21.

15K 1.3K 82
                                    


Saat alarm berbunyi, Nayla berusaha meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Akan tetapi gadis itu merasa kesulitan sebab merasakan ada seseorang yang memeluknya erat. Nayla tidak tahu jam berapa kiranya Sang suami pulang. Yang jelas di subuh ini mendapati sosok Iqbal yang telah kembali.

Nayla berusaha melepaskan tangan Iqbal yang melingkar di pinggangnya penuh kehati-hatian. Namun sayang, pergerakannya itu tetap saja berhasil membuat Iqbal terbangun. Dengan mata memerah yang menandakan dirinya baru tidur namun bangun tak lama setelahnya, Iqbal menatap Nayla.

"Maaf bikin kamu kebangun."

"Sudah subuh?" Iqbal bertanya serak.

"Belum. Masih jam tiga. Tadi Mas pulang jam berapa? Baru tidur sebentar ya?"

"Jam dua. Iya Nay."

"Oh yasudah, lanjut tidur dulu aja Mas. Saya juga mau ambil wudhu dulu."

Iqbal melepaskan tangannya yang sejak tadi mengunci pergerakan Nayla. Ia biarkan Sang istri beranjak dari ranjang untuk menjalankan ibadah sunnah. Iqbal pun kembali memejamkan matanya.

Perjalanan dari Bandung ke Jakarta benar-benar menguras tenaga. Semenjak menikah, Iqbal jadi menyetir sendiri kalau ingin pergi. Sebab Riki kini ditugaskan untuk mengantar-jemput Sang istri bilamana dirinya sedang bepergian keluar kota.

Tadinya Iqbal berniat ingin bangun subuh agar tidak kesiangan mengantar Nayla sekolah. Tetapi sayangnya Iqbal kebablasan. Dia baru terbangun tatkala mentari mulai meninggi. Melihat jam pada dinding kamarnya, Iqbal tersentak dan langsung bangkit saat jam telah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Lelaki itu pun buru-buru keluar dari kamarnya menuju lantai bawah. Iqbal tak menemukan Nayla di sana. Meja makan memang sudah dipenuhi aneka menu. Namun Sang pemasak tidak ditemukan di mana-mana.

Yang ia dapati hanya beberapa pelayan yang tampak sibuk akan pekerjaannya masing-masing. Iqbal mendekati salah satu pelayan yang tengah menyapu ruang utama.

"Istri saya ke mana ya?" Iqbal bertanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Pelayan tersebut langsung menghentikan pekerjaannya dan merespons dengan kepala tertunduk.

"Nyonya sudah pergi ke sekolahnya, Tuan. Diantar Mas Riki."

"Dia nitip pesan gak?"

"Tidak, Tuan."

Iqbal berdecak kesal dan mengacak rambutnya dengan geram. Lalu lelaki itu pergi begitu saja. Penampilannya yang acak-acakan tersebut pun mengundang banyak sekali pasang mata para pelayan perempuan. Meski sempat menjadi duda, Iqbal benar-benar terlihat keren di mata mereka. Bahkan dari tubuhnya yang tegap dan tinggi saja, mereka bisa tahu bahwa Sang majikan benar-benar gagah.
Cara bicaranya yang menggunakan kata -saya- pun sering membuat mereka terkesan. Iqbal merupakan contoh lelaki dewasa yang mampu menyihir setiap wanita hanya dengan sekali tatap saja.

Sayangnya, ia sempat tidak percaya akan adanya Tuhan. Itu yang membuat mereka - para pelayannya - jadi membatalkan niat untuk tidak menggoda Sang majikan demi mendapatkan perhatiannya dan bermimpi untuk dinikahi.

Mereka juga sempat tidak percaya bahwa wanita ta'at beragama seperti Nayla mau memiliki suami seperti halnya Iqbal yang dulu atheist. Berbagai presepsi bahkan muncul di masing-masing benak mereka. Ada pula yang menduga bahwa Nayla matre terlepas dari keta'atannya pada Tuhan, sebab matre adalah salah satu sikap wajar para wanita. Terlebih jika mengingat sebelumnya Nayla adalah pengasuh Siska. Nayla bisa saja menggoda Iqbal hingga akhirnya Iqbal jatuh hati dan berakhir dengan meminangnya.

Love You Till Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang