ICE PRINCESS ❄️ 51 | Amnesia Retrograde

168K 10.1K 238
                                    

"Paris pun tahu jika hati ini tengah meringis. Hujan di bulan Juni ini juga seakan membantu rasa untuk mengungkap hati. Lalu, mengapa sakit yang mendera justru semakin terasa lara?"

RAYA

.

Raya termenung dari balik kaca jendela kamar yang ia singgahi saat ini. Bunyi hujan di luar sana seakan sebuah melodi yang seirama dengan luka hatinya.

Raya menengadah lalu tersenyum tipis.

Jika langit Jakarta menertawakan hatinya, berbanding terbalik dengan langit kota Paris saat ini. Ia seakan satu hati dengan Raya. Sama-sama mendung dan sendu. Perpaduan yang klop untuk sebuah momen yang teramat melow bagi Raya.

"Raya sayang, makan dulu yu? Kamu cuman makan cemilan lho dari kemarin. Tante takut nanti kamu sakit sayang."

Raya menoleh ke belakang lalu tersenyum hangat. "Raya belum laper, Tante. Nanti kalo Raya laper pasti Raya turun buat makan."

Laras mendekati ponakannya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu. Kemudian dielusnya pucuk kepala Raya. "Kalau hujan udah reda, coba deh Raya jalan-jalan di sekitar sini. Atau kalo tante boleh kasih saran, coba kamu ke Jardin du Luxembourg, kan deket dari sini. Tante biasa ke sana kalo lagi stres. Siapa tahu Raya juga bisa sedikit menenangkan pikiran Raya di sana. Tapi jangan lupa pakai sweater kalo mau keluar. Cuaca akhir-akhir ini lagi dingin-dinginnya di Paris."

Raya mengangguk. "Iya Tante, nanti Raya coba ke sana. Makasih ya, Tan. Udah izinin Raya buat tinggal di sini sementara." Laras mengangguk lalu mengecup sayang kepala Raya. "Sama-sama, Sayang. Kalo gitu tante mau ke butik dulu, ya? Atau kamu mau ikut tante?"

"Raya di sini aja tante."

"Yakin gak papa? Kamu sendirian lho di sini. Om Gio juga udah berangkat dari tadi."

Raya tersenyum hangat, mencoba meyakinkan Laras bahwa ia akan baik-baik saja. "Yakin, Tante."

Laras menghela napas pasrah lalu membalas senyun Raya tak kalah hangat. "Yaudah, tante pergi dulu ya Sayang? Kalo ada apa-apa cepat kabari tante pake hape yang tadi malem tante kasih. Oke? Au revoir." (*Bye)

"Au revoir! Soyez prudent tante." (*Bye! Hati-hati aunty)

Setelah Laras menghilang dari balik pintu kamar, Raya kembali memutar tubuhnya menghadap jendela yang menyuguhkan bangunan dengan latar belakang langit mendung serta rintik hujan yang belum reda.

Sebenarnya, Raya paling benci dengan langit Paris di bulan Juni. Kondisi itu membuat kota yang terkenal dengan keromantisannya mendadak luntur di guyur air hujan. Namun berhubung kali ini ia datang dengan membawa seluruh perasaannya yang hancur, Raya mendadak menyukai suasana ini.

Lama termenung, Raya mulai merasakan bosan menghinggapi dirinya. Beberapa saat kemudian, ia bangkit dari pinggiran kasur lalu berjalan menuju kamar mandi. Karena berhubung cuaca pagi ini masih berada di bawah 18°, Raya memilih air hangat sebagai pilihan untuk membersihkan diri. Raya tak mau ambil resiko jika nantinya ia flu mendadak karena telah salah memilih air dingin di musim hujan seperti sekarang.

Cukup lama berendam di air hangat, Raya kini telah memakai long sweater pink pastel tebal yang dipadukan dengan celana jins biru dongker dan kupluk yang senada dengan warna sweaternya untuk menutupi sebagian rambut yang kali ini ia biarkan tergerai begitu saja. Tak lupa, Raya memakai sneakers putih untuk menutup kakinya.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang