Zaira membuka pintu kamarnya membiarkan Ameera masuk, banyak sekali yang ingin ia ceritakan. Refleks Zaira memeluk Ameera."Za yang sabar, nanti diketawain si Praja. Aku kesini sama sama dia loh."
"Ga peduli, aku cuman mau mau ayah kembali." Zaira terisak.
”Btw, kamu nulis apa sihhh??”
Zaira menyodorkan notes kecil yang berada di genggamannya.
Jikalau bumi pertiwi tahu betapa sedihnya seorang gadis kecil yang merutuki kepegian sang ayahanda, mungkin bumi tak akan tega memanggilnya dalam perjalanan tugas. Salahkah bila gadis itu membenci penyebab kepergian sang ayah? Iya yah, gadis itu benci tentara.
****
"Maksud kamu?" Dirgan mencoba mencari kejelasan.
"Kaka telmi bener dah, maksudnya namanya ayah Zaira itu om Surya kan? Suryadharma?" Tidak peduli siapa Dirgan, Praja semakin penasaran.
"Bahasamu tolong dijaga!" Dirgan mengingatkan, lalu melanjutkan ucapannya, "Iya benar, lalu ada apa sebenarnya?"
"Hehe siap komandan!” ucap Praja sembari menirukan gaya hormat seorang tentara. “Lo inget gue kan ka? Gue Eja!" lanjutnya serius.
Dirgan memutar kembali semua kejadian dimasa kecil, mencari sesosok makhluk bernama 'Eja'. Dia menggertak, tak bisa mengingatnya, dia sudah cukup pusing mencoba membuat Zaira ceria dan memaafkan kesalahannya. Diam, tak menjawab pertanyaan Praja.
"Gini ka—" Praja menjelaskan.
"Lo inget, dulu ada anak kecil yang pemikirannya dangkal banget mau bunuh diri di lantai 3 rumah sakit, ya itu gue. Terus gue tercyduk sama om Surya dan elo, lo berusaha nyegah gue, om Surya marah ngegertak gue, gue takut saat itu karena om Surya pakai seragam TNI. Trus kalian bawa gue ke ruang rawat inap, disitu ada anak kecil, dia sakit. Tapi dia tetep ceria, dia ngajak gue kenalan, dia bilang namanya Kay pengen ganti nama katanya biar alerginya ilang trus—" belum sempat Praja menyelesaikan Dirgan memotongnya.
"Saya inget! Kamu Eja? Kemana aja?" reflex Dirgan menepuk pundak Praja sembari memeluknya.
"Selow ka gausah peluk-peluk manjah, gue masih normal masih suka cewek!"
"Maaf saya cuma kaget" Dirgan terkekeh pelan.
"Jadi... Selama ini Zaira itu Kay?" Praja memastikan.
"Iya, dan kamu orang yang selalu Zaira tunggu, dia ingin ketemu temen kecilnya, dia bilang dia suka becandain kamu yang dingin dan ketus." Sedih bila mengingat bagaimana hubungan dengan adiknya sekarang, seolah berbalik 180 derajat sebelum kepergian ayahnya.
"Tapi ka saya minta tolong satu"
Dirgan menunjukkan ekspresi bertanya-tanya.
"Jangan kasih tau Zaira kalo gue itu Eja yang selama ini dia cari.."
"Kenapa? Dia pasti bakal seneng kalau tau ini!"
"Plis ka. Ada hal yang ga perlu kakak tau maksud dari semua ini."
Dirgan terdiam, ia tahu Zaira pasti senang jika Eja yang dimaksud ada didepan matanya. Tapi, keputusan Praja mungkin yang terbaik, ini adalah perintah, ia tahu bagaiamana harus menjaga sebuah rahasia.
"Oke, tapi kamu harus janji sama saya?”
"Apa kak?"
"Mau siapapun kamu peraturan tetap berlaku, jaga jarak dengan adik saya. Jangan berani menyentuhnya, jangan menyakitinya. Dan jika kamu memiliki perasaan lebih kepada adik saya, datangi saya! Paham?”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROMISE OF A SOLDIER
Teen Fiction"Bilang sama teman laki-laki yang mau sama kamu, sebelum deketin adeknya deketin dulu abangnya! iyakan Yah?" Ucap lelaki yang disebut abang oleh Zaira. "Yah... kalau begitu mana ada lelaki yang mau sama Za, datang kerja kelompok ke rumah saja takut...