20.

14.9K 1.3K 177
                                    

Iqbal mengecup kening Nayla dan mengusap lembut rambut istrinya yang tertidur lebih dulu. Lantas ia pandangi wajah damai Nayla dalam diam sembari mengulum senyum. Tak beberapa lama kemudian, Iqbal pun mengecup pipi gadis yang dicintainya dan memeluk tubuh mungil Nayla yang tersembunyi dibalik selimut.  Saat kantuk mulai menyerangnya, Iqbal lantas menyusul Nayla untuk mengistirahatkan diri.

***

Nayla meremas jari-jemarinya. Berkali-kali ia menarik napas dan menoleh ke jendela dengan gusar. Iqbal melirik sekilas pada istrinya yang tampak gelisah. Iqbal menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Kamu kenapa sih Nay?"

Nayla menoleh. Sadar tidak bisa menatap Iqbal lama, Nayla menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah padam.

"E-enggak."

"Itu bukan jawaban.”

"E-enggak, gak apa-apa."

Iqbal mencuri pandang. Laki-laki itu tersenyum lebar. Niat jahilnya muncul seketika.

"Masih keingat sama yang semalam?" tanyanya tanpa melepas fokus pada jalanan.

Napas Nayla memburu. Tubuhnya bergetar. Kenapa juga Iqbal harus membahas masalah itu sekarang? Ah, Iqbal pasti sengaja ingin membuat dia malu.

"E-enggak!"

"Gak salah lagi?" tebak Iqbal yang sialnya berhasil bikin Nayla jadi kepanasan. Pemudi itu sontak mengibaskan tangannya ke wajah.
Bagaimana dia tidak malu? Ketika terbangun dari tidur, ia merasakan ada tangan yang memeluknya erat. Nayla pun akhirnya tahu bahwa ia dan Iqbal telah menghabiskan malam dengan posisi tidur semesra itu.
Iqbal terkekeh dan menggeleng tidak mengerti pada respons Nayla yang berlebihan.

"Kamu sebenarnya suka' kan saya peluk kayak gitu?"

Nayla menutup telinganya. Tidak mau mendengar setiap pertanyaan jahil Iqbal lagi. Iqbal tersenyum lebar. Ia merasa puas melihat Nayla yang salah tingkah. Iqbal jadi gemas sendiri. Kalau saja tidak sedang menyetir, laki-laki itu pasti sudah menarik istrinya ke dalam pelukan dan menggigiti pipinya.

"Oh iya, hari ini saya akan ke Bandung. Saya mau mengurus perusahaan Ayah dulu. Mungkin saja saya bakal pulang pagi. Kamu tidur duluan dan jaga kesehatan. Maaf baru memberitahu soal ini mendadak ke kamu. Tidak apa-apa, kan?"

"I-iya, Mas. Omong-omong kenapa gak menginap saja? Kalau nanti kecapekan di jalan bagaimana?"

"Saya lebih baik lelah dari pada gak ketemu kamu meski sehari," Iqbal memulai gombalannya.

Nayla membuang wajah ke samping, mencoba menyembunyikan pipinya yang merona. Gadis itu pun mengalihkan topik.

"Terus Mas pulangnya kapan?"

"Kemungkinan tengah malam. Oh iya besok saya libur. Sehabis kamu pulang sekolah bagaimana kalau kita kencan lagi? Biar saya deh yang atur tempatnya. Saya jamin kamu bakal suka. Omong-omong selagi saya pergi, yang jemput kamu nanti Riki ya."

"Iya, Mas."

Iqbal melirik Nayla.

"Kira-kira teman kamu bakalan curiga gak kalau setiap harinya kamu di antar-jemput pakai mobil?"

Love You Till Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang