Real Man JJK

329 33 3
                                    

Setelah sekitar satu jam berlalu, akhirnya pengunjung di kedai itu satu persatu mulai berkurang. IU yang mulai lengah mendekati tempat duduk Jungkook dan duduk di hadapannya.

"Mau ngomong apa kook?"

Jungkook yang molor itu mulai tersadar dengan iler dimana-mana*upss

"Sudah selesai?" Tanyanya yang masih belum sadar betul.

"Udah."

"Noona! Noona minggat?" Tanyanya seperti anak kecil yang masih polos, sikapnya inilah yang kadang membuat IU berpikir ulang saat ingin menanggapi perasaan Jungkook. Jungkook cenderung mengingatkannya pada adik kecilnya.

"Wkwkw.... apaan sih kook? Noona nggak minggat. Noona cuma capek."

"Capek menerima kenyataan?" Jungkook menyindir. "Kalo noona capek, makanya noona harus perlahan lupain."

"Kamu ngomong enak kook." Mata IU mulai berkaca-kaca.

"Noona terkadang kita hanya melihat keindahan bintang-bintang di langit tanpa mau tahu darimana mereka mendapatkan cahayanya."

"Kook! Hiks..." Tiba-tiba IU menundukkan kepalanya diatas tangan yang bersila sambil sesegukan menangis.

Jungkook panik dan mengira bahwa kata-katanya ada yang menyakiti IU. Jungkook terus mencoba memanggil IU yang masih menunduk sesegukan.

Dengan perlahan gadis itu mulai mengangkat kepalanya perlahan dengan air mata yang terus membanjiri pipi mulus itu.

"I want, but i can't," Jawab IU dengan memelas.

Tak mau kalah dengan Bahasa Inggris yang di lontarkan IU, Jungkook mulai memandang keatas langit-langit kedai berfikir keras sesuatu yang harus diucapkan.

"You have to do this," Jawabnya dengan ekspresi bangga.

Melihat Jungkook berusaha keras mengucapkan kata itu, membuat tawa IU tak tertahan. Inilah kemampuan Jungkook yang bisa dengan mudah membolak-balikan suasana hati IU.

Melihatnya tertawa membuatnya lega. Kini tangan kekar Jungkook meraih pipi mungil gadis itu dan perlahan mengusap sisa-sisa air mata yang membekas.

IU sama sekali tidak berani menatap mata Jungkook. Pandangannya hanya lurus ke depan. Dadanya bergetar dengan cepat. Tangannya mengepal dan terasa dingin.

"Noona, Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti orang itu akan hilang." Ucap Jungkook tiba-tiba mengejutkan IU.

Mata IU yang sejak tadi menatap lurus diarahkannya pada Jungkook malas.

"Kook, kamu nyontek dialognya Dilan?" Katanya malas.

"Upss..." Jungkook menutup mulutnya.

Jam menunjukkan tepat tengah malam. Saat itu kedai IU mulai bersiap-siap untuk tutup. Ibunya menyuruh dia pulang duluan bersama Jungkook ke kediamannya yang tak jauh dari kedainya.

Jungkook menunggu IU yang sedang bersiap-siap di luar kedai. Tak berapa lama IU pun keluar dengan membawa dua tumpukan kardus yang membuatnya tak bisa jelas melihat ke depan. Ia juga tak bisa menengok ke bawah untuk memakai alas kakinya.

Dengan manis, Jungkook berjongkok di depan IU dan memegangi kakinya untuk tempat menggunakan alas kaki yang sedari tadi tak dapat dijangkau. Berusaha tidak mempedulikan, IU seolah bersikap biasa saja.

"Biar aku saja," Jungkook membawakan dua kardus itu.

Mereka berdua pun berjalan pulang.

***

Sampainya di kediamannya, IU bergegas ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk Jungkook dan keluarganya yang sebentar lagi sampai. Jungkook pun selalu ngintil di belakang noona-nya.

"Kook kamu nggak bawa oleh-oleh gitu?" IU menggoda.

"Bawa," Jungkook tampak serius.

"Mana?"

"Sini makanya," Jungkook menarik lengen IU supaya ia lebih dekat. "Merem dong, kan kejutan."

IU begitu saja menuruti perintah Jungkook. Kini matanya mulai terpejam pelan.

Ia merasakan sesuatu mulai mendekat. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh ujung bibirnya. Sontak saja matanya terbelalak tajam. Bibir itu menyentuh sempurna miliknya.

Jungkook sejenak melepas ciumnya dan menatap dalam dua manik mata yang tepat di depannya. Mata lelaki itu berganti terpejam, mendekatkan kembali bibirnya dan berniat melanjutkan ciumnya

Namun.....

Tululiiit......

Suara pintu terbuka yang membuat IU mendorong keras tubuh Jungkook ke belakang. Sontak saja jatuh tersungkur dengan mulut yang menganga.

"Ehemm..." Jungkook mencoba mencairkan suasana sambil mencoba berdiri.

IU refleks berbalik dan melanjutkan memasaknya sambil sesekali menyentuh bibirnya tak percaya. Memang ini bukan kali pertamanya ia mendapat ciuman dari Jungkook.

Jungkook pun menuju ke meja makan dimana appa dan eomma-nya IU telah duduk.

"Menginaplah untuk malam ini Jungkook," tawar eomma-nya IU yang menyadari bahwa hari sudah larut.

"Benar kata eommaku, dan pulanglah besok pagi," IU yang datang dari dapur.

"Dan ajaklah gadis gila ini pulang," ejek eommanya IU.

"Eomma!!"

"Ne, kamsahamnida," kata Jungkook.

Mereka pun menyantap makan malamnya dan bergegas untuk tidur. Jungkook tidur di kamar IU, sedangkan IU tidur bersama ibunya.

Malam itu berlalu begitu cepat hingga fajar dengan bahagia menyapa. IU sudah bangun sejak pagi dan menyiapkan sarapan untuk Jungkook. Namun kenyataannya Jungkook tak kunjung bangun yang akhirnya ia harus membangunkan lelaki itu.

"Ya!! Kook banguun! Kook!" Ia berusaha keras.

"Ya!!!" Cobanya terus.

IU menggoyangkan badannya keras, namun tak ada respon sedikit pun. Sampai akhirnya ia mencubiti kecil tubuh Jungkook dan membuatnya menggeliat kesakita.

"Ya! Waee??" Protes Jungkook.

"Ayo sarapan," IU mendahului Jungkook.

Jungkook pun menurut dan menuju meja makan dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

"Appa dan eomma kemana?" Tanyanya.

"Udah berangkat ke kedai lah. Kamu sih molor."

Setelah selesai makan dan berbenah-benah. Jungkook dan IU pulang menuju tempat tinggal mereka di pusat kota.
.
.
.
.
.
.
. Kerja keras bagai quda🐴
.
. thank you for ur visiting
.
. Don't forget to follow my IG : dmasidha
.
. Tinggalkan jejak ya , hehehe...

Tbc soon *insyaallah😂

AM I WRONG? [Complete Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang