2- Hujan

2.9K 179 1
                                    

🛡️🛡️🛡️

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, sedangkan badan mungil Zaira belum tampak. Ratih khawatir sekali, diluar hujan turun dengan deras sekali.
Bagaimana mau menghubungi, ponselnya tertinggal, sedangkan Ayahnya ada piket hari ini. Keluh Ratih dalam hati.

Tok.. tok.. tok..

"Assala... Muu.. a.. laii...kumm.." Zaira mengetuk pintu dengan badan yang basah kuyup, suaranya gemetar.

"Iya nak waalaikumuusalam.. sebentar.."

Ratih segera berjalan dengan panik dan menarik daun pintu yang tidak terkunci tersebut. Baru saja, pintu terbuka tiba-tiba tubuh Zaira terjatuh dan semuanya gelap.

****

"Hallo Ayah, segera ke rumah sakit. Zaira menggigil, nafasnya tersengal, sekarang Ibu dan Zaira dan sedang ada di rumah sakit." Suara Ratih parau mengkhawatirkan kondisi anak bungsunya

"Maaf sayang, Ayah sedang diluarkota. Maaf tidak memberitahumu sebelumnya, Ayah ditugaskan mendadak."

Terlihat jelas raut wajah kecewa tergaris pada wajah sendu Ratih. Selalu saja, bertugas secara mendadak dan meninggalkan rumah dalam keadaan genting. Ratih jadi ingat saat melahirkan Zaira, Surya sedang berjaga didaerah perbatasan papua. Hm, tapi sudahlah. Sudah menjadi resiko bukan menjadi istri seorang abdinegara? Harus siap dalam segala situasi dan menghadapi nya sendiri.

"Ibuu.. haloo ibuu??"

"Eh iya ya? Yasudah bagaimana lagi,ibu sudah biasa, jaga diri kamu baik- baik ya."

"Terus hubungi ayah mengenai kondisi Zaira, ayah tidak ingin Zaira sakit berkepanjangan hanya karena kehujanan."

"Siap Kapten! " Lekuk sabit diwajah Ratih terbentuk.

Ratih berjalan menuju ruang rawat inap setelah Zaira dipindahkan dari UGD.

"Kamu sudah sadar nak? Alhamdulillah.."

"Zaira kok disini bu?"

"Kamu tadi pulang larut sekali, badan mu kuyup. Kehujanan, yaa bagaimana lagi pasti kamu kedinginan ditambah tadi buru-buru, belum sarapan. Jadi deh begitu"

"Maafkan Zaira bu,"

"Sudah, yang terpenting kamu baik-baik saja. Istirahat lah."

"Iya bu.."

Drrtt...
Drrtt...
Drrtt...
Drrtt...

Ponsel Zaira terus bergetar, Ratih mencoba membuka ponsel Zaira, mungkin ada yang penting.

Praja :
21.47
P
P
P
P
P
Praja :
21.48
Woi zaira!
Bales kek,
Penting nih
Ngartis lo ah, mending cantik lo
Pap tugas fisika dong
Katanya mau ajarin gua
Praja :
21.52
Wah apa lo belom balik rumah
Mangkal ya lo di jembatan
Anak tentara gaboleh jd cabe2an anj:v

Ratih tertawa sendiri melihat pesan masuk tersebut, kalau Ayah Zaira yang membaca, pasti sudah di blokir. Ratih mengetikkan beberapa pesan untuk membalas pesan yang jelas tertuju untuk putrinya itu.

THE PROMISE OF A SOLDIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang