🛡️🛡️🛡️
"Iya pak, silakan transaksinya dilakukan ke bank BRI, pasien atas nama Zaira Kayandra Hamel telah siuman." Perawat dengan seragam putih itu menutup telpon yang masuk.
"Permisi mbak, apotek di RS ini masih buka tidak jam segini?" Ucap pria dengan jaket hitam itu.
"Ohh maaf mas, ini sudah malam sekali. Silakan coba di klinik 24 jam." Perawat itu menjawabnya ramah.
"Baik mbak, eh tunggu sebentar. Zaira? Anak tentara yang ngeselin itu?"
Perawat itu menahan senyumnya.
"Iya mas, tapi ngeselinnya tidak kok.. Kondisinya cukup parah tadi."
"Ruang mana ya mba?"
"Ruang melati 1 di lantai 3 ya mas"
"Oke makasih mbak."
"Sama sama mas."
Orang ngeselin bisa sakit,hm dasar pencitraan.
****
Setelah diusir paksa oleh Zaira, Praja pulang dengan bahagia sebab Zaira janji memberikan penjelasan tugas Fisika. Disisi lain Praja harus mencari klinik 24 jam, demi obat untuk bundanya tercinta.
Pukul 23.18
Hujan turun dengan derasnya, bersama airmata yang Praja tahan bertahun-tahun. Jaketnya sudah kuyup, badannya sudah menggigil karena angin malam. Hujan deras itu memaksanya untuk meneduh setelah ia tak sanggup menembus derai hujan.Dirasa hujan tidak akan reda, Praja memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ditengah persimpangan jalan terdapat klinik 24 jam yang sepi. Hanya ada satu orang dengan seragam dinas nya.
"Misi pak.." Praja melempar senyum
"Oh iya silakan nak, badanmu basah kuyup." Pria itu memegang bahu Praja
"Iya pak, saya sudah cari-cari klinik 24 jam, ternyata obat yang saya cari tidak saya temukan. Semoga saja disini ada.."
"Semoga ya, saya duluan nak. Jangan hujan hujanan tidak baik untuk kesehatan."
Pria dengan suara tegas itu pergi dengan langkah gagahnya. Praja hanya menatap nanar kepergian pria itu.
Gue kangen diperhatiin ayah, tapi gue bersyukur. Gue gak boleh ngeluh. Sosok tentara itu.. kayaknya gue kenal. Ahhh udahlah udah malem gak penting.
Praja segera menemukan obat yang dimaksud dan kembali menembus deru hujan tanpa peduli dirinya.
Yang penting bunda gue sehat, bunda gue. Gue rela demi bunda.
****
Suara mobil itu terhenti tatkala seorang pahlawan dalam hidup Zaira keluar dari dalamnya. Tengah malam, dengan langkah parau ia berjalan memasuki rumah sakit dan mencari ruangan dimana putri kecilnya di rawat.
Pikirannya melayang ntah kemana, dia sangat mencintai keluarganya juga tanah airnya. Tak akan ada yang tahu kapan dan dimana seorang prajurit akan ditugaskan, yang pasti ia harus meninggalkan keluarganya yang menunggu kepulangannya, ntah dengan jiwa dan raganya atau pulang dengan tersisa nama. Ia tahu, sebilah pisau ataupun sebutir peluru sudah memiliki takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROMISE OF A SOLDIER
Ficção Adolescente"Bilang sama teman laki-laki yang mau sama kamu, sebelum deketin adeknya deketin dulu abangnya! iyakan Yah?" Ucap lelaki yang disebut abang oleh Zaira. "Yah... kalau begitu mana ada lelaki yang mau sama Za, datang kerja kelompok ke rumah saja takut...