ICE PRINCESS ❄️ 53 | Surat Rima

183K 10.3K 263
                                    

"Hal yang paling mudah hancurkan kepercayaan seseorang adalah sebuah kesalahpahaman. Sedangkan hal yang paling mudah hancurkan kesalahpahaman adalah kesediaan untuk mendengarkan."

— ICE PRINCESS —

.

Raya menunggu Arjuna—yang tengah mengambil sesuatu di mobilnya—di sebuah bangku panjang di danau tersebut. Ditemani dinginnya malam yang semakin menusuk tulang, Raya menatap air danau dengan perasaan bungah. Setidaknya, mengetahui bahwa ia dan Arjuna tak benar-benar putus, sukses membuat hatinya lega.

Raya merapatkan kedua tangannya yang mendekap tubuh saat angin baru saja berembus menerpa kulitnya. Namun itu tak berlangsung lama saat ia merasakan sesuatu yang hangat perlahan mulai membungkus tubuhnya dari belakang.

"Makasih," ucap Raya disaat Arjuna tengah merapatkan jaket padanya.

Arjuna hanya tersenyum lalu berjalan memutar dan duduk di sebelah Raya. "Ini, jam tangan kamu yang waktu itu." Arjuna memberikan jam tangan itu yang langsung diterima oleh si empunya.

"Udah jadi?"

"Udah. Tapi, om Rio sama om Radit, orang yang memperbaiki jam tangan kamu itu menemukan sebuah surat hasil tulisan tangan mendiang bunda kamu. Baik om Rio, om Radit atau aku, gak ada yang berani baca surat itu. Menurut kita itu kurang pantas kalo kita baca dulu. Lebih berhak kamu atau ayah kamu yang notabenenya adalah keluarga almarhumah tante Rima." Terang Arjuna.

"Surat?" Gumam Raya dengan gurat wajah serius. Tangan-tangan lentiknya mulai bergerak membuka paper bag itu dan meraih amplop putih tulang yang ada di dalam sana.

Sejenak Raya tertegun dengan ukiran tulisan berwarna emas yang tercetak di sana. Ia bahkan baru tahu jika nama panggilannya itu berasal dari gabungan kedua nama orang tuanya.

Bunda, Raya baca ya suratnya. Raya membatin sembari memperhatikan desain elegan dari amplop itu. Sebentar, Raya tersenyum.

Putih tulang. Warna kesukaan ayah.

Perlahan, Raya mulai membuka isi amplop tersebut. Ia mulai membacanya perlahan, seakan tak ingin ada satu katapun yang tertinggal.

Dear my beloved husband,

Happy birthday mas.

Mas pasti lupa kalo hari ini hari ulang tahun mas. Kebiasaan deh. Udah punya Raya, masih aja lupa sama tanggal lahir sendiri.

Jadi, sebagai hadiah atas kehebatan mas menjadi kepala rumah tangga, aku sengaja buatkan jam tangan ini khusus buat mas. Dibantu sama saudara kembar temen aku sih, sama kerabatnya juga. Namanya Radit sama Rio. Temennya Elfan dan Renata. Kamu inget mereka kan? Awas aja kalo mas sampe lupa.

Maaf ya mas, karena aku terlalu sibuk mikirin jam tangan ini, aku sampe lupa waktu dan sering pulang larut. Asal mas tau, aku bener-bener excited banget buat liat hasil jamnya. Dan gak sabar buat lihat mas pake jam tangan itu. Pasti mas bakalan lebih cakep kalo pake jam itu. Aku yakin 1000%.

Mas, aku juga mau minta maaf sebelumnya. Di saat kondisi perusahaan lagi down, aku malah minta banyak harta ke kamu. Jujur, aku sebenernya gak enak buat minta uang sebanyak itu ke kamu. Tapi aku lakuin ini buat memberikan jaminan awal untuk kerjasama dengan Vernando Group. Ya, perusahaannya Elfan. Meskipun mereka bilang gak papa gak usah pake jaminan awal, tapi aku ngerasa gak enak hati. Makanya aku minta sama kamu. Mereka baik sekali ya mas mau mengulurukan tangan untuk membantu kita.

Semoga aja, apa yang telah aku ambil dari kamu itu bisa bermanfaat buat kamu nanti ya, mas.

Hanya ini yang bisa aku berikan sama mas. Sekali lagi, happy birthday, ayahnya Raya!

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang