ICE PRINCESS ❄️ 52 | A Love Lake

179K 10.8K 586
                                    

"Kita saling merasakan. Namun ego lebih dominan untuk berjauhan. Itu alasan mengapa, cinta kadang menyakitkan. Namun ketika dua tangan ini saling menyatu untuk kembali percaya, luka pun seakan tak pernah hadir di antara kita. Karena yang ada hanya kita dan bahagia."

RAYA & ARJUNA

.

Laras tersenyum melihat Raya yang tengah membenahi baju-bajunya ke dalam koper.

"Apa hati kamu sudah yakin untuk kembali?"

Raya sedikit terkejut saat mendengar suara di tengah acara berbenahnya.

"Maaf sayang, tante ngagetin kamu ya?" Laras berjalan mendekat lalu duduk tepat di samping koper keponakannya. Tangan-tangan seninya yang sudah menciptakan banyak desain baju turut membantu merapihkan barang-barang Raya dengan telaten.

"Sedikit, Tante. Raya gak tahu kalo ada Tante tadi. Jadi Raya kaget."

Laras tersenyum maklum. "Kamu belum jawab pertanyaan tante tadi. Apa hati kamu sudah yakin dan mantap untuk kembali?"

"Oh itu." Raya tersenyum tipis lalu mendudukkan tubuhnya di samping Laras. "Gak sepenuhnya sih, Tan. Tapi mau bagaimanapun itu, mau gak mau Raya harus siap. Raya gak bisa terus-terusan menghindar dari masalah. Memang, Raya sedikit ragu sama hati Raya. Tapi kalau ragu terus dipelihara, Raya akan terperangkap sama masalah yang Raya buat sendiri nantinya."

Laras merangkul pundak Raya lalu mengelusnya pelan. "Kamu sudah berjuang sejauh ini. Jangan berhenti. Bahagia sedang menunggu kamu di ujung sana. Percaya sama diri kamu kalau kamu bisa melewati ini. Jika kamu butuh pegangan, sandaran, dan pelukan, panggil teman-teman kamu. Panggil Galang atau Billa. Mereka pasti dengan senang hati mengabulkan itu."

Laras menyelipkan anakan rambut Raya ke sela telinga. "Kamu berhak bahagia, sayang. Sudah seharusnya kamu mengusir mendung di hati kamu. Biarkan matahari masuk dan menghangatkan diri kamu yang telah lama membeku."

Raya tersenyum manis lalu memeluk tubuh Laras dengan erat. "Makasih, Tante. Walaupun Tante Laras bukan bunda, Raya seperti merasakan rasanya kembali memiliki bunda kalo di deket Tante Laras."

"Kamu gak perlu terima kasih sayang, tapi balas itu dengan kebahagiaan kamu. Karena kalau kamu bahagia, tante lebih bahagia."

"Tante Laras terbaik." Raya memeluk Laras lagi, kali ini lebih erat.

"Bisa aja kamu ini."

"Ngomong-ngomong, Galang dari kemaren telfon tante terus buat nanyain keadaan kamu. Udah tante bilangin kamu gak papa di sini, tapi tetep aja ngeyel gak percaya. Sampe mau nekat ke sini kalo tante gak marahin dia duluan." Lanjut Laras.

Raya terdiam. Galang pasti sangat mencemaskannya selama ia di sini. Dan bodohnya ia sengaja menghindar dan tak mau bicara saat Laras menyodorkan ponsel yang tersambung panggilan dengan Galang.

"Udah gak usah dipikirin. Paling kalo kalian ketemu, dia bisa lihat sendiri kamu tuh baik-baik aja atau luka-luka kayak sugesti negatifnya di telfon."

Di samping rasa bersalah Raya, otaknya sedikit menyimpan geli akan pikiran bagaimana rupa Galang saat berkata tentang sugesti bodohnya itu. Lantas, Raya terkekeh untuk alasan yang ia pikir terlalu aneh untuk dijadikan tawa dikondisi seperti ini.

"Oh iya, paspor jangan lupa di bawa."

"Iya, bunda Laras."

Hati Laras menghangat ketika mendengar itu. Ia menatap Raya sejenak lalu membalas pelukan keponakannya itu.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang