26.

15.6K 1.3K 91
                                    

Dua minggu kemudian, tepatnya ketika umur pernikahan mereka hampir jalan satu bulan, hijrahnya Iqbal mulai terlihat signifikan. Laki-laki itu bahkan tidak pernah lagi mencukur janggutnya hingga bulu-bulu halus pun tumbuh di sekitar area dagu.

Sewaktu Nayla tanya kenapa Iqbal merubah penampilannya menjadi lebih manly itu, Sang suami pun menjawab,

"Ingin menjalani sunnah Rasulullah. Biar kamu gak kepincut sama pesona yang namanya Ari itu. Kalau kayak ginikan, pastinya kamu gak akan berpaling dari saya. Jika disamakan dengan Ari, ya jelas saya yang lebih tampan."

Sekiranya begitulah Iqbal yang sekarang. Semenjak kembali ke jalan yang benar, laki-laki itu juga sering kali bersikap romantis pada Nayla. Mulai dari mengantar-jemput istrinya ke sekolah, mengajaknya dinner di luar, menyuapi Nayla makan, minum di gelas yang sama dengan Si istri, membantu Nayla masak, terkadang pula suka merayu. Bahkan sekarang ini, laki-laki itu sedang membangun chemistry di pagi buta dengan Sang istri lewat dirinya yang kerap membantu Nayla menyisir selepas mereka mandi.

Mengenai Iqbal, Siska sudah tahu perihal kakaknya yang tengah berhijrah itu. Dia senang bukan kepalang. Pada akhirnya, Iqbal pun mendapatkan hidayah. Dugaan Siska dahulu sekiranya memang benar. Firasatnya yang mengatakan kedatangan Nayla akan membawa dampak besar di kehidupannya, ternyata juga bisa membawa dampak besar pada kehidupan Sang kakak.
Siska benar-benar bersyukur akan hal ini. Dan ketiganya pun hidup di dalam kerukunan yang amat menyejukkan.

***

Nayla meneliti wajah Iqbal yang tengah tertidur di sampingnya. Ia menikmati indra pendengarannya yang menangkap dengkuran halus laki-laki itu. Nayla meletakkan kepalanya pada dada bidang Iqbal yang tidak tertutupi apa pun. Sang suami memang sudah terlelap sejak tadi. Mungkin Iqbal kelelahan usai menghabiskan waktu merajut kasih bersamanya. Baru saja ingin memejamkan mata guna mengistirahatkan diri, suara dering dari ponsel Iqbal pun menghentikan niatan Nayla.

Wanita itu lantas merubah posisinya jadi terduduk dan mengambil ponsel Iqbal yang tergeletak di atas nakas. Ada sebuah panggilan masuk dari seseorang yang namanya cukup ia kenal; Aldi. Sahabat suaminya yang pernah ia temui dua kali; di rumah sakit dan di acara kecil pernikahan mereka. Nayla menekan tombol terima,

"Assalamu'alaikum?"

"Nayla, ya? Ini saya Aldi. Eum, bisa saya bicara dengan Iqbal?"

"Oh sebentar ya, Mas."

Nayla mengguncangkan tubuh Iqbal. Iqbal mengeram pelan dan perlahan kesadarannya pun pulih.

"Mas, bangun."

"Engh, ada apa?" tanya Iqbal dengan parau.

Nayla menyingkirkan anak rambut yang menjuntai di dahi suaminya. Lalu menjawab,

"Mas Aldi telepon kamu. Bangun sebentar, ya?"

"Aldi?"

"He'em."

Nayla menyerahkan ponsel itu pada Si empunya. Iqbal menerima dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"Siang, Al? Ada apa?"

Nayla tidak bisa mendengar apa pun lagi. Ia hanya melihati Iqbal yang kini menganggukkan kepala. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Nayla kembali membaringkan tubuhnya. Iqbal sempat melirik sekilas Sang istri dan menarik pinggang Nayla agar mendekat. Iqbal membiarkan wanita itu berada di dalam dekapannya. Ia memberikan senyuman tipis pada Nayla kala Sang istri balas memeluknya.

"Oke, jam berapa?" tanya Iqbal. Ia menyempatkan diri untuk memberi Nayla kecupan di kening.

"Baik, Al. Saya tunggu," kata Iqbal. Lalu mematikan ponselnya. Laki-laki itu menaruh ponselnya ke ranjang dan menggubah posisinya jadi tidur menyamping.

"Jam satu siang nanti Aldi mau mampir ke sini. Saya cuma mau mengingatkan kamu satu hal; kalau dia tanya aneh-aneh jangan direspons."

"Maksud Mas?"

"Hari ini kamu akan dihadapkan pada orang yang lebih mengerikan dari pada saya ketika dulu masih atheis. Aldi penganut paham agnostik theist, yaitu percaya adanya Tuhan tapi tidak mau mengikuti agama apa pun."

Love You Till Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang