11.

15.2K 1.3K 75
                                    



Iqbal mengapit sebatang rokok di bibirnya lalu menyalakan pemantik. Setelah ujung lintingan terbakar, lelaki itu pun menghisap rokoknya dengan kuat lantas mendongakkan kepala menatapi langit-langit ruangan. Bau tembakau menyeruak ketika ia mengepulkan asap. Di waktu yang bersamaan, Iqbal mendengar gelak tawa Aldi yang membahana.

"Kenapa tidak jujur saja kalau kamu butuh dia?”

“Tidak mungkin. Saya sudah berjanji tidak akan menyentuhnya selagi masih sekolah.”

“Oh man! Dan kamu rela membiarkan diri kamu tersiksa? Pasti sulit, kan? Saya punya usul. Bagaimana kalau malam ini kita ke club? Kamu bisa sepuasnya main dengan cewek di sana untuk pelampiasan.”

“Saya tidak tertarik.”

Aldi meraih segelas wine dan meneguknya. Kemudian ia menatap Sang kawan dengan alis terangkat.

"Why?"

Iqbal memadamkan rokok pada asbak yang tersedia di meja. Ia melipat kedua tangannya di dada lalu mengangguk.

"Saya tidak ingin menyakiti hatinya.”

Aldi menuang wine ke gelasnya lagi dan meminumnya dalam sekali teguk. Iqbal meraih air mineral dari meja. Saat hendak membuka tutup botol tersebut, Aldi berseru,

Dude!

“Hm?”

Aldi berdecak, ia menggoyang-goyangkan sloki miliknya di depan wajah Iqbal.

"Are you kidding me? Kamu lebih memilih mineral itu dari pada wine ini?"

Iqbal angkat bahu tidak peduli.

"Pagi tadi saya juga sudah berjanji pada Nayla untuk tak menyentuh wine dan narkoba lagi setelah membahas kejadian semalam.”

Oh shit!

"Jangan mengumpat di ruang kerja saya, Al. Sebaiknya kamu keluar."

"Ini baru jalan dua hari setelah kalian menikah dan dia sudah berani mengatur hidup kamu? Bung, istri kamu ternyata sialan jug---"

Iqbal sontak beranjak dari duduk dengan mata membulat sempurna. Iqbal melangkah mendekati Aldi dan mencengkeram kerah jas hitamnya hingga Sang kawan refleks berdiri.
Iqbal memberinya satu bogeman kuat hingga Aldi hampir terjungkal. Aldi memegang bibirnya yang sedikit robek.

"Sekali lagi saya dengar kamu menghinanya, saya tidak segan-segan memberi kamu pelajaran! Saya sama sekali tidak peduli sekali pun kamu adalah sahabat saya! Sekarang, pergi dari sini! Saya harap kamu menyesali apa yang barusan terjadi, Al!"

Manik Aldi memancarkan emosi.

"Saya jamin kamu-lah yang akan menyesali ini semua! Suatu saat nanti, saya akan buktikan ke kamu kalau dia tidak sebaik sebagaimana yang kamu pikirkan sekarang ini!"

Dada Iqbal memanas. Lelaki itu pun kembali memberi kawannya pukulan keras.

"Jangan coba-coba untuk mengancam saya!"

Love You Till Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang