnya selama ini tidak sia-sia. Dan setelah ini.

Deg!

"Selanjutnya adalah pengumuman Lomba Solo Akustik Putri." Mc tercebut melanjutkan.

"Juara 1 Lomba Solo Akustik Putri dengan jumlah nilai 1246, diraih oleh SMA ........"

Degup jantungnya semakin tidak teratur, antata takut, cemas dan sedih bagaikan es campur. Keringat dingin bercucuran di dahinya, dia tak mungkin mengingkari janjinya pada Ayah.

"SMA TARUNA atas nama Zaira Kayandra Hamel!"

Riuh tepuk tangan membanjiri auditorium, perasaan tak karuan, kakinya melangkah menuju panggung, matanya masih mencari sang Ayah. Ayahnya harus melihat hasil dari latihan kerasnya. Airmata tidak terasa mengalir begitu saja di pipinya yang merah. Dari kejauhan nampak Ryan yanh mengacungkan kedua jempolnya dengan senyum yang tulus.

Zaira menerima trophy dan penghargaan lainnya, tidak lupa satu dua kali berfoto bersama panitia dan juara lainnya. Ia segera menuruni panggung dan melihat seseornag dengan perawakan dan seragam yang sangat ia kenal.

"Abang!!!!!" Dirinya menghambur menuju badan tinggi besar itu, memeluknya dengan erat, tangis harunya membasahi seragam Dirgan.

"Aku kira abang ga dateng, aku juara bang! Liat bang!" Zaira menunjukkan trophy nya.

"Ayah mana bang? Apa kalian bersekongkol mengerjaiku? Sudah dong aku sudah menang nih!" Zaira mulai mengelap airmatanya sembari mencari Ayahnya.

"Ayah dimana? Ayah pulang kan? Za sudah menepati janji untuk menang, sekarang ayah harus menepati janji Ayah! Hello captain, how are you?" Zaira terus mencari ayahnya. Senyum mengembang, apalagi kalau ayahnya lihat. Dirgan hanya terdiam. Melihat betapa bahagia adiknya.

"Mungkin ayah terjebak macet ya Bang? Yasudah kita telpon!" Zaira mengeluarkan ponselnya dan menelpon ayahnya.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan.

"Bang! Ayah gabisa dihubungi." Zaira menatap Dirgan. Nambak semburat kekecewaan diwajah nya. Dirgan masih membisu.

"Bang! Bilang, jangan diem aja! ayah dimana? Abang udah, ah, bercanda nya!!" Zaira memukul badan Dirgan. Kerongkongan nya terasa tercekat, dia tak sanggup menjelaskannya.

"BANG! BANG DIRGAN DENGER GA SIH? AYAH KENAPA BANG? KENAPA HANDPHONE AYAH GA AKTIF? JAWAB BANG JAWAB!!!" Emosinya meluap, ia terus memukul badan Dirgan. Tangisnya pecah, suaranya mulai parau, ia tau abangnya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Dek, denger abang dek. Diem sebentar, lihat mata abang." Tangan Dirgan refleks memegang kedua pipi adiknya, dia membungkuk menyetarakan badannya dengan Zaira.

"Kamu hebat! Abang bangga, tentu Ayah juga bangga, jangan menangis ya nanti Ayah sedih, Ayah melihat penampilanmu dari atas, Ayah sudah pulang, sayang." Dirgan memeluk adiknya erat. Seketika trophy yang dipegangnya dengan erat jatuh begitu saja, hancur, rusak, sama seperti perasaan Zaira.

"Ayah..  pulang..  ke rumah kan Bang?" Zaira terbata.

"Ayah pulang, langit telah memanggilnya. Tugasnya untuk bumi pertiwi telah selesai. Tak usah menangis tak usah...."

Semua kebahagiaan nya terenggut saat itu juga, ia patah. Hatinya patah, mungkinkah ini yang dinamakan patah hati? Semua mimpinya kandas begitu saja, semua janji yang telah terucap lenyap. Airmata membanjiri pipinya, ia sudah tak kuasa menahan semuanya. Ia berusaha berontak didalam dekapan Dirgan.

"ENGGA BANG! ABANG PASTI BOHONG! AYAH JANJI AKAN DATANG! AYAH TIDAK MUNGKIN MENGINKARI JANJINYA!!" Emosinya tak terkendali, seketika semua mata tertuju padanya.

"PRAJURIT GA AKAN INGKAR JANJI!! AYAH GA MUNGKIN PERGI! AYAH KUAT! AYAAHHHHHHH!!!" Tangisnya pecah, ucapannya semakin tak karuan, yang jelas ia terus meneriakkan ayahnya, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya telah pulang.

Pulang menuju peristirahatan terakhirnya.

****

Hallo hai!!
Gatega sih sumpah nulis part ini bener2 baper, bayangin seorang wanita yang patah hati karena ditinggal lelaki yang begitu dicintai dan tak akan pernah menyakitinya.

Huaaaaa😭😭
Jangan salahkan author:((

Siapkan tissue, happy reading:))

THE PROMISE OF A SOLDIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang