ICE PRINCESS ❄ 30 | Baemax

231K 14.1K 889
                                    

"Cinta ada bukan untuk melengkapi. Ia ada untuk dilengkapi. Karena tugas melengkapi adalah kita sebagai penakluk hati.
Jika kita saling mengikat kelingking untuk bersama, cinta juga akan saling mengikat hati untuk mengucap janji.
Maka dari itu, aku berdiri di sini, mengulurkan tangan padamu dan mengucap janji untuk melengkapi hati."

ㅡ ARJUNA ㅡ

.

"Jadi, mulai saat itu, lo selalu nguncir rambut lo kalo keluar rumah?"

Raya mengangguk antusias lalu menyendokkan ice cream vanillanya ke dalam mulut. Saat ini mereka tengah berada di kedai ice cream yang berjarak lumayan jauh dari pemakaman. Berhubung ini masih siang dan Arjuna malas pulang, ditambah rasa penasaran pada gadis di depannya sekarang, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Raya ke kedai ice cream favorit Nada.

Arjuna terkekeh. "Serius? Berarti itu gara-gara gue?"

"Iya, itu gara-gara lo. Tanggung jawab!" Ucap Raya sok serius lalu mengakhirinya dengan kekehan.

Arjuna mendekat dan memasang senyum miring. "Tenang aja, gue bakal tanggung jawab. Mau sekarang, besok, atau lusa? Gue siap buat resmiin lo jadi bagian hidup gue."

Raya berdecak lalu mendorong jidat Arjuna menjauh. "Gak usah bacot."

Arjuna mengulum senyumnya lalu menopang kepalanya. "Tapi Ray, gue ngerasa hari ini lo ada yang beda ya?"

Dahi Raya mengernyit lalu sesaat kemudian, kembali seperti semula. "Ah, mungkin muka gue? Hari ini gue gak pake bedak atau lip balm jadi agak pucet."

"Oh ya? Bahkan gue gak sadar kalo lo gak pake dua benda itu."

Sedetik kemudian Arjuna menggeleng. "Tapi bukan. Bukan itu. Mau lo pake make up atau enggak, lo tetep cantik di mata gue."

"Gombal,"

"Serius Ray,"
"Dan gue rasa gue tau apa yang beda dari lo."

"Apa?"

"Lo hari ini gak jutek, terus lebih ceria aja. Apa karena ini faktor kehadiran gue?" Kedua alis Arjuna bergerak naik turun sembari tersenyum menyebalkan.

"Jadi, lo maunya gue kembali ke mode jutek?"

Sontak Arjuna mengibas-ngibas kedua tangannya. "Gak lah, lo susah di deketin kalo balik ke mode jutek."

Bola mata Raya berotasi. Hal itu terlihat imut di mata Arjuna.

"Sebenernya, sifat asli gue itu banyak omong. Istilahnya, gue cerewet. Kalo lo gak percaya, lo bisa tanya sama Billa."

"Oh iya?"

"Uhm,"

"Terus, kenapa lo jadi jutek gini? Apa, ini ada hubungannya sama kematian bunda lo?"

Raya menggigit sendok dan Arjuna meringis menahan ngilu. "Jangan gigit-gigit sendok, Ray. Gue ngilu liatnya."

Raya melepas gigitannya sambil menatap Arjuna yang kini tengah memegang pipi kirinya. Sebuah ide jahat tiba-tiba datang, membuat Raya terkekeh.

"Juna," panggilnya.

Arjuna menengadah dan melihat jari Raya yang tengah menggaruk tembok di sebelahnya. Hal itu sontak kembali membuat Arjuna meringis ngilu dan memilih memalingkan mata.

Raya tertawa. Arjuna mati-matian menahan ngilu yang memang kerap hadir saat kedua hal tadi ia lihat. Saat ngilu itu perlahan hilang, ia kembali menatap Raya yang masih saja menertawakan dirinya.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang