31.

13K 1.2K 182
                                    


Semuanya berubah kacau. Iqbal kehilangan pekerjaannya sebagai manager personalia akibat tuntutan kekerasan yang di layangkan Ibunda Aldi. Sehingga perusahaan tempat ia bekerja pun memutuskan untuk mengakhiri kontrak mereka dengannya. Untungnya saja Ibunda Aldi tidak sampai membawa kasus tersebut ke pengadilan.

Iqbal sama sekali tidak takut bila dia harus mendekam di balik jeruji besi. Yang menjadi masalahnya, kalau saja Ibunda Aldi sampai menyeret kasus di hotel itu ke meja hijau, maka nama Sang istri bisa saja tercemar.

Dan Iqbal tidak mau itu terjadi. Meski pun dia marah, meski pun dia sakit hati, Iqbal tidak akan pernah membiarkan publik mengetahui aib Nayla.

“Maaf, Bal. Kalau saja saya punya kedudukan yang lebih tinggi, saya tidak akan membiarkan orang sepandai kamu untuk lepas dari perusahaan ini. Hanya saja kamu tahu sendiri saya tak bisa melakukan apa pun saat ini. Gugatan Ibunda Aldi mempengaruhi bos besar,” ujar Gio -- Direktur bagian personalia. Ia benar-benar merasa tak enak hati. Kalau saja ini bukan tugasnya, dia tidak akan mau memberikan informasi pemecatan salah satu karyawan terbaiknya itu.

“Tidak apa-apa, Pak. Saya malah bersyukur karena Ibunya hanya menggugat saya di kantor ini. Bukan di meja hijau,” respon Iqbal sembari memasukkan laptopnya dan beberapa peralatan pribadi ke dalam tas.

“Sebetulnya apa yang terjadi di antara kalian berdua, Bal? Kenapa Ibunya bilang, kamu menghajar anaknya di hotel Mercure? Bukankah malam itu malam yang sama dengan acara ulang tahunnya putri Pak BD, ya?” tanya Gio.

“Bapak juga hadir?”

Gio membenarkan.

“Ya. Saya sempat melihat kamu dan manager lainnya berkumpul. Tapi karena saya sibuk berbincang dengan para Direktur, saya jadi tidak bisa menghampiri kalian. Maaf soal itu. Omong-omong kamu belum menjawab pertanyaan saya perihal kamu yang memukulinya?”

“Setiap orang punya rahasia, Pak. Jadi maaf saya tidak bisa memberitahukan mengenai itu kepada Pak Gio.”

Gio menarik napas.

“Tidak masalah. Semoga kamu lekas menemukan perusahaan yang lebih baik dari ini ya, Bal,” ucap Gio sekedar memberi semangat agar Iqbal tidak tertekan.

“Aamiin, Pak. Oh iya, boleh saya minta tolong satu hal?”

“Eum, oke.”

“Kalau Aldi sudah keluar dari rumah sakit, saya minta tolong kepada Bapak untuk sampaikan permintaan maaf saya ke beliau.”

“Oh, baik, Bal.”

“Makasih, Pak,” ucap Iqbal seraya membungkukkan sedikit badannya lalu ia pun berlalu dari sana.

“Sama-sama.”

***

Nayla tidak pernah menyesali keputusannya karena telah memilih Iqbal sebagai suaminya. Karena ia sadar perubahan suaminya yang suka tiba-tiba itu, mungkin saja karena lalainya dia menjaga dan mengingatkan perilaku suami sebelum dia terjerumus pada kesalahan.

Bukankah istri sholehah memang harus menganggap perubahan suami adalah sebuah ujian dari Allah untuk bersikap lebih bijak sebagai seorang wanita muslimah? Ya, Nayla akan selalu menanamkan pemikiran itu.

Love You Till Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang